Curug Malela adalah air terjun yang ingin saya kunjungi sejak jaman kuliah. Dulu kalau mendengar teman di Geologi ITB cerita betapa kerennya curug ini😍, rasanya ingin sekali kesana. Sayangnya 10 tahun yang lalu akses ke curug ini sangat sulit. Kita harus naik ojek sampai ke desa (lupa namanya), dan dilanjutkan trekking lebih dari 6 jam. Memikirkan usaha kesana aja udah membuat saya mundur teratur. Belum lagi kalau teman-teman cewek biasanya malas kalau harus bercapek-capek kesana. Masa' pergi dengan cowok-cowok? Pasti susah ijinnya ke Papa. Ya sudah, mungkin suatu hari nanti saya bisa kesana dan ternyata baru punya kesempatan di tahun 2020.
Lokasi salah satu curug terbesar di Pulau Jawa ini berada di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Curug Malela terkenal karena bentuknya yang lebar mirip Air Terjun Niagara di perbatasan Amerika-Kanada, bahkan membuat curug ini populer dengan sebutan The Little Niagara. Walaupun Curug Niagara mungkin puluhan kali lipat lebih besar dari Curug Malela.
 |
Waktu tempuh |
Perjalanan saya dimulai dari Bandung. Kalau dilihat dari peta sih, lokasi Curug Malela bisa ditempuh dalam waktu 3 jam. Jauh juga yaaa😧😧😧. Tapi karena kami sudah berniat untuk kesana, jadi tetap pergi walaupun jaraknya jauh sekali. Kita keluar tol lalu diarahkan masuk ke Kota Baru Parahyangan (KBP). Sempat 'nyasar di KBP karena ternyata pintu keluar yang diarahkan Google Maps belum ada, jadi terpaksa memutar balik dan bertanya pada satpam KBP. Baru deh diarahkan ke jalan yang benar.
 |
Jalan yang harus dilalui |
Perjalanan pun dimulai. Awalnya sih jalannya masih lebar. Setelah satu jam kemudian, mulai deh kita masuk ke jalanan yang sepertinya baru beberapa bulan ini di aspal. Jalanannya lumayan seram, karena kiri kanan jurang😧. Mana teman saya yang nyetir cewek pulak, tapi dia berani banget dan tak gentar sama sekali. Setiap saya tanya, "Berani nggak?" Dia selalu jawab dengan tegas, "BERANI!" Oke, kalau dia sePeDe itu, saya jadi yakin juga. Sepanjang jalan pemandangan sangat indah karena kita masuk ke kampung-kampung antah berantah. Kayaknya memang Google Maps salah mengarahkan kita sampai masuk ke waduk yang sudah 5 tahun tutup. Terpaksa tanya satpam yang menjaga waduk dan akhirnya diarahkan ke jalan yang benar. Biasanya kalau udah ketemu Alfamart atau Indomaret, saya jadi yakin kalau kita berada di jalan besar yang sering dilalui orang-orang. Daritadi masuk ke jalan yang hanya bisa dilalui satu mobil saja. Kalau tiba-tiba ada mobil dari arah berlawanan, saya pasti deg-degan😨. Teman saya tetap santai aja karena katanya kalau orang sini lebih pinter mengelak minggir dan nggak ragu-ragu, sehingga kita bisa jalan pelan-pelan tapi nggak menabrak.
 |
Cuma bisa dilewati satu mobil |
 |
Pemandangan indah |
Saat melihat plang bertuliskan arah ke Curug Malela, disitu kami baru lega. Huff, akhirnya hampir tiba. Semakin mendekat ke curug, jalan juga semakin sempit. Alhamdulillah akhirnya tiba. Kami parkir mobil, lalu mulai trekking menuju curug. Sebenarnya kalian bisa naik ojek ke bawah, tapi mending jalan kaki aja karena kalau perjalanan turun 'kan seharusnya gampang. Memang agak licin karena Jawa Barat sering banget hujan.
 |
Mulai trekking |
 |
Jalan licin |
Trekking ke Curug Malela dari parkiran membutuhkan waktu sekitar 20 menit karena saya membawa anak-anak dan orang tua. Mungkin kalau saya jalan sendiri bisa memangkas setengah waktu. Dari kejauhan sudah terdengar suara air terjun sangat deras dan kami jadi sangat antusias, ingin cepat sampai jadinya. Kalau sudah mau dekat ke curug, jalanan jadi lebih bagus. Jadi bisa sekalian mempercepat langkah.
 |
Curug semakin terlihat |
Alhamdulillah akhirnya kami tiba di Curug Malela. Terlihat tulisan nama curug yang tampak baru dibuat dalam beberapa bulan belakangan ini. Saya langsung menyetel kamera dan melangkah menaiki jembatan untuk mendekat ke curug. Ternyata jembatan menuju curug sangat-sangat licin! Kalian harus super berhati-hati karena saya saja sampai melangkah sambil jongkok. Takut tiba-tiba terpeleset jatuh ke curug. Arus curug sangat deras, apalagi di musim hujan seperti ini. Kalian jangan coba-coba berenang, kecuali mau nama kalian tinggal kenangan.
 |
Curug Malela |
 |
Licin banget
|
Saya mengambil beberapa foto di dua jembatan. Jembatan yang lebih tinggi tidak terlalu licin sih, tapi tetap harus hati-hati. Maunya bahan pembuat jembatan jangan kayu seperti ini karena rawan sekali terjadi kecelakaan. Pokoknya kalian harus hati-hati ya, kecuali kalian pergi di musim panas.
 |
Pose dulu |
 |
Hati-hati ya berfoto disini |
Setelah puas berfoto, kami pulang. Kali ini mau naik ojek aja ke atas karena anak-anak dan orang tua pasti tidak kuat menanjak. Kami memesan 3 ojek seharga Rp. 100rb. Jangan salah, naik ojek disini juga ada tantangan tersendiri. Ternyata seram sekali😱😱😱!! Bayangkan kalian harus naik ojek dengan jalan berlumpur dimana kiri dan kanan jurang😱. Roda sepeda motor saja sampai dipasangkan tali tambang agar menambah gesekan dan meminimalisir licin. Saya rasa naik ojek di jalan menanjak ini lebih seram dari rollercoaster. Saya sampai terdiam tak sanggup berteriak. Anak-anak malah senang, huff!
 |
Roda sepeda motor dipasang tali |
 |
Menaiki tebing |
 |
Serammm 😱 |
 |
Jalannya😱 |
Akhirnya sampai juga ke parkiran😮💨. Saya merasa encok karena mempertahankan badan agar tetap lurus. Kami pun akhirnya kembali ke mobil untuk pulang. Kali ini kita memutuskan untuk mengikuti plang hijau di jalan yang mengarahkan ke Bandung. Ternyata jelas-jelas jalannya sudah berbeda dari tadi pas pergi. Kami melewati jalan besar terus, bahkan tidak ada jalan kecil sama sekali. Saya dan teman-teman sempat makan di warung padang dan shalat di mesjid, baru melanjutkan perjalanan ke Bandung. Walaupun waktu yang ditempuh ketika pulang tetap 3 jam, tapi kita merasa lebih aman karena melewati jalan utama sampai tembus ke tol.
 |
Desa tempat kami shalat |
Semoga cerita perjalanan saya ke Curug Malela bisa menjadi pedoman kalian agar tidak nyasar ketika jalan-jalan kesana. Lebih baik bertanya pada "akamsi" (anak kampung situ) daripada ikut Google Maps. Beneran deh! Saya sudah membuktikannya.
Baiklah, sampai jumpa di cerita seru lainnya.