Sempat bingung mau melanjutkan menulis tentang Sydney, atau Melbourne dulu ya?🤔 Kita memang mendarat di Sydney pagi hari, tapi malamnya langsung terbang ke Melbourne. Sudah sempat menuliskan tentang tempat wisata paling hits di Sydney yaitu Opera House dan Harbour Bridge, tapi belum menuliskan transportasinya. Setelah menimbang-nimbang alur cerita di blog, akhirnya saya memutuskan untuk posting tentang Melbourne dulu baru nanti melanjutkan Sydney lagi. Semoga tidak mengurangi esensi cerita ya.
Setelah puas berkeliling Sydney hari itu, sekitar pukul enam sore, kita kembali ke apartemen Bang Suryadi. Dora langsung menyibukkan diri dengan memasak bakso🍜 untuk makan malam, agar nanti tidak perlu lagi mencari makan di bandara dan tinggal tidur saja di pesawat. Kita makan secukupnya, lalu bersiap ke bandara Kingsford sekitar pukul 8 malam. Setelah berpamitan dan Uber juga sudah datang, kami melanjutkan perjalanan ke bandara terminal domestik. Setiba di bandara, sempat bingung kok bandaranya sepi banget? Apa karena sudah malam? Oh iya, jangan berharap melihat konter check in yang ada petugas untuk membantu memberikan label di koper kita. Semua bandara di Australia dan New Zealand memberlakukan self check-in. Lebih enak sih sebenarnya karena mesinnya banyak banget dan kita tidak perlu mengantri. Semoga suatu hari bisa diterapkan di Indonesia apalagi penumpang pesawat semakin meningkat setiap tahunnya sedangkan konter check-in malah beberapa sering tutup yang mengakibatkan orang-orang mengantri dan sering telat. Huff!
![]() |
Welcome to Melbourne |
Pesawat Virgin Australia pun terbang dan saya tidur seperti biasa. Mungkin karena masih capek, jadi rasanya ngantuk sekali. Apalagi setelah berjalan-jalan seharian berkeliling Sydney. 1,5 jam kemudian, kita tiba di Melbourne. Semua proses terasa begitu cepat mulai dari turun pesawat dan pengambilan bagasi. Nah, sewaktu keluar bandara, mulailah udara dingin menusuk terasa di kulit. Saya langsung mengancing jaket (semula cuma dibuka saja). Saya cek di hp kalau suhu udara saat itu berkisar 5-6 derajat celcius. Kalau sudah berada di tempat dingin, penanda pertama adalah kalau kita ngomong pasti berasap. Saya dan adik-adik langsung meniup-niup agar asap dari mulut semakin banyak keluar😆😆😆. Padahal kami sudah kedinginan, tapi malah keasyikan mengeluarkan asap dari mulut. Baru akhirnya kami memesan Uber ke apartemen setelah Mama mengeluh kedinginan. Agak kaget dengan harga uber $70, oh tidak😱! Mungkin kalau di Indonesia seperti harga 70rb kali ya (menenangkan diri).
Ada hal yang menarik ketika harus mencari apartemen yang saya booking melalui Airbnb. Lokasinya berada di 88 Southbank Blvd, Southbank VIC 3006, Australia. Karena saya dan keluarga tiba di malam hari, jadinya tuan rumah menaruh kunci di sebuah lockbox yang disematkan pada kunci sepeda yang terpakir di papan penanda jalan di bawah pohon. Tuan rumah mengirim pesan pada saya melalui Airbnb dan mengirimkan foto pohon mana, sepeda mana, dan peta apartemen. Ntah berapa kali saya baca petunjuk mencari kunci tersebut yang menurut saya seperti sebuah teka-teki.
![]() |
Teka-teki masuk rumah |
Kami sudah tiba di lokasi sesuai Gmaps tapi kok nggak ada tulisan nama apartemen sehingga membingungkan. Kami sudah berputar sekali tapi tetap tidak menemukan gedung yang dimaksud. Akhirnya saya bilang pada supir Uber kalau kami turun disini saja. Kasihan juga sudah tengah malam beliau masih berputar-putar mencari apartemen kami. Supir Uber sampai bertanya berkali-kali, "Are you sure the apartement right here?"- Apa Anda yakin apartemennya disini? Saya jawab, "Not sure, but I will ask somebody and follow the instructions to get the key." - Nggak yakin sih, tapi nanti saya tanya sama orang aja, sekalian mengikuti instruksi mencari kunci.
Akhirnya kami sekeluarga turun dengan koper kami yang besar-besar. Saya mulai mencari penanda jalan, pohon, dan sepeda. Setelah ketemu sepeda, saya berjongkok dan mencari-cari lockbox. Duh, terasa seperti mau maling sepeda. Tiba-tiba saya di klakson dan saya berpura-pura nggak tau, takut dikira maling. Mana susah pulak menyesuaikan kode pada gembok. Setelah gembok terbuka, kunci saya ambil, dan saya mendongak untuk melihat siapa yang mengklakson saya. Dalam hati sudah mempersiapkan alasan kalau saya memang terciduk dan disangka maling. Ternyata yang mengklakson adalah supir Uber dan beliau menunjuk kalau apartemen yang kita maksud ada di depan. Saya mengangguk-angguk tanda (berpura-pura) mengerti (karena yang dia katakan tidak kedengaran), baru akhirnya supir pun pergi.
Saya berjalan ke teras sebuah apartemen dan masih kebingungan bagaimana cara masuknya? Kunci sudah berada di tangan tapi bagaimana cara mengakses masuk? Tidak ada tanda-tanda kunci otomatis atau memang kita yang belum tau? Kita jadi menunggu beberapa saat diluar, mana udara semakin malam semakin dingin. Akhirnya ada seorang wanita keluar dan saya bertanya padanya bagaimana cara masuk ke apartemen. Wanita itu bilang kalau gantungan kunci itu adalah aksesnya yang tinggal di dekatkan ke sensor, nanti pintu lobi terbuka. Begitu pula dengan akses ke lantai apartemen. Huff, ternyata mudah sekali😅.
Alhamdulillah akhirnya bisa masuk juga ke apartemen dan takjub melihat interior yang minimalis, rapi, bersih, dan cantik. Saya jadi jalan-jalan dulu melihat-lihat seluruh ruang apartemen termasuk kamar mandi, dapur, ruang tengah, dan kamar. Duh, semua perabotan tertata rapi dan bikin betah. Ditambah akses internet super kencang. Saya menyalakan AC yang juga bisa menjadi heater untuk menghangatkan ruangan. Karena ada mesin cuci, saya kemudian memasukkan baju kotor untuk dicuci. Tenang saja, mesin cuci ini bisa langsung kering kok. Jadi nggak usah pusing memikirkan nanti pakaian malah nggak kering. Nggak terasa ternyata sudah pukul 2 malam. Saya kemudian sikat gigi dan cuci muka, baru deh tidur nyenyak.
![]() |
Apartemen minimalis dan cantik |
Besoknya saya bangun agak telat dan masih santai-santai dulu sambil memasak mie instant. Kita mau menikmati apartemen yang bikin betah terlebih dahulu sekalian mengecek penjualan di Amazon. Rasanya ingin punya meja makan seperti di apartemen dengan meja yang besar, sederhana, dan minimalis. Semoga suatu saat bisa punya apartemen seenak ini biar bisa betah lama-lama nggak usah keluar rumah.
Setelah sarapan, kami mandi dan bersiap ke Brighton Beach. Nanti saya cerita lagi ya. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar