Desember 10, 2020

Keseruan di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Ntah udah berapa kali ke Makassar tapi nggak pernah mencoba ke tempat-tempat wisata disana. Dulu cuma pernah ke Trans Studio Mall (TSM) Makassar yang pada saat itu adalah satu-satunya TSM di Indonesia. Ntah kenapa dulu nggak berpikir wisata alam, mungkin karena keterbatasan waktu. Padahal Sulawesi Selatan sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Kali ini memang sengaja beli tiket ke Makassar dengan rentang waktu agak lama untuk mengeksplorasi provinsi ini mulai dari selatan ke utara.

Tulisan di atas tebing

Saya dijemput oleh Dita, teman sejak kuliah sampai sekarang. Kami shalat dulu di masjid dekat bandara baru langsung ke Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang jarak dari bandara sekitar 1 jam ditempuh dengan menggunakan mobil. Saat ini Taman Nasional dikelola oleh Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berkedudukan di kecamatan Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan dan menjadi kawasan konservasi atau taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004. 

Pintu masuk

Awalnya agak was-was karena sudah sore, takut tempatnya tutup. Tapi ternyata kata petugas loket bilang bahwa Taman Nasional ini buka 24 jam. Oh aman deh kalau begitu. Harga tiket masuk taman Rp. 30,000 dan kita tetap harus bayar lagi untuk masuk Taman Kupu-Kupu dan Air Terjun. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah taman kupu-kupu yang ternyata sedang di renovasi dan banyak kupu-kupu sedang dipindahkan ke tempat penangkaran lain. Yahhh sedih deh😔. Tapi untuk menuntaskan rasa penasaran, saya tetap turun untuk melihat kupu-kupunya. Di tempat ini sedikitnya ada 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7/1999. Beberapa spesies unik bahkan hanya terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu Troides Helena Linne, Troides Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo Adamantius, dan Cethosia Myrana. Menurut sejarah, antara tahun 1856-1857, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu. Beliau menyatakan Bantimurung merupakan The Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu) karena di lokasi tersebut terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu.

Kupu-kupu tersisa
Setelah puas melihat kupu-kupu yang berwarna-warni dan yang berukuran besar walaupun hanya sedikit, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke air terjun. Saya tidak menyangka bakalan seru banget di kawasan air terjun, jadi nggak siap-siap mau 'nyebur. Saya hanya mengganti sepatu dengan sendal gunung saja. Maunya sekalian ganti baju renang deh, ugh🙄! Air terjun ini debit airnya sangat deras dan karena pandemi tidak terlalu ramai orang meskipun ada saja yang main seluncuran air menggunakan ban karet. Duh seru banget😆. Bahkan mereka mengajak kami ikutan main.
Parkiran air terjun
Pintu masuk air terjun
Air terjun yang sangat deras
Mau berfoto diganggu terus😅

Ketinggian air terjun hanya 1,5 meter dan mungkin ini adalah salah satu air terjun terpendek yang pernah saya lihat. Karena pendek dan deras, jadi kita merasa aman kalau mau bermain di kaki air terjun. Sebenarnya saya sudah berjalan mendekat ke air terjun untuk berfoto. Cuma beberapa kali adik-adik yang bermain seluncuran ban bolak-balik terus sehingga harus menunggu mereka meluncur dulu baru saya bisa berfoto😅. Yang agak menakutkan adalah arah seluncuran mereka ke saya, dan saya takut kena terjang😨. Saya sempat terpeleset sedikit juga, untung dipegangin. Seandainya saya nggak pakai baju casual begini, mungkin saya adalah orang yang pertama untuk ikut mereka main seluncuran.

"Awas kak, kami mau seluncuran!"
Setelah berfoto disisi kanan, kami mencari angle foto di sisi kiri. Saya sekalian belajar memakai lensa wide Fujinon XF 10-24mm untuk mengambil aliran air sehalus rambut. Setelah beberapa kali jepret, akhirnya berhasil juga, walaupun tidak sebagus foto-foto dari fotografer PRO yang bisa langsung mengatur pencahayaan. Teringat dulu sewaktu training fotografi, kita bisa mengatur pencahayaan sampai sangat detail sehingga tidak perlu lagi meng-edit foto menggunakan software tambahan. Semoga semakin sering travelling, saya semakin jago mengoperasikan kamera PRO. Amin!
Air terjun berambut
Awalnya saya dan teman-teman mau menaiki anak tangga menuju ke Goa tapi Dita sudah tidak sanggup lagi. Dia nanjak 'dikit aja udah capek, hahaha😂. Ya udahlah, daripada dia nanti pingsan, kita kembali ke Makassar saja. Jarak tempuh Taman Nasional Bantimurung ke kota Makassar sekitar 1,5 jam. Setiba di tengah kota, kami sempat nongkrong dulu, baru pulang ke rumah Dita.

Baiklah, nanti saya lanjutkan lagi ya ceritanya. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip