Maret 21, 2020

Mengurus Visa Taiwan

Seharusnya ditanggal ini saya sudah terbang ke Taipei, tapi qadarullah belum bisa. Saya juga agak bingung mau menuliskan peraturan mengenai Bebas Visa ke Taiwan untuk pemegang Visa Jepang, Australia, New Zealand, Canada, dan United States dimasa-masa seperti ini. Kalau kalian buka website Kedutaan Taiwan, sudah pasti sedang tidak bisa berkunjung ke negara ini dan berlaku untuk semua passpor. Jadi, di masa Force Majeure seperti ini, bisa jadi peraturan-peraturan akan terus di update di website kedutaan. 

Saya sebenarnya sudah agak ragu mau ke Taiwan sejak awal Maret dimana muncul kasus positif Corona di Indonesia. Tapi masi optimis kalau negara Taiwan sangat siap menghadapi pandemi ini karena mereka juga pernah berdampak dengan wabah ditahun-tahun sebelumnya. Sampai pada H-3, Taiwan memberlakukan pelarangan masuk untuk semua Warga Negara Asing (WNA) demi menekan penyebaran wabah. Ya sudahlah, mungkin ada hikmah dibalik semua ini.

Walaupun saya batal ke Taiwan karena pandemi Virus COVID-19, tapi saya ingin menuliskan proses pengajuan Travel Authorization Certificate (TAC), sebutan bebas Visa untuk WNA dengan Visa negara tertentu, sebagai dokumentasi pribadi. Insya Allah nanti bisa kesana lagi. 

Berikut langkah-langkahnya
1. Saya masuk ke website https://niaspeedy.immigration.gov.tw/nia_southeast/ dan memilih bahasa.
Pilih Bahasa
2. Setelah itu nanti ada Workflow yang bisa dibaca baik-baik, lalu tinggal klik tombol Next.

Workflow
3. Nah, menurut saya Additional Requirements ini lumayan penting mengenai Visa apa saja yang bisa disertakan untuk mengurus bebas TAC ke Taiwan. Silahkan dibaca dengan seksama.

Dibaca yaaa!
4. Setelah selesai dibaca dan klik tombol Next, maka kalian harus mengisi data-data sesuai passpor.  Saya memutuskan untuk menyertakan Visa New Zealand. Gampang sih proses pengisian data ini, nggak sampai 5 menit juga jadi.
Diisi baik-baik
5. Setelah masukkan data, klik Process Flow, maka selesailah pengurusan TAC. Saya aja sampai heran kok bisa gampang banget ya? Gratis lagi. Mungkin para pemegang Visa negara-negara kuat sudah ribet duluan mengurus Visa untuk masuk ke negara tersebut, sehingga Taiwan udah percaya saja atas prosedur dari negara-negara itu.
Sudah jadi, tingal klik Print
Melihat foto ini masih agak sedih sih karena nggak jadi ke Taiwan. Tapi kalau dipikir-pikir dengan kondisi sekarang, jangankan mau ke Taiwan ya, mau pulang ke Aceh aja nggak bisa. Saya menuruti himbauan pemerintah untuk tidak mudik dan di rumah saja. Walaupun sudah bosan sekali ini😖😖😖.
TAC milik saya 😢
Baiklah, sekian dari saya. Nanti saya ingin menuliskan tentang kegiatan dan perasaan saya selama Social Distancing. Sampai jumpa!

Maret 20, 2020

Perawatan Wajah di ZAP Premiere

Hai, saya akan kembali bercerita tentang beberapa perawatan yang saya lakukan di ZAP Premiere. Perlu diketahui bahwa tulisan ini murni pengalaman pribadi tanpa ada campur tangan pihak lain atau pun iklan. Di postingan Menghilangkan Tahi Lalat di ZAP Premiere, saya mencoba electrocauter yang dilakukan oleh Dermatologist. Setelah 3 minggu, saya kontrol lagi untuk dilihat kondisi wajah dan luka-luka di tempat electrocauter. Sebenarnya luka-luka akibat cauter (diiris) itu bisa sembuh dengan sendirinya dan bekasnya juga akan hilang perlahan asal rajin menggunakan krim pagi dan malam. Dokter juga bilang kalau hari ini sebaiknya saya melakukan perawatan lainnya saja yang sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus ke ZAP Premiere.

