November 29, 2020

Alveolectomy di OMDC

Kemarin saya keluar rumah untuk ke dokter gigi hanya karena besi pengait behel yang dipojok sebelah kiri copot. Gara-gara makan ayam geprek terlalu keras😅, jadilah behel copot. Kenapaaa saya makannya terlalu bersemangat? 🤭Huff! Sebelum ke OMDC seperti biasa, saya teringat kalau harus melakukan Cone Beam Computed Tomograpy (CBCT) Scan di OKDental terlebih dahulu. Ya udahlah sekalian keluar, jadi saya mengurutkan ke OKDental dulu naik KRL sampai halte Sudirman, kemudian lanjut MRT turun di Blok A. Setelah itu saya tinggal naik Grab aja ke OKDental. Oh iya, enak juga bisa naik MRT ke daerah Dharmawangsa (Blok A). Teringat dulu saya sering ke Natasha disana, tapi sekarang sudah tidak pernah lagi sejak Natasha buka di Depok.

Menunggu

OK Dental Clinic berada di Wijaya Grand Centre, Blok C, Jl. Wijaya II No. 38. Cuma 5 menit naik Grab/Gojek. Sebelumnya saya sudah melakukan reservasi pada pukul 13:30, tapi baru sampai disana pukul 14:00, hehehe🤭. Soalnya tadi makan dulu yang banyak biar sekalian sikat giginya. OK Dental ini milik Dr. Kim, dokter gigi dari Korea. Saya baru sadar ternyata pasiennya banyak banget orang China, Korea, dan Jepang. Saya mendengar beliau berbicara fasih bahasa Jepang kepada pasien.

CBCT Scan

Tanpa menunggu lama, saya langsung dibawa ke ruang CBCT. Alat scannya mirip rotgen Cephalometri, tapi CBCT bisa sekalian melihat otot yang menyangga tulang-tulang. Jadi kalau ada tumor, bisa langsung diketahui. Semua perhiasan harus dilepas ketika di scan, termasuk jam tangan. Kemudian kepala saya ditaruh pada alat scan sambil gigi mengigit indikatornya. Bibir juga harus dikatupkan. Tidak sampai 1 menit, scan selesai. Saya sedikit melihat hasil scan 3Dnya dan saya tidak melihat ada kelainan. Mungkin saya memang tidak pintar untuk membaca beginian.

Selesai CBCT, saya membayar Rp. 500,000 di kasir. Sebenarnya harga aslinya Rp. 1,6 juta, tapi karena Dr. Kim kenal dengan Dr. Chandra (Orthodentist yang membuatkan surat pengantar untuk scan), jadi dapat diskon Rp. 1,100,000. Lumayan banget kan?🥳🥳🥳

Saya kembali ke OMDC dan menunggu antrian dokter Chandra. Sekitar 30 menit kemudian, saya dipanggil masuk ke ruangan. Saya menyerahkan hasil scan yang berupa CD kepada dokter, kemudian saya duduk di kursi praktek. Sekitar 5 menit menunggu, saya melihat dr. Chandra masih di depan laptop. Saya jadi ketakutan, apa ada yang salah dengan rongga mulut saya? Ternyata, CDnya nggak bisa dibuka. Fiuh, kirain kenapa🥲. Jadi beliau memasang behel saya yang copot dulu, baru balik melihat laptop lagi. Masih belum bisa dibuka. Wah, apa jangan-jangan OKDental salah ngasih CD?🤔 Pikiran saya mulai terusik.

Dr. Chandra kemudian mengatakan kalau hari ini sedang ada Dr. Arbi Wijaya, Spesialis Bedah Mulut.

"Saya langsung rujuk aja ya ke dokter Arbi, baru masuk hari ini. Nanti beliau bisa membaca lebih detail dan menjelaskan ke kamu secara terperinci."

Saya langsung deg-degan. Haduh, kenapa nih?🤔 Ada apa nih?🤔 Perawat Dr. Chandra memanggil bagian reservasi dan langsung merujuk saya ke dr. Arbi. Saya harus menunggu 2 pasien yang masing-masing 45 menit untuk bisa konsultasi dengan dokter. Saya juga melihat dr. Chandra masuk ke ruangan dr. Arbi dan menyebut-nyebut nama saya. Saya jadi deg-degan sendiri, tapi mau gimana lagi? Mau kabur juga nggak bisa🤭.

1,5 jam kemudian, saya dipanggil masuk. Dr. Arbi menunjukkan laptop beliau pada saya dan menjelaskan kondisi rahang. Alhamdulillah tidak ada kelainan, tumor, atau kanker, atau apa pun yang menyeramkan. Kondisi tulang semuanya baik, tapiiii memang tulang diatas gigi sebelah kanan ini lebih tebal. Orthodentist bakalan lebih sulit mengkondisikan gigi dibawahnya karena tulang yang tebal itu.

Solusinya bagaimana? "Saya akan memotong gusi dan mengikis tulang didalamnya. Nama perawatannya Alveolectomy. Nggak seram kok, masih lebih seram operasi gigi di pojok (Odontektomi). Pekerjaannya juga cepat, dan saya akan bius yang banyak supaya nggak kesakitan. Harganya juga cuma Rp. 1,000,000, berbeda dengan Odontektomi yang sampai diatas 3 juta. Bagaimana, mau dikerjakan sekarang?"

Saya langsung pusing 🤯🤯🤯membayangkan gusi dibuka, tulang dikikis, OMG😱😱😱! Saya bilang ke dokter, saya mau keluar dulu untuk 'mikir dan bertanya pada keluarga. Dokter mempersilahkan saya keluar dulu untuk pikir-pikir. Saya sempat tanya pada bagian reservasi kalau dr. Arbi jadwalnya cuma seminggu sekali di hari Sabtu dan jadwal saya sudah penuh di weekend selama bulan Desember. Saya menelepon Mama, dan Mama juga keheranan kenapa saya tiba-tiba mau bedah? Saya jelaskan permasalahannya, baru Mama mengerti. Mama bilang, lakukan saja, "nanti Mama berdoa dari sini".

Saya kembali ke bagian reservasi dan minta dijadwalkan kembali hari ini ke dokter Arbi. Dan saya mendapat jadwal jam 8 malam, dan sekarang masih pukul 17:15, oh tidak😱! Mau makan, nggak boleh. Akhirnya minum teh aja. Bayangkan saya harus menunggu 2,5 jam dalam kondisi deg-degan dan lapar. Mau pesan gofood, tapi nggak boleh makan. Saya akhirnya googling aja tentang operasi yang akan saya hadapi sebentar lagi.

Apa itu Alveolectomy? Menurut docdoc.com, Alveolectomy adalah prosedur bedah gigi yang bertujuan untuk mengangkat sebagian atau seluruh tulang alveolar di sekitar gigi serta merubah bentuk dan permukaan tulang rahang agar siap untuk prosedur berikutnya. Ini merupakan salah satu bedah gigi paling efektif untuk mengangkat gigi infeksi langsung dari akarnya. Selain itu, tingkat kesuksesannya tinggi dan resiko terhaadap komplikasi parah sangat kecil. Prosedur ini, basanya dilakukan sebagai persiapan sebelum pemasangan prostetik gigi.

Kalau dari baca artikel di google sih nggak seseram itu, tapi nggak tau nanti pada kenyataannya bagaimana. Sudah bosan buka google, social media, whatsapp, akhirnya saya dipanggil juga. Dr. Arbi langsung bilang, "Udah siap kan? Yuk kita mulai aja biar nggak lama." Saya semakin deg-degan, "Pokoknya jangan sakit ya, dok!" Dokter jawab, "Siap! Nanti saya bius yang banyak."
Siap-siap
Bismillah

Saya di tensi dulu dan hasilnya agak tinggi, 127. Biasa saya di 105-110. Dokter bilang, "Kamu takut ya? Nggak usah takut, saya bakalan bikin nggak sakit". Dokter menyuruh saya menarik napas, lalu saya dibius. Duh, jarum suntik masuk ke gusi berkali-kali itu rasanyaaaaa... 😭😭😭Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dokter menunggu bius mulai bekerja, saya disuntik lagi. Kali ini udah nggak begitu ngilu, jadi dokter menyuntik bius berkali-kali. Dokter terus bertanya, "Sakit? Kalau sakit, bilang." Kalau saya merintih sedikit, pasti dokter berhenti, lalu menambah bius.

Bedah gusi, seram 😭
Saya sempat mengambil foto dimana dokter sedang membuka gusi saya. Duhhh betapa seramnya melihat darah sebanyak itu. Cara memotongnya agak seram dan menekan kepala, jadi saya terus-menerus ketakutan. Selesai gusi dipotong, lalu dikikis tulangnya pakai bor yang airnya heboh mengenai seluruh wajah. Saya sampai berpikir mau pakai masker snorkeling aja biar bisa bernapas karena air dari bor juga masuk ke hidung. Sebenarnya proses bedah ini nggak sakit sama sekali, tapi karena tulang yang ada di kepala, jadi ya seram😭. Kalau saya mulai ngilu, disuntik bius lagi. Sampai-sampai hidung saya sebelah kanan jadi mampet, karena biusnya kena saraf hidung.
Belah lagi😭
Selesai proses pemotongan, dilanjutkan penjahitan😭. Dokter menyuntikkan bius lagi dirongga langit-langit dan rasanya adududududuh😭😭😭! Saya melihat jarum jahit berkali-kali masuk ke mulut, keluar lagi, masuk lagi, dipotong, masuk lagi, begitu seterusnya😭😭😭. Sampai-sampai untuk menjahit langit-langit, dokter harus berdiri. Saya udah nggak bisa terlalu buka mulut lagi karena sudah kebas dan lemas. Untung dokter tetap menenangkan kalau semua baik-baik saja.

1 jam lebih kemudian, gusi saya selesai dijahit. Saya jadi nggak bisa buka mulut. Dokter bilang, saya harus lebih banyak diam, nggak boleh banyak ngomong. Nggak boleh ketawa ngakak, kalau nguap dijaga-jaga. Malam ini nggak boleh sikat gigi dulu, besok aja. Harus dijaga makannya, nggak boleh makan keripik, kerupuk, kacang, semua yang keras-keras. Jangan sampai jahitan sobek yang bikin bisa berdarah. OMG!🤯
Hasil jahitan
Selesai semua proses pembedahan, saya bayar dikasir. Berikut rinciannya.

  • TOST001 - OSTEOTOMY / ALVEOLECTOMY / TINDAKAN - SPESIALIS drg. Arbi Wijaya Sp.BM Rp. 1.000.000
  • FCOA001 - CO-AMOCYCLAV 625 MG Rp. 95.000
  • FMIN001 - MINOSEP MERAH GARGLE 150MLRp. 56.700
  • FARC010 - ARCOXIA 90 MGRp. 75.000
  • APD004 - APD 95.000 (Kontrol) Rp. 95.000
  • SCPL - Charge Pasien Lama Rp. 40.000
  • TBUC001 - BUCAL TUBE Rp. 65.000

Setelah nggak terlalu pusing, saya pulang. Karena sudah terlalu malam, susah banget nyari yang jualan bubur. Untung masih ada dan abang Grab mau 'nungguin saya beli bubur untuk alas lambung minum obat. Mana saya baru boleh makan sejam lagi agar luka sudah mengering terlebih dahulu. Padahal udah lapar banget dan lemas.

Minimal satu minggu kemudian, saya sudah boleh lepas jahitan. Tapi saya takut juga mau lepas jahitan terlalu cepat karena pasti sakitttt😭. Nanti saja 2 minggu lagi sewaktu saya harus kontrol behel. Doakan semoga saya sehat wal'afiat ya, aminn 🤲. Sampai jumpa!

November 24, 2020

Kenangan di Kota Medan

Medan bagi saya adalah kota yang menyimpan kenangan sangat banyak. Dulu sewaktu masih kecil, pernah sebulan sekali ke kota ini untuk kontrol asma. Sudah pernah diopname di kota ini juga, sudah pernah beberapa minggu harus menginap di Rumah Sakit karena Papa operasi, dan sudah hampir semua Mall pernah didatangi mulai yang masih buka hingga sekarang sampai yang sudah tutup. 

Kalau mengingat kota Medan, yang paling teringat ya Papa. Beliau sangat hafal jalanan di kota Medan bahkan sampai setiap sudutnya sebelum ada Google Maps seperti sekarang. Sewaktu masih kuliah, Papa juga suka menjemput saya di Medan, sekalian liburan. Kita jalan-jalan dan makan-makan di RM. Garuda saja sudah senang bukan kepalang. Termasuk mencicipi sarapan lontong Medan favorit kita sekeluarga.

Sewaktu saya menginap di rumah abang, saya minta dibelikan lontong juga untuk sarapan. Awalnya abang mau beli sendiri, tapi saya ingin ikut serta. Ternyata sepanjang jalan banyak yang kenal dengan abang karena sudah lebih dari 4 tahun bolak-balik Lhokseumawe-Medan karena kakak ipar saya mengambil spesialis kulit di Universitas Sumatra Utara (USU).

Lontong Medan
"Bang, nggak belanja hari ini?" tanya tukang sayur. "Udah lama kali aku nggak liat abang lah..."
"Iya COVID, nggak dibolehin kantor ke luar kota," jawab abang saya.
"Bang, nggak nge-laundry hari ini?" tanya kakak laundry.
"Nggak kak, kan udah kemarin."
Saya hanya tersenyum mendengar logat Medan dari percakapan mereka yang sudah lama tidak saya dengar. Karena kakak ipar saya sibuk kuliah, memang kadang di kala weekend abang saya yang mengantar laundry dan belanja ke tukang sayur.

Sepulang beli sarapan, saya menyantapnya dengan cepat karena enakkkk sekali🤤. Setelah itu abang dan kakak beres-beres rumah karena besok mereka mau pindah ke Lhokseumawe. Kakak sudah lulus menjadi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Dermatovenereology), dan mereka akan mengembalikan rumah sewa ini. Saya hanya bisa membantu sedikit karena bingung juga mau ngapain karena mereka yang lebih tau barang-barang mau ditaruh dimana. Selesai beres-beres, kami mandi dan keluar untuk makan siang. Sekalian mau ke bandara juga.
Ayam goreng RM. Garuda
Kali ini saya ingin makan di RM. Garuda, rumah makan favorit Papa. Teringat dulu setelah operasi ginjal, Papa minta diantarkan makan siang kesini. Atau setelah menjemput saya di bandara, pasti mampir kesini juga (dulu bandara masih di Polonia jadi dekat ke RM. Garuda di jalan Gadjah Mada). Berhubung penerbangan saya sudah dekat dan jadwal kereta terdekat sisa sejam lagi, jadi kami makan disini agak keburu-buru deh. Nggak apa-apa yang penting sudah makan Garuda.
Bolu terenak di Indonesia
Setelah makan, saya dan keluarga mampir sebentar di Bolu Meranti yang rukonya masih berderetan juga dengan RM Garuda. Duh, kangen banget langsung datang ke toko Bolu Meranti untuk memilih bolu gulung terenak se-Indonesia ini. Dulu beli Meranti masih di harga Rp. 50,000an, sekarang udah Rp. 70rb-Rp. 80rb. Saya beli 2 kotak yang berisi tiga varian rasa. Lumayan untuk dibagi-bagi ke teman-teman di kantor.
Harga 1

Harga 2
Oh iya, waktu itu jadwal kereta bandara pukul 14:15, dan saya jam 2 siang masih di jalan. Udah was-was banget tapi akhirnya abang bisa sampai ke stasiun pukul 14:08. Saya salam abang dan kakak, lalu langsung berlari masuk ke stasiun🏃‍♀️. Mana salah pintu masuk pulak, untung ada bapak-bapak porter yang memberitahu pintu yang benar seraya membantu membawa koper saya sambil berlari juga.

Petugas Railink udah teriak, "YAK TUJUH MENIT LAGI, TUJUH MENIT LAGI!" AAAAH😱😱, saya langsung panik. Saya memesan tiket sambil membuka masker saking ngos-ngosannya. Petugas bilang, "nggak apa-apa Kak, masih ada 5 menit lagi." Mendengar hal itu saya bukannya tenang, malah tambah takut😱. Saya menyerahkan tiket ke petugas di pintu masuk, membayar potter sekalian mengucapkan terima kasih, lalu langsung berlari lagi sampa masuk ke kereta. Huffff baru tenang.
Duduk manis
Setelah menaruh koper pada tempatnya, saya duduk, dan pintu kereta pun ditutup. Kurang lebih 1 menit sebelum keberangkatan, maka pintu kereta ditutup. Kakak ipar saya menelepon untuk memastikan apakah saya keburu naik kereta atau tidak karena ternyata mereka masih di depan stasiun untuk menunggu kabar dari saya. Kalau sekiranya saya nggak keburu, mau dianterin ke bandara. Alhamdulillah saya sudah duduk manis di kereta yang sedang melaju menuju Bandara Kualanamu.

28 menit kemudian, saya tiba di bandara. Saya melakukan verifikasi dokumen rapid tes antibodi, baru cek in. Setelah itu saya masuk ke gate dan menunggu kira-kira satu jam untuk boarding. Saya ke bandara termasuk last minute juga jadi tidak perlu menunggu lama untuk boardiang.
Pesawat berasap-asap
Menurut saya, AirAsia merupakan maskapai yang disiplin menerapkan protokol kesehatan. Naik pesawat harus bergantian dan harus patuh, nggak boleh asal serobot. Ada seat distancing juga, jadi kita sebagai penumpang bisa merasa lebih aman, Alhamdulillah. Sewaktu turun juga harus bergantian per 3 baris kursi. Selain baris yang ditunjuk, semua penumpang wajib duduk di tempat dan nggak boleh sama sekali berdiri untuk mengambil bagasi cabin. Kalau pesawat lain biasanya semua berdiri dan berdesakan siapa yang duluan mau turun. Huff!

Baiklah, sekian cerita saya tentang Sumatra Utara. Semoga bermanfaat, sampai jumpa di cerita di kota lain!

November 21, 2020

Air Terjun Sipiso-piso

Sepulang dari Taman Simalem Resort, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Sipiso-piso yang jaraknya lumayan dekat dari tempat ini. Mungkin hanya sekitar 30 menit saja. Awalnya abang saya nggak mau kesana. Dia bilang jalannya jelek-lah, berkelok-kelok-lah, pokoknya saya sampai sebel😖 dan bersikukuh tetap ingin kesana😖. Kapan lagi ke air terjun ini dan saya ingin kesini sudah sejak 2013. Setelah segala bujuk-rayu, akhirnya berhasil juga mengajak abang kesana😙.

Air Terjun Sipisopiso atau Sipiso-piso adalah sebuah air terjun yang berada di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Nama Sipisopiso diambil dari nama sebuah Gunung yang berada tepat di timur laut Air Terjun Sipisopiso. Gunung yang juga disebut Dolok Sipisopiso ini memiliki ketinggian sekitar 1.860 meter di atas permukaan air laut. Kalau kita berjalan mengikuti Google Maps, pasti kelewatan tempatnya, jadi harus bertanya orang sekitar dulu baru menemukan jalan yang sebenarnya. Saya sampai takjub melihat air terjun sangat tinggi berada di balik gunung😱. Kita sama sekali tidak bisa melihat dimana air terjun yang sangat tinggi ini di perjalanan sampai kita menemukan jalan berbelok dan melihatnya dari kejauhan. Masya Allah!

Masya Allah air terjun di balik gunung

Air Terjun Sipiso-piso memiliki ketinggian hingga 120 meter dan mengucur deras membentuk garis vertikal sempurna. Suara deru aliran airnya sangat derasss sampai membuat kita takjub😱. Air Terjun ini berada di bibir kaldera raksasa Danau Toba, jadi kalian dapat melihat Danau Toba yang berhadap-hadapan dengan air terjun. Sayangnya lensa wide kamera saya tidak bisa mengambil dua pemandangan air terjun dan danau karena saya berdiri di jarak yang terlalu dekat dengan pemandangan indah ini.

Danau Toba di seberang air terjun

Saya langsung geregetan mau turun ke kaki air terjun. Masa' udah kesini nggak turun sih? Tapi abang saya nggak mau turun karena dia malas capek kayaknya. Semula saya takut juga turun sendiri, takut kenapa-napa di jalan nanti nggak ada yang tolongin. Hmm, tapi saya memutuskan tetap turun dan mengatakan sama abang saya kalau dalam satu jam saya nggak kembali, silahkan dicari.

Tangga turun

Saya kemudian berjalan turun dulu sampai ke warung karena masih banyak pengunjung turun sampai disitu. Saya mengobrol dengan bapak penjaga warung dan bertanya apakah aman turun sendirian? Beliau bilang sih aman, nggak pernah ada apa-apa. Lalu saya melihat ada sepasang orang pacaran turun, dan saya akhirnya mengikuti mereka. Saya minta ijin untuk ikut dan nggak akan mengganggu mereka pacaran kok, hahaha😂😂.

Fotoan di warung sebelum turun lagi
Dari jarak lumayan dekat
Ketika perjalanan turun, mulai ramai orang dan saya sudah tidak was-was lagi. Kami bahkan sempat mengobrol. Kebanyakan mereka dari Medan naik sepeda motor kesini pulang-pergi tanpa menginap. Keren juga ya bisa sanggup kesini cuma naik motor. Mereka mengira saya wartawan karena bawa kamera dengan lensa besar. Dengan sedikit berlari, saya buru-buru turun supaya abang saya nanti nggak nyariin. Salah seorang pengunjung sampai heran kenapa saya nggak ngos-ngosan sama sekali, apalagi daritadi saya berjalan lebih cepat dari mereka. Mungkin karena perjalanan turun kan gampang ya, nggak tau deh nanti ketika menanjak.
Masya Allah indahnya😍
Sesampai di kaki air terjun, Masya Allah debit airnya derasssss sekaliiii😱😱😱. Lebar air di bawah mungkin sekitar 5 meter sehingga tempiasnya bisa terpental jauh sekali. Saya sampai basah kuyup seperti diguyur hujan. Saya jadi takut kamera basah, jadi saya nggak berdiri begitu dekat ke air terjun. Padahal jarak sampai bisa menyentuh air mungkin sekitar 50 meter lagi, tapi tempiasnya sudah membuat saya basah. 
Berpegangan di jembatan
Saya minta tolong difotokan di sebuah jembatan. Sempat terpeleset karena licin dan membuat panik para pengunjung😱, tapi alhamdulillah saya pegangan sangat kuat di pagar jembatan. Emang serem juga kalau pakai sepatu nggak terlalu pakem tapaknya, karena memang area air terjun pasti sangat licin. Oh iya, air terjun ini terbentuk pada aliran Sungai Pajanabolon yang merupakan salah satu sungai menyuplai air ke Danau Toba. Air Terjun Sipisopiso berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan air laut. Jadi kalau nggak hati-hati di jembatan, bisa masuk ke sungai nanti. Tapi arusnya nggak deras sih.
Foto lebih dekat sebelum kamera saya simpan karena takut basah
Selesai berfoto dan bermain sebentar, saya pamit kepada orang-orang disana untuk naik. Kakak ipar sudah menelepon karena dia khawatir saya kemana. Awalnya malah pas ditelepon nggak masuk-masuk, mungkin karena di kaki air terjun nggak ada sinyal. Saya mulai berjalan menanjak, disinilah saya kecapekan. Haduhhh, ternyata susah sekali naiknya😩. Mana saya nggak bawa minum, jadi terasa haus sekali dan berkunang-kunang😩. Perasaan seperti ini yang saya takutkan kalau pergi sendirian ke alam, kalau kenapa-kenapa nggak ada yang tolongin.
Masih harus menanjak
Saya berdoa, semoga selamat sampai tujuan, dan mulai melanjutkan perjalanan. Haduh capek banget😩, mana cuaca panas. Baju saya yang tadinya basah kuyup sudah kering kerontang saking panasnya. Saya juga kehausan setengah mati. Saya jalan, istirahat, jalan lagi, sampai akhirnya saya menemukan warung. Saya beli air minum, duduk beristirahat sambil menghela napas, baru energi saya kembali.
Menanjak terussss😩
Bapak penjaga warung terkejut juga karena saya sanggup naik dalam waktu 30 menit, padahal saya sudah merasa mau mati tadinya karena kecapekan dan mengejar waktu supaya nggak diomelin abang. Abang saya sudah menelepon dan menyuruh saya cepat naik karena dia lapar. Duh, doi nggak tau apa kalau perjalanan susah, ugh😩! Akhirnya saya melanjutkan jalan ke atas. Bapak warung bilang, "Dek, kau duduklah sebentar lagi biar nggak pingsan. Atau kau tarik napas sekali lagi," (dengan logat Batak yang kental). Saya bilang nggak bisa karena sudah ditunggu oleh abang. Nanti dia ngomel, saya nggak sanggup dengar dia ngomel😆. Akhirnya saya sampai ke parkiran, langsung masuk mobil, dan berangkat. Saya membuka jendela mobil agar bisa menghirup udara lebih banyak. Alhamdulillah napas saya cepat kembali stabil dan saya jadi lapar berat.

Kami pergi mencari warung makan. Saya kira abang dan kakak sudah makan di warung sekitar parkiran, tapi ternyata banyak yang tutup karena pandemi. Salah satu pedagang disitu bilang, sebelum pandemi ramai sekali bule' datang ke Danau Toba dan Sipiso-piso, apalagi ada Airasia yang turun di bandara Silangit yang terdekat dari situ. Sekarang jadi sangat sepi, sehingga mereka terkadang memang sengaja nggak jualan. Semoga pandemi cepat berlalu ya Allah. Amin🤲!
Makan bebek
Kami mampir di sebuah rumah makan yang menurut saya sangat enak, ntah karena kecapekan turun ke air terjun. Saya makan bebek cabe ijo yang gede dan lembut dagingnya dengan sangat lahap. Haduwwh enak bangettt deh. Alhamdulillah🤲. Kita menghabiskan waktu agak lama di rumah makan sekalian shalat juga. Saya juga butuh istirahat karena kaki mulai pegal.
Karo dingin dan hujan
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Medan. Disini agak seram karena kita harus berlomba-lomba dengan abang-abang Batak yang menyetir mobil L300 tanpa mau mengalah. Bayangkan, kita sudah berbaris rapi di jalan, eh dia pengen menyalip barisan, bahkan di tikungan, padahal di depan ada truk. Saya nggak bisa tidur sama sekali sepanjang jalan ke Medan, karena ketakutan ketika abang menyetir. Ada lagi mobil L300 menyalip kali dan membuat truk di depannya harus berhenti untuk memberikan mereka jalan. Ya Allah seramnyaaa😱😱😱😱. 

Alhamdulillah kami tiba dengan selamat di Medan tanpa berkurang satu apa-pun. Ternyata benar kata orang, nyawa supir L300 di Sumatera Utara ada 9. Subhanallah...

November 18, 2020

Perjalanan ke Berastagi

Setelah shalat Shubuh di Niagara Hotel Parapat, kami kembali ke Medan karena kakak ipar saya harus menghadiri acara mendadak di Universitas Sumatra Utara (USU). Pagi-pagi buta harus sudah keluar hotel demi acara itu. Perjalanan di pagi hari lebih cepat 30 menit, mungkin karena sepi. Kami juga bisa sarapan di mobil yang sudah dipesan dari hotel.

Sesampai di Medan, kakak ipar pergi ke USU, sedangkan saya dan abang hanya tidur-tiduran saja di rumah. Abang saya sedang beristirahat agar bisa menyetir kembali nanti siang ke Berastagi. Saya malah bingung mau ngapain di rumah. Akhirnya cuma browsing aja sampai kakak ipar pulang. Sebelum ke Berastagi, kami makan dulu di jalan dan setelah makan saya jadi ngantuk berat🥱. Saya sempat tertidur dan ketika bangun sudah sampai ke tujuan. Dari Medan ke Berastagi memang cuma membutuhkan waktu 2 jam lebih, tergantung kecepatan ketika menyetir. Saya bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir kali ke Berastagi. Ntah pernah ntah belum🤔.

1. Mikie Holiday Hotel & Resort

Saya mendapatkan harga promo ketika menginap disini. Resort yang satu ini sangat indah, ditanami jenis bunga-bunga 💐💐💐yang sangat banyak. Mungkin karena Berastagi adalah dataran tinggi, jadi udaranya memang sangat cocok untuk menanam beraneka jenis bunga. Tempatnya juga bagus, ada kolam renang, taman bermain, paling cocok memang untuk menginap bersama keluarga.

Bunga-bunga

Berpose
Saya memilih kamar yang memiliki lantai 2 (family room) supaya terasa quality time-nya. Sebenarnya saya termasuk jarang berhubungan dan bercerita panjang lebar bersama abang dan kakak ipar. Jadi jalan-jalan kali ini adalah waktu yang sangat tepat. Oh iya, kamar keluarga yang kami pesan jadi mirip seperti yang disewakan AirBnB diluar negri karena memiliki 2 lantai di satu ruangan.
Gunung Sinabung yang berasap
Kalian juga bisa melihat langsung gunung Sinabung dari Mikie Resort. Alhamdulillah ketika kami disana kemarin semua aman terkendali.

2. Pasar Berastagi

Kakak ipar berkeinginan ke pasar buah Berastagi yang terkenal murah-murah harga buahnya dan banyak jenisnya. Saya sih 'ngikut aja kemana yang diajak karena saya memang tidak tahu juga harus kemana dan ngapain kalau di tengah kota seperti ini. Baru saja masuk di pintu pasar, semua pedagang sudah menawarkan buah mereka. Ada markisa (buah yang paling banyak di Sumatra Utara), salak Medan, kesemek, jeruk Berastagi, dan berbagai macam lainnya.

Beraneka macam buah-buahan
Dikupasin
Setelah banyak pedagang menawarkan buah sampai dikupasin, akhirnya saya mau mencicipi buahnya asalkan ketika dikupas daging buah tidak kena tangan mereka. Sejak COVID19, saya lebih nggak mau makan sesuatu dari tangan orang lain melebihi biasanya. Dulu aja nggak mau, apalagi sekarang😑. Tapi para pedagang itu paham banget cara mengupas buah tanpa mengenai dagingnya. Saya akhirnya mencicipi banyak sekali buah. Saya suka rasa buah kesemek yang unik, salak Medan yang agak pahit tapi manis, jeruk Berastagi dengan rasa jeruk baby dicampur sunkist, juga markisa yang menjadi andalan di Berastagi. Semua saya lahap dan saya beli banyak untuk dibawa pulang.
Nongkrong makan malam
Roti srikaya
Setelah belanja buah, kami mampir ke sebuah resto untuk makan malam sekalian ngemil. Karena COVID19, saya dan keluarga sengaja mencari tempat yang sepi dari pengunjung di resto. Walaupun resto ini termasuk yang paling terkenal di Berastagi, saya dan keluarga memilih lantai 3 yang hanya kami bertiga saja disitu. Nggak mau bercampur dengan pengunjung lainnya walaupun ada social distancing antara meja. Setelah makan, kami kembali ke hotel. Saya kemudian meminta tolong kepada resto di hotel untuk mengupas dan memotongkan jeruk juga buah kesemek untuk cemilan di kamar hotel.
Cemilan sehat
3. Taman Simalem Resort
Kami hanya menginap semalam saja di Mikie Holiday Resort. Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Simalem Resort. Tempat ini sebenarnya sangat terkenal sebelum pandemi. Pengunjung yang datang kesini bisa ribuan orang perhari. Rata-rata anak sekolah di Medan pun melakukan study tour ke resort ini. Sayangnya ketika pandemi menerpa, semua bisnis terpukul, termasuk tempat wisata.
Voucher yang nggak bisa dipake
Pearl of Lake Toba
Saya tetap ingin datang untuk melihat sendiri bagaimana keindahan Taman Simalem yang memiliki pemandangan Danau Toba dari ketinggian. Tiket masuk Rp. 200,000 perorang dan menurut saya harganya lumayan mahal. Sebenarnya tiket segitu termasuk voucher berbagai wahana yang sayangnya semua tidak bisa dipakai lagi. Kami kemudian masuk dan mendapati tempat ini super duper sepi dan kurang terawat. Sepertinya hanya saya dan keluarga saja sebagai pengunjung. Taman Simalem memang sangat luas, tapi rumput-rumput mulai panjang dan naik ke jalan. Pengelolaan jadi berkurang drastis karena pandemi.
Rumput sudah mulai meninggi
Tujuan utama saya kesini hanya untuk melihat Danau Toba. Saya parkir tidak jauh dari sisi danau, lalu dengan semangat berjalan mendekat ke danau yang terlihat seperti lautan tanpa batas ini. Dari foto-foto saya kalian bisa lihat kalau rumput-rumput sudah panjang, sehingga keindahan pemangandang di sisi danau sedikit berkurang.
Banyak ilalang yang tinggi

Masya Allah indahnya
Saya jadi tidak berlama-lama disini karena sepi. Awalnya mau makan siang disini juga nggak bisa karena memang nggak ada resto yang buka. Kami hanya duduk bersantai di tepi danau sampai ada beberapa pengunjung datang. Mereka juga menggerutu, "Ahh dulu nggak kayak gini-lah tempatnya," seraya melihat rerumputan ilalang yang meninggi. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi. Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa.
Dandelion
Baiklah, perjalanan selanjutnya adalah air terjun paling ngetop seantera Indonesia yang saya hampir nggak jadi kesini karena abang susah banget dibujuk. Tapi akhirnya abang mau juga. Ok, Sampai jumpa!

November 16, 2020

Parapat, Kota di Sisi Danau Toba

Saya sudah tidak ingat lagi kapan terakhir kali ke Parapat🤔, Sumatra Utara. Dulu sewaktu masih kecil, Papa pernah mengajak kami sekeluarga berlibur ke kota dengan pemandangan di sisi Danau Toba (danau terbesar di Indonesia) dan pada saat itu saya masih sangat kecil. Bahkan adik yang paling kecil aja belum bisa jalan, berarti mungkin sekitar tahun 1991. Saya bahkan tidak ingat lagi bagaimana suasana kota Parapat. Sewaktu abang saya mengajak ke Parapat, saya langsung mau. 

Tol Tebing Tinggi
Abang bilang kalau sekarang ke Parapat terasa lebih singkat karena kita bisa melewati tol Tebing Tinggi dan membuat jarak ke Pematang Siantar jadi dekat sekali hanya sekitar 2 jam. Setelah itu kami terus melewati jalan berkelok-kelok dengan berlomba dengan abang Batak yang mengendarai mobil sangat kencang tapi hampir tidak pernah kecelakaan😅. Mungkin nyawanya ada 1000 kali ya, hahaha😂. Sepanjang jalan saya tertidur, bangun lagi, tertidur lagi, baru akhirnya sampai di rumah makan. Ntah kenapa saya suka banget segala makanan di Sumatra Utara karena masih kental dengan masakan Melayu. Begitu banyak rumah makan yang menyediakan makanan Melayu.
Sate dan cumi saus padang
Perjalanan dari Medan ke Parapat termasuk makan siang menghabiskan waktu sekitar 4,5 jam. Kami lalu check in Hotel Niagara, baru nantinya mau nongkrong di tepi danau. Ternyata hotel ini tuh bagus banget pemandangannya, diapit oleh gunung-gunung dan bisa melihat langsung ke arah Danau Toba. Rencana semula mau check in doang dan menaruh koper, eh malah main dan berfoto dulu di area hotel.
Parkiran hotel
Pemandangan indah Masya Allah
Kalau kalian punya waktu lebih lama, bisa memulai eksplorasi hotel mulai dari kolam renang. Disitu kalian bisa melihat Danau Toba yang Masya Allah luasnya, bahkan tidak terlihat ujungnya. Saya takjub melihat danau yang seperti lautan karena tidak terlihat batasnya. Biasanya kan kalau kita ke danau, pasti tau sampai mana perbatasannya.
Danau tanpa batas
Kalian bisa terus berjalan ke area halaman hotel yang dipenuhi bunga. Bahkan ada sebuah gapura yang dikelilingi oleh bunga yang bermekaran indah. Karena kota Parapat adalah dataran tinggi, maka disini bunga-bunga bisa mekar dengan ukuran sangat besar. Jangan lupa bawa lensa potrait untuk berfoto cantik diantara bunga warna-warni.
Diantara bunga warna-warni
Yang jadi masalah adalah kami sudah membooking hotel 2 malam di Parapat, tapi kakak ipar saya mendadak harus menghadiri acara di Universitas Sumatra Utara (USU) keesokan harinya. Duh, USU bikin acara kok tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya ya. Mana hotel nggak bisa di refund. Sempat sedih juga karena harus menghanguskan uang hotel satu malam, tapi kasihan juga si kakak. Ya udah deh, besok pagi-pagi sekali kita harus balik ke Medan lagi.
Santai di pinggir danau
Untuk makan malam, abang mengajak ke sebuah hotel yang bersisian persis dengan danau. Kalau tidak salah namanya Inna Parapat. Sayangnya karena bukan menginap di hotel tersebut, kami nggak bisa turun sampai menyentuh air danau. Sebenarnya sebelum pandemi melanda negara kita, orang luar (tidak menginap di hotel) bisa bebas masuk ke area danau. Tapi untuk menaatin protokol kesehatan, sekarang hanya boleh penghuni hotel saja yang dapat turun ke pinggir danau banget. Ya sudah deh, nggak apa-apa. Kita duduk nongkrong bercerita sampai malam di resto hotel yang juga bisa terlihat danaunya seraya menikmati lampu-lampu yang berkelap-kelip.
Teh tarik
Malam di hotel

Udara semakin dingin dan kami sudah lelah. Saya dan keluarga memutuskan untuk kembali ke hotel. Saya juga mau menikmati kamar hotel yang hanya bisa satu malam saja. Padahal kamarnya enak dan luas, tapi ya mau bagaimana lagi. Saya suka hotel ini tapi karena lift sedang diperbaiki, agak capek juga kalau harus naik tangga seraya menenteng koper ke lantai 3 (tempat dimana kami menginap). Mungkin sekarang sudah bener liftnya, jadi kalian bisa naik lift aja biar nggak capek.

Baiklah, nanti saya akan bercerita lagi tentang Berastagi. Sampai jumpa!

November 15, 2020

Benjolan di Gusi

Sepulang dari Medan kemarin adalah jadwal kontrol gigi berikutnya. Sebelumnya saya pernah menuliskan kalau indikator metal di gigi saya masih miring secara horizontal yang berarti behel di gigi saya belum bisa dicopot. Padahal sudah dicoba ubah susunannya oleh Orthodentist tapi kurang menunjukkan hasilnya. Yang jadi masalah adalah susunan gigi atas. Bahkan sampai kembali merenggang.

Pada kontrol kali ini, dokter sampai diam berpikir sambil memperhatikan gigi saya. Mau diapain lagi ya ini? Saya bilang pada dokter kalau gigi geraham saya yang paling pojok susunannya agak naik, tapi gigi disebelahnya turun banget. Akhirnya dokter mengambil keputusan untuk menempelkan besi kembali ke geraham pojok (beberapa bulan yang lalu sempat dibuka karena gigi sudah rapat), sebagai pengaitnya. Saya juga harus memakai karet elastis di 4-5 gigi kiri agar cepet turun.

Pakai karet elastis
Nah yang jadi masalah adalah dokter mendeteksi ada benjolan di gusi saya yang menyebabkan gigi sebelah kanan nggak bisa naik ke atas. Benjolan tersebut menghambat gigi naik ke atas. Jujur aja mendengar hal itu saya langsung deg-degan, waduh kenapa ini😱? Saya sempat menunjukkan hasil rotgen setahun yang lalu kepada dokter dan nggak ada apa-apa digusi. Dokter juga jadi heran.
Terlihat ada benjolan
Terlihat jelas kalau bibir diangkat
Akhirnya dokter memberikan surat pengantar untuk melakukan Cone Beam Computed Tomograpy (CBCT) Scan atau bahasa lainnya rotgen 3D untuk kepala. Dokter menenangkan saya kalau scan ini hanya untuk memastikan kalau tidak ada apa-apa di gusi saya. Kalaupun ada sesuatu bisa langsung cepat ditangani (mendengar ini jadi deg-degan lagi😣).

Doakan semoga tidak ada hasil yang mengerikan ya. Semoga semuanya baik-baik saja. Amin ya Allah🤲.

  • Kontrol Sapphire Orthodentist Rp. 275,000
  • Karet Elastis Rp. 40,000
  • APD Rp. 95,000

Follow me

My Trip