Sudah membaca banyak referensi dan blog orang yang sudah bepergian ke Melbourne, ternyata kota ini memiliki tujuan wisata yang lumayan sedikit. Selain jalan-jalan keliling kota, yang paling hits adalah Brighton Beach. Mungkin kalian pernah melihat foto-foto tempat ganti baju yang berupa rumah-rumah kecil dengan ukuran yang sama di pantai Melbourne? Nah, tempatnya memang di pantai Brighton.
Perjalanan dari apartemen kami di Southbank ke Pantai Brighton memakan waktu tempuh sekitar 20 menit menggunakan Uber dengan tarif $20an. Sesampai disana, saya agak bingung melihat pantai yang sebenarnya biasa aja. Warna lautnya tidak seindah pantai-pantai di negara-negara Asia Tenggara. Yang menarik dan mencolok memang rumah imut-imut berwarna-warni sebagai tempat berfoto berdiri di sepanjang pingir pantai Brighton bernama Bathing Boxes. Karena kotak-kotak ini berbentuk seperti rumah, saya sebut saja rumah-rumah ya daripada kotak-kotak jadi terdengar aneh.
Lagi sepi |
Sebenarnya fungsi rumah-rumah ini untuk berganti baju setelah berenang di pantai. Karena bulan Agustus masih musim dingin di Australia, jangan berharap bisa berenang di pantai karena airnya memang sedingin es. Dalam sejarahnya, Bathing Box ini merupakan salah satu cara bagaimana dahulu orang-orang Victoria berganti pakaian dan menikmati pantai. Rumah-rumah ini sudah ada sejak tahun 1800an dan masih terus dirawat sampai sekarang. Struktur bangunannya hampir tidak ada yang berubah, semua mempertahankan fitur arsitektur klasik Victoria dengan bahan kayu, papan, dan atap seng bergelombang, seperti asbes. Tidak ada listrik dan air terhubung ke Bathing Box karena memang hanya diperuntukkan untuk ganti baju saja. Jadi kita tidak bisa menginap disini.
Mengajak Mama |
Masing-masing Bathing box yang berada di Pantai Brighton ini, dimiliki oleh pemegang lisensi. Mereka memilih untuk membedakan Bathing Box dengan variasi warna dan lukisan, tanpa mengubah desain bangunan. Hanya orang Australia saja yang boleh memegang lisensi Bathing Box dan juga boleh diturunkan lisensinya ke ahli waris. Ada artikel yang menuliskan kalau rumah-rumah ini juga dijual tapi memang tidak terlalu laku. Ya untuk apa juga?😅 Oh ya, Bathing boxes bukan hanya berada di negara Australia, tapi juga ada di pantai-pantai Inggris, Prancis dan Italia.
Ganti gaya lagi |
Suasana di Pantai |
Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan di pantai ini selain berfoto. Memang sih jumlah rumah-rumahnya banyak banget yaitu 82 rumah jadi bisa berganti-ganti latar belakang dalam berfoto. Setelah mengambil foto yang banyak, jadi bingung juga mau ngapain lagi. Pengunjung pun semakin ramai membuat kita jadi kesulitan berfoto sendirian. Karena hari pun sudah siang, kami pun memutuskan untuk kembali ke apartemen untuk shalat. Awalnya sempat bingung mau makan siang dimana, tapi alhamdulillah ada penjual hotdog halal di parkiran Pantai Brighton. Sempat berpikir makan hotdog doang bakalan kenyang nggak ya? Ternyata porsinya gede banget. Sekalian kita juga beli es krim yang terlihat sangat menggiurkan. Lagi musim dingin makan es krim membuat es krim tidak cepat meleleh. Tapi tetap aja kita harus makan buru-buru karena supir Uber sudah menjemput.
![]() |
Mengantri |
![]() |
Es krim dan Hotdog besarrr |
Makan es krim |
Ada yang unik dalam perjalanan ke apartemen. Supir Uber bercerita banyak hal. Beliau mengatakan bahwa rumah-rumah disekitar Brighton sekarang harganya sangat mahal. 10 tahun yang lalu mungkin kita masih sanggup beli, tapi sekarang udah nggak sanggup lagi. Beliau juga bercerita kalau 30 tahun yang lalu banyak pabrik di Melbourne yang membuat polusi sangat tinggi. Pemerintah kemudian memutuskan untuk menutup pabrik dan hanya menerima impor barang untuk menjamin Australia memiliki udara yang segar. Lihat saja langit birunya begitu cerah.
Waktu itu kita memang mendapat supir Uber sudah tua dan senang ngobrol. Mungkin usianya sekitar 60-70 tahun tapi masih sehat dan kuat menyetir. Beliau juga bertanya tentang pemindahan ibukota Indonesia ke Kalimantan dan menurutnya hal tersebut bisa menjadi jalan untuk mengurangi polusi. Ada benarnya sih, tapi 'kan warga negara Indonesia super banyak kalau dibandingkan Australia sehingga pemindahan ibukota bukan perkara gampang.
Sesampai di apartemen, kita shalat dan makan siang. Jadi berasa seperti di rumah sendiri dimana kita pulang untuk makan siang dan beristirahat. Tapi kita tidak bisa berlama-lama beristirahat, paling hanya sejam saja. Kita masih harus jalan-jalan melihat kota Melbourne karena besok kita sudah kembali ke Sydney.
Baiklah, nanti saya akan bercerita tentang berkeliling kota Melbourne. Sampai jumpa!
1 comments:
Kak... sekalian ceritain tentang obrolan sama driver Ubernya soal pemindahan ibu kota dong. Hehe kok kayaknya seru banget ada orang luar yang excited sama negara kita.
Posting Komentar