Saya kemudian mencoba beberapa perawatan. Berikut penjelasannya:

1. Ekstraksi Komedo (Rp. 500,000) oleh Dermatologist

Kalau menurut saya yang biasanya cuma facial di Natasha Skin Care dan selalu mendapat diskon 50% yaitu dari Rp. 250,000 menjadi Rp. 125,000, saya mending di Natasha deh. Selain karena lebih bersih dan teliti, beautician di Natasha sepertinya sudah sangat terampil mencari komedo saya dengan sangat detail. Berbeda dengan Dermatologist yang hanya memencet komedo yang terlihat saja dan karena saya sedang tidak berjerawat, jadi agak rugi deh.

Saran saya kalau kalian memiliki kondisi kulit wajah yang banyak sekali jerawat meradang, boleh minta di ekstraksi komedo dan Kill jerawat yang dilakukan oleh Dermatologist. Bisa juga sekalian suntik jerawat agar cepat hilang dan berbekas. Tapi kalau cuma komedoan doang di hidung, ke Natasha aja lebih murah dan teliti😬.

2. Diamond Peel Soft (Rp. 499,000)

Diamond Peel ini berfungsi meratakan warna kulit. Jadi setelah electrocauter, pasti muncul freckless di wajah atau noda-noda hitam bisa juga muncul karena kulit terpapar sinar matahari. Untuk menghilangkannya bisa dengan perawatan ini walaupun untuk freckless yang lebih menghitam harus pakai laser diatasnya lagi seperti NDYAG. Diamond Peel tidak dilakukan oleh Dermatologist, tapi dokternya cuma keluar masuk saja untuk mengecek sudah sampai mana perawatan saya.

3. Masker Acne (Rp. 299,000)

Wajah saya kemudian di masker menggunakan cairan berwarna hitam yang berasal dari arang (charcoal). Ini hanya perawatan untuk menjaga kulit wajah tetap mulus saja, bukan hal yang wajib dilakukan ketika bertemu Dermatologist.

Masker Charcoal

Berikut rincian biaya untuk perawatan ini:

  • Dermatologist - Konsultasi SPKK 1 Rp150.000
  • Dermatologist - Ekstraksi Komedo 2 Rp500.000
  • Diamond Peel Soft Rp499.000
  • Produk - NC19 Rp159.000
  • Produk - DNC7 / DC-Bright 1 Rp136.000
  • Produk - NC9 / NC1-CN GP Rp67.000
  • Masker Acne Rp299.000
  • Total Rp. 1,810,000
Menurut saya mending melakukan laser-laser berteknologi tinggi dengan permasalahan kulit yang berat saja kalau mau ke Dermatologist. Kalau hanya perawatan wajah bisa ke ZAP biasa. Untuk saya yang agak nggak rela melakukan perawatan terlalu mahal, mending pakai skin care aja agar wajah tetap glowing daripada harus Diamond Peel atau Masker Charcoal. Bisa dapat berapa skin care ituuu😬.

Di postingan selanjutnya saya akan bercerita tentang perawatan menggunakan laser untuk masalah yang lebih kompleks di wajah saya dan benar-benar worth it dilakukan oleh Dermatologist. Maklum ya, semakin bertambahnya usia, permasalah di wajah semakin banyak. Apalagi ditambah stress yang diakibatkan Virus Corona yang merajalela ini.

Sampai jumpa lagi.

Maret 18, 2020

Kontrol Gigi Saat Social Distancing

Hari Selasa kemarin adalah jadwal saya untuk kontrol gigi yang sudah dibuat sejak dua bulan yang lalu. Padahal sedang ada himbauan untuk #dirumahaja oleh pemerintah, tapi karena ini harus ke dokter jadi saya anggap darurat. Semalam sebelumnya, teman-teman saya sudah mengingatkan untuk berhati-hati. Belum lagi kabar Malaysia Lockdown yang membuat saya langsung nggak enak hati. Yang ada dipikiran saya adalah ketika keluar rumah, maka virus Corona sudah menunggu😵. Hal ini membuat saya nggak bisa tidur sampai jam 1 malam. Haduwh, kenapa begini banget ya?

Akhirnya saya bisa tidur dan bangun Shubuh. Karena masih dalam kondisi ketakutan, padahal masih kurang tidur, saya nggak mau tidur lagi. Saya mengecek kerjaan di Amazon, lalu melihat taman (sangat efektif mengurangi stress), sarapan, mandi, dan akhirnya berangkat lebih awal. Tidak lupa menggunakan masker. Saya memesan Grab menuju stasiun Depok Lama. Nah, di jalan saya baru merasa agak tenang karena aktivitas orang-orang terlihat seperti biasa. Jalanan masih ramai, apalagi ke arah stasiun seolah-olah seperti hari kerja biasanya. Mungkin karena nggak semua perkantoran memberlakukan Work From Home, jadi masih ramai orang-orang yang menggunakan KRL sebagai moda transportasi. Saya naik kereta dan tetap berusaha menjaga jarak. Kebetulan di dalam kereta agak lengang, jadi tetap bisa menerapkan social distancing.

Sesampai di stasiun Pasar Minggu, saya memesan Grab menuju OMDC. Sempat ngobrol sama abang Grab yang katanya sepi banget orderan. Biasa ada anak-anak sekolah yang memesan mereka. Hiks, jadi sedih juga😢😢😢. Tapi mau bagaimana lagi, pemerintah memang tengah berupaya untuk menekan penyebaran wabah virus Corona dengan meliburkan sekolah dan menghimbau perkantoran untuk bekerja dari rumah. Mari kita bersabar bersama-sama.

Sesampai di OMDC, saya menggunakan hand sanitizer bahkan saya lumuri juga ke hp. Suasana klinik masih sama seperti biasa, jam pagi memang agak sepi. Setelah giliran saya tiba, saya melihat Orthodentist menggunakan pakaian lengkap dengan masker, baju khusus, dan pelindung wajah. Wajar sih harus selengkap ini alat tempurnya, karena penularan virus melalui droplet yang biasa di ludah atau ingus.
Sudah rapi
Huft, gigi saya masihhhhh saja ada celah. Dokter sampai gemes sendiri. Saya pun gemes karena nggak rapat-rapat gigi ini. Padahal dalam sebulan ini saya hampir selalu memakai karet elastis, tapi tetap aja bercelah yang disebelah kiri. Kalau barisan gigi kanan sudah rapi dan memang hanya tinggal menunggu gigi kiri jadi rapat. Dokter juga sudah tidak memberikan karet elastis lagi karena seharusnya bulan depan sudah bisa rapat, insya Allah.

Service Charge Rp. 40,000
Kontrol Orthodentist Rp. 275,000

Sepulang dari dokter gigi, saya sempat membeli duku dan buah naga di stasiun Pasar Minggu. Setelah sampai di stasiun Depok, saya membeli nasi padang untuk disantap di rumah. Sesampai di rumah, saya makan siang, lalu pergi sebentar ke tukang kebun untuk membeli pupuk. Saya sengaja masih dengan pakaian yang sama dan belum diganti karena masih mau beraktivitas diluar. 

Setelah pulang dari tukang kebun, saya masukkan semua baju ke keranjang kotor, mencuci tangan dan muka, kemudian berwudhu. Saya shalat Zuhur dulu baru tidur siang. Di situasi seperti sekarang ini, saya berusaha untuk cukup tidur (istirahat) agar imunitas tubuh tetap terjaga. Apalagi tadi malam baru bisa tidur jam 1, jadi harus mengganti waktu tidur yang kurang.

Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala. Aminnnnn🤲!

Maret 14, 2020

Vaksin Influenza di Kantor

Sepertinya kasus Virus Corona (COVID-19) semakin hari semakin mengkhawatirkan, terlebih untuk saya yang selalu menggunakan transportasi umum pada saat pulang pergi dari dan ke kantor. Saya juga sering dinas ke luar kota, terutama Bali. Sejak bulan Januari kemarin, saya sudah menyuntik vaksin influenza sekedar untuk berjaga-jaga kalau (naudzubillah) kena virus Corona, paling tidak, bisa bertahan dengan flu yang tidak parah. Kalau dipikir-pikir, gejala virus Corona itu mirip seperti saat asma saya akan kambuh dimana saya bakalan flu, sakit tenggorokan, demam, lalu sesak napas dan batuk berdahak. Teringat dulu dokter Spesialis Paru yang biasa menangani asma saya pernah bilang, "Vaksin aja, paling nggak nanti nggak flu dulu, jadi nggak sesak deh!" Baiklah...

Tahun 2015 saya pernah di opname sepulang dari Hong Kong karena demam tinggi, flu, dan sesak napas. Ntah saya kena virus apa, tapi dari semua teman-teman yang ikut ke Hong Kong, cuma saya doang yang diopname. Sejak saat itu saya jadi sangat menjaga imunitas tubuh mulai dari berolah raga, istirahat cukup, dan makan teratur, sebelum melakukan perjalanan jauh. Saya mulai vaksin flu di tahun 2016 ketika akan umroh untuk pertama kali. Karena pada saat itu suhu di kota Madinah mencapai 12 derajat di siang hari, maka dokter menyarankan saya untuk vaksin flu. Alasannya sama, paling nggak nanti nggak flu dulu. Sejak saat itu, saya rutin vaksin flu setahun sekali karena memang terbukti (di tubuh saya), saya sangat jarang flu dan jadi tidak pernah sesak napas lagi.

Sebelum memutuskan vaksin sekantor, saya baca-baca artikel di media online tentang vaksin influenza yang berdampak sangat besar untuk meningkatkan imunitas tubuh. Saya sempat ngobrol juga dengan seorang teman yang bekerja di Kuala Lumpur yang mengatakan kalau vaksin flu di klinik-klinik terdekat sudah habis. Bahkan banyak yang bawa hand carry dari luar negeri karena stok semakin menipis. Hal ini agak berbanding terbalik dengan beberapa teman saya di Indonesia yang nggak mau vaksin. Mereka pada bilang, "Untuk apa vaksin flu? Nggak ada gunanya." Ihhh, saya kesel banget sewaktu dijutekin begitu🙄🙄🙄. Memang sih influenza dan Corona itu beda, bedaaaaa sekali. Tapi paling nggak nanti nggak flu dulu, sehingga kemampuan tubuh melawan penyakit bisa lebih baik. Paham?

Terserah orang mau bilang apa. Saya tetap mau menjaga lingkungan saya dan orang-orang yang saya sayangi agar terhindar dari penyakit seperti para karyawan saya yang sehari-hari ke kantor pasti naik transportasi publik. Tepat pada hari Rabu kemarin, seluruh karyawan Rancupid saya wajibkan untuk vaksin flu. Mau menolak? Mana bisa... Kan yang suruh langsung pemilik perusahaan😂. Saya datangkan dokter langsung ke kantor untuk vaksin sekaligus mengedukasi para karyawan betapa pentingnya menjaga imunitas dikala virus-virus seperti ini. Untungnya para karyawan semua 'nurut aja. Palingan ada beberapa yang nggak berani disuntik bukan karena nggak mau atau menyepelekan, tapi karena takut jarum suntik 😂😂😂😂. Ini bikin saya ngakak.
Dokter mempersiapkan obat
Suasana penyuntikan cukup ramai dan seru. Ada yang nggak berani duluan, ada yang pasrah banget, ada yang sampai harus dipegang oleh 2 karyawan cowok. Saya hanya tertawa melihat tingkah laku mereka. Padahal saya termasuk orang yang takut juga dengan jarum suntik, tapi karena saya sudah vaksin jadi nggak ditertawakan sama teman-teman yang lain😆. Dokter juga ternyata membawa vitamin C dan kolagen, sehingga beberapa karyawan yang tetap ingin glowing bisa langsung disuntikkan. Alhasil, udah terbebas dari flu, glowing lagi😂.

Ada yang selow aja disuntik
Ada yang ketakutan setengah mati 🤣
Alhamdulillah semua berjalan lancar. Saya juga menyarankan buat teman-teman yang membaca postingan ini agar bisa vaksin juga, sebelum vaksin influenza menjadi langka. Kalau pun kita (naudzubillah) kena Corona, tubuh bisa lebih siap untuk menghadapinya dan mengurangi resiko kematian. Tidak ada salahnya berikhtiar untuk pencegahan penyakit.

Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala. Aminn ya Rabbal 'alamin🤲.

Maret 13, 2020

Menghilangkan Tahi Lalat di ZAP Premiere

Sebelum PSBB Total tahap pertama berlaku di Jakarta, saya sempat datang ke ZAP Premiere Kota Kasablanka untuk menghilangkan tahi lalat yang ada di pipi sebelah kanan. Dulu saya nggak punya tahi lalat ini, tapi 2 tahun terakhir dia bersarang diwajah dan membawa banyak teman-temannya. Paling nggak suka kalau pakai makeup jadi enggak flawless lagi, mau setebal apa pun memakai foundation, tetap keliatan. Setiap bercermin, pasti ngedumel sendiri. Beberapa kali teman saya menyarankan laser-laser biasa aja karena nanti hilang sendiri, tapi memang enggak hilang-hilang😫. Saya juga malas ke klinik kecantikan biasa karena saya butuh dokter yang paham dengan dunia per-kulit-an yaitu Dermatologist.

Akhirnya setelah duit tabungan cukup, saya mengunjungi Dermatologist untuk konsultasi. Saya memutuskan datang ke ZAP. Jika hendak ke klinik ZAP, cuma bisa di Premiere aja kalau mau berkonsultasi dengan Dermatologist. Karena kantor saya Rancupid dekat dengan Kokas tempat dimana ZAP Premiere berada, ya udahlah ke Kokas aja. Tinggal jalan kaki dari kantor. Saya booking konsultasi dulu untuk memilih hari yang pas. Dan akhirnya hari itu tiba. Agak deg-degan sih, karena ini baru pertama kali saya ke Dermatologist setelah bertahun-tahun.

Saya bertemu dengan dr. Indah Widyasari SpKK. Saya bercerita tentang kebete-an dengan tahi lalat ini. Dokter bilang sebenarnya tahi lalat itu tidak akan mengganggu aktifitas tapi estetika saja. Banyak orang cuek aja, tapi saya nggak bisa. Kan saya suka dandan, dok. Tahi lalat ini bikin dandanan harus tebal yang membuat saya cepet berkomedo. Saya kemudian disuruh tiduran untuk di cek jenis apa tahi lalat ini. 

Nama tahi lalatnya adalah keratosis seboroik, bahasa awamnya adalah kondisi di kulit yang muncul berwarna coklat atau hitam. Teksturnya kasar dan berada di atas permukaan kulit, bisa jadi karena keturunan. Ternyata saya punya banyak keratosis di wajah lho😱. Ah, ternyata faktor polusi, sinar matahari, dan usia mengakibatkan banyak hal di wajah. Dokter bilang, keratosis seboroik bisa di electric cauter, atau permukaan kulit diiris pakai laser. Huaaaa serem juga😱. Tapi tenang aja, bakalan di anastesi dulu kok. Area pipi dan hidung dioles krim anastesi, lalu ditutupi dengan plastik.

Anastesi
Setelah kurang lebih 45 menit, saya di electric cauter. Dokter mengiris-iris tahi lalat yang ternyata banyaaak. Setiap kali dicauter, dokter mengelap darahnya, lalu perawat mengompres permukaan luka dengan NACL. Ada perawat juga yang menyuntikkan vitamin C karena pada saat itu saya dapat bonus gratis Vitamin C. Oh iya, kalau kalian melakukan perawatan yang menimbulkan luka, memang lebih baik suntik Vitamin C agar luka jadi cepat sembuh.
Kompres NACL setelah di cauter
Setelah di electic cauter satu area, saya dikompres NACL selama 15 menit untuk mengobati luka. Kalian bisa lihat di foto banyak sekali yang merah-merah dan itu semua keratosis seboroik, dan ternyata di area bawah hidung sampai dagu juga banyak banget keratosis seboroik (belum di cauter). Ada beberapa bagian juga yang hitam yaitu freckless (noda hitam yang biasa karena paparan sinar matahari). Kalau freckless berada di lapisan bawah kulit jadi nggak bisa di electric cauter. Beda lagi cara menghilangkannya.
Luka-luka bekas electric cauter

Sudah lumayan
Sebenarnya saya memiliki tahi lalat hitam dibawah permukaan kulit yang agak sulit dihilangkan (bisa dilihat di foto atas yang berada di area bawah hidung). Kalau mau dilaser harus lebih dalam lagi dan takut menimbulkan scar (bekas luka). Ya udah deh, mungkin lain kali saya hilangkan tahi lalat itu. Nanti kalau tabungan sudah banyak lagi, baru coba perawatan lainnya yang mungkin lebih heboh. Usai perawatan, saya diberikan anti iritasi, antibiotik, dan ditempel plester. Untung sudah wajib masker jadi saya nggak perlu jalan-jalan dalam kondisi muka bertempel-tempel begitu😂😂.
Muka di tempel-tempel
Selama seminggu, saya diberikan antibiotik karena setiap ada luka harus dikasi antibiotik biar tidak terjadi infeksi. Saya juga wajib mengompres wajah dengan NACL dua kali sehari agar luka cepat sembuh, baru menggunakan obat-obatan yang dioles. Untungnya ketika weekly meeting berikut, wajah saya udah lumayan normal. Luka-luka sudah terkelupas sendiri (jangan sengaja dikelupas ya), walaupun masih memerah. Tapi saya sudah boleh pakai foundation jadi bisa menyamarkan bekas lukanya.

Baiklah, nanti saya tuliskan lagi perawatan lanjutan setelah ini. Berikut harganya ya.

  • Dermatologist - Konsultasi SPKK 2 Rp250.000
  • Dermatologist - Electric Cauter 3 Rp1.000.000
  • Nacl 100 ml (100 ml, putih) Rp20.000
  • Kasa Steril Box (10 count/pkg, putih) Rp15.000
  • Transofix (1 count/pkg, hijau) Rp12.000
  • Produk - Spot 1 / AB 1 Rp195.000
  • Produk - DC6 / SPF-G GP Rp93.000
  • Grand Total Rp1.585.000

Semoga bermanfaat. Sampai jumpa!

Maret 07, 2020

Infuse Glowing Premium di ZAP

Tidak terasa sudah lama juga nggak menulis blog. Sementara memang disibukkan dengan kerjaan di kantor untuk menyambut musim semi di Amerika, bolak-balik dinas ke Bali, dan virus Corona yang mulai merebak. Sampai postingan ini saya tulis, sudah ada 4 orang WNI yang terkena virus Corona. Tapi saya sangat yakin dengan pemerintah yang pasti dapat merawat orang-orang yang terjangkit. Mari kita berdoa agar wabah virus Corona segera berlalu. Amin🤲.

Sebenarnya 2 minggu lagi saya akan pergi ke Taiwan. Walaupun sampai hari ini masih galau bakalan pergi apa enggak, tapi yang pasti saya ingin memproteksi diri dulu agar tidak gampang sakit. Sudah vaksin flu juga di akhir Januari yang alhamdulillah lumayan membuat saya kebal terhadap flu. Sekantor pada sakit, saya tidak, alhamdulillah (tidak bermaksud takabur).

Karena masih punya series di ZAP yang di bulan Februari lalu nggak saya pakai, jadinya bulan ini bisa saya pakai double. Saya memang rutin melakukan perawatan di ZAP tapi nggak bisa diposting semua karena kelihatan aurat, hahaha😂😂😂. Jadi khusus perawatan ini saya bisa tuliskan.

Sekitar 2,5 tahun yang lalu saya pernah mencoba suntik vitamin C sepulang umroh dan berakhir saya muntah parah dan vertigo. Dokter curiga salah satu penyebabnya adalah karena perut saya kosong. Saya sarapan jam 7 pagi, lalu suntik vitamin C jam 11 siang. Mungkin perut sudah kosong lagi. Hal ini membuat saya takut untuk memasukkan cairan sejenis vitamin C lagi ke tubuh. Sampai waktu saya baca sebuah artikel dimana kulit kusam memang lebih baik infuse glowing aja. Saya merasa memang kulit sedang kusam banget. Flek jadi terlalu kelihatan, kulit belang-belang, duh, nggak keren banget deh pokoknya😣.

Akhirnya saya beranikan diri ke ZAP untuk infuse glowing. Saya konsultasikan ke dokter dan bilang kalau saya pernah muntah sewaktu suntik vitamin C. Awalnya ketika booking perawatan memang disuruh makan dulu yang banyak dan saya sampai makan nasi padang (kurang banyak apa lagi). Dokter bilang seharusnya saya baik-baik aja dan akan sangat diawasi oleh dokter ketika nanti cairan infusednya masuk ke tubuh. Baiklah, bismillah saya coba juga akhirnya.

Kemarin saya melakukan 3 perawatan sekaligus yaitu Underarm Hair Removal (Rp. 199,000 per sekali datang, tapi saya punya paket Lifetime seharga Rp. 2,999,999), Photo Facial (Rp. 749,000), dan Infused Glowing (Rp. 749,000). Photo Facial dan Infused Glowing sudah saya bayar dengan paket series, jadi kemarin cuma bayar konsultasi dokter Rp. 50,000 dan Facial Wash Rp. 75,000.
Dapat Lifetime Medal
Perawatan pertama adalah Underarm Hair Removal. Seperti biasa ketiak bakalan di shaving (dicukur) melayang dan disisakan 1mm untuk indikator sinar laser. Proses ini hanya berlangsung 5 menit saja. Setelah itu tangan saya dicarikan nadi untuk dimasukkan infus, sambil wajah saya di Photo Facial. Ada 1 dokter dan 2 perawat yang mengerjakan semua perawatan di tubuh saya. Agak seram sebenarnya, tapi tawakkal aja sama Allah.
Lagi di Infused
Setelah cairan infus dimasukkan, sekitar 5 menit kemudian dokter bertanya apakah saya pusing, sesak napas, atau ada keluhan apa gitu? Alhamdulillah saya baik-baik saja. Dokter masih mengerjakan Photo Facial sampai selesai, sementara cairan infus terus masuk ke tubuh saya. Ketika hampir selesai pun, dokter masih bertanya ada reaksi nggak ke tubuh? Dan Alhamdulillah saya masih baik-baik saja. Setelah selesai Photo Facial, infus pun selesai. Kepala saya mulai agak pusing, tapi menurut saya ini karena mata saya ditutup untuk laser, dan ketika buka mata langsung melihat lampu yang terang. Setelah semua perawatan selesai, saya bayar ke kasir lalu duduk menunggu sekitar 15 menit untuk melihat reaksi ke tubuh. Alhamdulillah masih baik-baik aja.

Setelah keluar dari ZAP, saya membeli roti untuk mencegah asam lambung naik karena vitamin C dosis tinggi yang masuk ke tubuh. Setelah makan roti, saya jadi sendawa beberapa kali. Saya pulang ke rumah naik busway dan kereta, lalu beli makanan lagi. Sesampai di rumah, saya minum air putih yang banyak agar tidak memberatkan kerja ginjal. Warna pipis pun jadi kuning banget, jadi saya terus-menerus minum air yang banyak.

Untuk mencegah kelebih vitamin dalam tubuh (Hipervitaminosis), sebaiknya dua hari setelah perawatan nggak usah minum vitamin (saya jadi rutin minum vitamin sejak merabaknya wabah virus Corona). Minum air putih aja yang banyak untuk membersihkan ginjal. Sampai tulisan ini saya posting, tubuh saya jadi segar banget, warna pipis sudah bening, dan kulit di punggung tangan terlihat sekali lebih cerah (biasanya sangat hitam dan kucel, kesel deh😑). Dokter bilang, kalau mau mencerahkan tubuh sampai ke tahap "tercerah" (biasanya bisa dilihat di area kulit dekat ketiak), bisa melakukan infused glowing biasa (Rp. 499.000) seminggu sekali. Tapi saran dokter sih mending 2 minggu sekali saja dimana sekali yang premium karena berisi multivitamin untuk stamina tubuh dan sekali lagi yang glowing biasa. Jadi sebulan 2 kali aja. Cuma ya perawatan ini menurut saya lumayan mahal, tapi kalau mau mempunyai kulit mulus, lembab, dan cerah, bisa dicoba.

Oke deh, nanti kapan-kapan saya cerita lagi tentang perawatan yang saya lakukan. Sampai jumpa.

Follow me

My Trip