Oktober 17, 2019

Sailing Komodo Part 5 : Snorkeling and Pink Beach

Agak pusing memikirkan antrian postingan blog masih mengular naga panjangnya. Kalau nggak ditulis takut lupa. Kalau mau nulis, terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan yang akhirnya ngeblog jadi tertunda. Semoga semua postingan selesai di tahun 2019 juga supaya nggak menumpuk lagi di tahun depan. Belum lagi banyak rencana yang akan terealisasi dan 'harus' ditulis di blog juga. Ahh, memikirkannya saja sudah pusing😵😵😵.

Setelah puas membahas pulau-pulau di Kepulauan Komodo, sekarang waktunya membahas perairan. Sejak pertama kali naik kapal sampai besoknya saya nggak mandi karena berpikir bakalan mandi di beberapa laut. Lagian saya agak malas mandi di kapal dengan suasana goyang-goyang dan terombang-ambing. Masih bertahan untuk nggak mandi sampai hotel aja nanti. Walaupun demikian, saya tetap cuci muka dan sikat gigi kok. Hehehe😬. Baiklah, mari disimak beberapa spot snorkeling dan berenang berikut ini.

1. Pulau Manjarite
Manjarite merupakan nama sebuah pulau tak berpenghuni dan pulau kedua yang kami kunjungi setelah Pulau Kelor. Pulau tersebut memiliki tepi laut yang amat jernih, arus tidak terlalu kencang, dan hanya sedikit gelombang. Namanya memang belum terkenal bila dibandingkan Pink Beach, Batu Bolong, atau Taka Makassar, yang juga terdapat di Kepulauan Komodo. Mungkin karena Manjarite lebih ramah untuk snorkeling pemula, dibanding yang lain. 

Karena masih hari pertama dan agak ribet harus ganti baju renang, jadinya saya dan teman-teman cewek lainnya memutuskan untuk nggak snorkeling. Kalau cowok-cowok kan enak tinggal buka baju langsung masuk ke laut. Kalau cewek, apalagi yang menggunakan jilbab seperti saya harus banyak bongkar pasang. Mana baju renang cuma satu lagi yang saya bawa. Saya memberikan kamera GoPro kepada Rezki dan Satrio. Terserah deh mereka mau memotret atau merekam video sebanyak apa. Mereka udah siap-siap loncat dan berenang bersama Viro (guide). Viro sudah membawa beberapa helai roti yang katanya untuk memberikan makan ikan. Jadi teringat sewaktu snorkeling di Belitung dimana kita juga memberikan makan ikan.
Diserbu ikan
Lautnya tenang
Dari laporan teman-teman cowok, Manjarite merupakan spot yang banyak ikan. Walaupun terumbu karangnya agak sepi, tapi ikannya sangat banyak. Kalau mengeluarkan roti, semua ikan langsung menyerbu tangan kita. Bahkan tangan pun jadi digigit ikan😅. Saya dan Debby hanya melihat cowok-cowok dari kapal. Kalau Kakros sedang tidur dengan nyenyak sambil berjemur. Mungkin karena efek antimo, hahaha😂.

2. Pantai Merah Muda (Pink Beach)
Setelah dari Pulau Padar, tujuan wisata selanjutnya adalah Pink Beach. Sesuai namanya, pantai disini memiliki warna merah muda. Kalau kalian pernah ke Pink Beach di Lombok NTB, mungkin bisa sekalian mengunjungi pantai pink di Kepulauan Komodo, NTT. Selain itu, pantai ini juga termasuk salah satu dari 7 pantai di dunia yang memiliki pasir berwarna merah muda. Pantai-pantai lainnya adalah di Bahama, Bermuda, Filipina, Italia, Kepulauan Karibia dan Yunani. Tentunya kita tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk menyaksikan keindahan pantai berpasir pink karena ada di negara kita tercinta. Tampilannya persis sama seperti pantai-pantai merah muda di negara-negara lain tersebut.
Kegirangan di pantai pink
Santai🏖️
Sebagian orang mengatakan bahwa warna pasir pantai disebabkan oleh salah satu hewan mikroskopik bernama foraminifera yang hanya bisa diamati dengan mikroskop. Hewan ini menyebabkan warna merah pada terumbu karang. Namun ada pula yang mengatakan bahwa hal ini disebabkan terumbu karang merah yang hancur atau cangkang hewan laut. Kalau menurut saya, penyebabnya adalah terumbu karang merah karena kami sempat menemukannya beberapa kali. Hanya saja sewaktu snorkeling, nggak keliatan dimana terumbu karang merah di dasar laut. Mungkin harus menyelam lebih dalam lagi.
Butiran-butiran pink di pasir
Pantai Pink ini relatif sepi dan tenang, sehingga terasa seperti pantai milik pribadi. Hal ini dikarenakan pantai ini tak berpenghuni dan termasuk kawasan liar tempat tinggal para komodo. Karena itu kalian perlu berhati-hati ketika mengunjungi pantai ini jangan sampai bermain terlalu jauh, takutnya ketemu komodo. Saya hanya bermain disekitar pantai. Bahkan teman-teman serta awak kapal pada melompat dari atas dek kapal, dan saya dipercaya menjadi juru kamera😅. Kalau saya melompat juga, siapa yang ngambil foto nantinya? 
Bermain di sekitar kapal
Meloncat dari kapal
Selesai melompat sana-sini, waktunya snorkeling. Kalau dibandingkan di Pulau Menjangan Bali, terumbu karang di Pink Beach tidak begitu bagus. Tidak terlalu banyak variasi warnanya. Ikan-ikan pun agak sedikit, masih lebih banyak di Pulau Manjarite. Mungkin memang Kepulauan Komodo lebih bagus untuk para penyelam atau free diving di kedalaman 10-15 meter. Duh, ntah karena faktor usia dan pernah beberapa kali hampir tenggelam dan terbawa arus, jadi agak serem mau free diving. Padahal dulu di Kepulauan Derawan, saya nggak capek-capek berenang😆😆.
Terumbu karang
Variasi warnanya sedikit
Oh ya, sewaktu selesai berenang, Satrio menaruh alat snorkeling di pinggir pantai dan ntah kenapa tiba-tiba menghilang. Mungkin terbawa ombak. Jadilah teman-teman serta awak kapal berusaha mencari sebisa mungkin. Sebenarnya saya udah mau bilang, nggak usah dicari lagi, biar kita ganti aja. Tapi Viro tetap bersikeras untuk mencari dan berakhir nihil. Kan jadi buang-buang energi. Terlalu sulit mencari benda sekecil alat snorkeling dibanding lautan seluas ini. Akhirnya mereka nggak nyari lagi dan naik ke kapal.

3. Taka Makassar
Destinasi berenang terakhir adalah Pulau Taka Makassar masih di Kepulauan Komodo, bukan di Makassar😀. Pulau kecil ini memiliki struktur berupa hamparan pasir putih yang diselingi dengan rerimbunan ilalang di bawah laut. Karena ukurannya yang sangat kecil, pulau ini hanya muncul ketika air laut tengah surut. Sementara itu, ketika air pasang, permukaannya bakal tertutupi oleh permukaan air laut. Saya agak takut ketika kapal parkir agak jauh dari pulau. Pas waktu saya masuk ke laut, ternyata arusnya kencang banget membuat saya jadi tambah takut. Memakai pelampung pun bukan solusi kalau arus deras. Malah kebawa arus barengan sama pelampung.
Air sangat jernih
Akhirnya Kakros meyakinkan saya untuk turun dan dia akan menemani saya seraya berenang. Viro juga ikutan berenang bersama saya. Barulah saya mencoba turun dan beberapa kali saya terbawa arus, tapi tetap berpegangan pada Viro dan Kakros. Sampai akhirnya Viro keram dan minta tolong😨😨😨😨. Saya dan Kakros terdiam, sedangkan Viro dengan sekuat tenaga berenang ke kapal lain. Awak kapal langsung sudah bersiap untuk menolong Viro sampai dia akhirnya bisa naik ke kapal dan beristirahat. Saya jadi tambah takut deh😨. Tapi akhirnya Rezki datang membantu Kakros membawa saya ke Pulau. Duh, kalau diingat-ingat, sangat dramatis pada saat itu.
Taka Makassar
Taka Makassar biasa disebut juga Pulau Gosong atau pulau yang tidak jadi. Rumput dan ilalang merupakan satu-satunya penghuni pulau kosong ini. Sebenarnya kalian bisa snorkeling lebih dalam bahkan bertemu dengan Pari Manta. Hanya saja karena arus laut yang kencang dan Pari Manta baru bisa ditemui di kedalaman diatas 5 menter, kami tidak boleh berenang disana. Kita menuruti saja apa kata Viro daripada nanti terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti terbawa arus.
Mari berenang
Walaupun sudah duduk-duduk cantik di Pulau, arus laut tetap kencang di pinggir pantai. Saya berusaha berenang untuk mengalahkan takut. Ehh, tanpa sadar selalu terbawa ke tengah laut. Duh, udahan deh berenangnya. Saya main di pantai aja sambil luluran, hehehe🤭. Saya dan teman-teman beberapa kali menemukan terumbu karang merah yang belum hancur. Sepertinya memang terumbu ini yang menyebabkan pantai menjadi berwarna pink.
Serpihan terumbu karang pink
Kejernihan air laut
Setelah puas bermain, sudah waktunya kembali ke kapal. Saya langsung merasa takut lagi karena harus berenang lagi. Untungnya awak kapal akhirnya bisa menjemput kami ke bibir pantai tanpa harus berenang jauh. Fiuhhh, lega banget rasanya. Kayaknya saya harus menjadwalkan waktu untuk belajar berenang di laut lagi seperti dulu. Kayaknya sekarang sudah merasa takut banget snorkeling ntah kenapa. Padahal di Menjangan Bali dua tahun yang lalu masih berenang tanpa pelampung. Mengapa oh mengapa😱😱😱! Tapi hal ini tidak akan membuat saya gentar. Tunggu saja sampai saya jago berenang dan free diving lagi. Aminnnn🤲.

0 comments:

Follow me

My Trip