Desember 18, 2020

Pertama Kali Swab Antigen

Padahal saya sudah memperhitungkan masa berlaku rapid tes antibodi sejak dari Makassar bisa dipakai sampai pulang ke Aceh karena rentang waktu masih dalam 14 hari. Hanya saja peraturan berubah karena ada pembatasan sosial lagi sehingga sekarang di bandara hanya berlaku Swab Antigen dan PCR. Saya sudah mencari tau apakah masih berlaku rapid antibodi karena tujuan saya ke Aceh yang masih berlaku rapid antibodi, tapi semua sumber yang saya baca menuliskan bahwa swab antigen berlaku sejak tanggal 18 Desember 2020 dari dan menuju Pulau Jawa, tepat di tanggal saya pulang ke Aceh. Tau 'gitu beli tiket di tanggal 17 saja, hahaha😅. Saya sudah menelepon beberapa klinik di dekat rumah dan juga Rumah Sakit, tapi jarang sekali ada swab antigen. Kebanyakan hanya rapid antibodi dan PCR. Kalau ada pun, harganya mahal, sekitar Rp. 300rban keatas. Saya baca di bandara Soekarno Hatta tersedia juga swab antigen dengan harga Rp. 200rb. Ya udah, saya putuskan swab di bandara aja deh. Hanya saja mungkin harus lebih awal ke bandara, jangan sampai mepet.

Seumur hidup saya belum pernah di swab (dicolok) hidung. Jujur aja saya takut, apalagi kalau sampai hasilnya positif. Nanti malah nggak bisa pulang kampung. Tapi pikiran-pikiran aneh langsung saya tepis. Saya berangkat ke bandara sekitar 5 jam sebelum jadwal keberangkatan untuk mengantisipasi antrian swab antigen di hari pertama pasti panjang. Tempat swab antigen berada di Terminal 2 Kalayang. Dengan menggerek koper, saya berjalan menuju lokasi dan benar saja apa yang saya antisipasi sebelumnya, antrian sungguh sangat panjang😮.

Antrian panjang
Di dalam Kalayang

Yang bisa saya lakukan hanyalah mengantri dengan sabar. Ya mau 'gimana lagi? Nggak mungkin pun kalau mau menyerobot antrian. Untung koper terisi dengan padat jadi bisa diduduki untuk sedikit melepas lelah. Ada beberapa orang yang jadwal penerbangannya sudah mepet, sehingga dia minta ijin pada antrian depannya untuk di swab duluan. Ya kita ijinkan saja, pasti kalau di posisi dia bakalan sangat panik karena antrian panjang, sedangkan jadwal boardingnya juga sudah semakin dekat. Untung jadwal penerbangan saya pukul 11:50. Saya mengantri kurang lebih satu jam untuk akhirnya sampai ke meja registrasi. Saya harus membayar Rp. 200rb dan cashless menggunakan ATM BCA atau BNI. Ada beberapa orang nggak punya atm bank-bank tersebut, jadi nebeng ke orang yang punya. 
Harga swab
Setelah registrasi, saya mengantri untuk di swab yang lumayan lama juga. Ketika tiba giliran, saya langsung deg-degan😰. Saya mendongak dengan pasrah, lalu petugas memasukkan alat ke dalam hidung saya dan rasanya, OMG! Air mata dan ingus pun keluar. Saya sampai harus mengeluarkan tisu untuk ngelap ingus dan air mata. Setelah swab, saya mengantri untuk menunggu hasil berupa print-out di atas kertas. Saya melihat antrian semakin mengular, banyak orang yang panik karena melihat antrian yang menurut mereka tidak mungkin keburu karena waktu sudah mepet. Seharusnya peraturan ini dibuat ketika proses di lapangan (contoh: di bandara) sudah siap dan tidak menimbulkan kerumunan. Kalau seperti ini orang-orang pasti tidak akan tertib dan berpotensi tertular/menularkan virus Corona.
Alhamdulillah negatif
Menunggu hasil swab di print mungkin sekitar 20 menit. Saya sampai bertanya ke ibu yang nge-print karena punya saya kok lama banget ya🤔? Akhirnya hasil swab saya diberikan dan alhamdulillah hasilnya negatif. Saya kembali ke terminal 2 untuk stempel validasi dokumen swab, lalu tidak sengaja melihat monitor kalau jadwal penerbangan Batik Air ke Banda Aceh malah dipercepat dari pukul 11:50 menjadi pukul 11. Spontan saya panik. Saya lalu berlari masuk ke tempat cek in yang ternyata antriannya juga mengular. Haduh gimana nih, sisa 1 jam 30 menit lagi sampai jadwal terbang pesawat.

Saya mengantri dengan sabar dan berdoa semoga masih keburu. Alhamdulillah berhasil cek in, lalu saya kembali berlari menuju boarding gate. Karena melihat masih ada waktu, saya mampir dulu beli siomay di Alfa Ekspress karena lapar sekali (memang sudah jam makan siang). Saya makan siomay dulu, baru masuk ke bagian screening untuk masuk ke gate. Oh ya, sebenarnya saya membawa monstera berukuran besar di koper. Karena panik jadwal pesawat dimajukan, saya sudah tidak peduli lagi 'gimana nanti kalau koper diperiksa dan disuruh buka seperti sewaktu saya di bandara Kualanamu. Fiuh, untungnya enggak.

Ketika sudah berada di boarding gate, eh pesawat malah delay. Kesel nggak? Sudah pasti! Yang tadi awalnya pukul 11:50 berubah ke pukul 11, lalu berubah lagi ke pukul 12:30. Ya Allah, padahal sudah lelah sekali berlari ke konter cek in agar tetap keburu. Mana saya mulai bersin-bersin, mungkin efek samping alat di colok ke hidung kali ya? Padahal saya tidak dalam kondisi flu. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Saya duduk di kursi boarding gate, lalu beberapa puluh menit kemudian akhirnya naik ke pesawat juga.
Selamat datang di Banda Aceh

Alhamdulillah tiba di bandara Sultan Iskanda Muda Banda Aceh dengan selamat, walaupun hidung saya masih meler. Abis di swab kok malah flu😪. Huff! Sebenarnya karena sudah di swab, saya jadi lebih percaya diri untuk bertemu keluarga karena yakin insya Allah tidak bawa virus. Sesampai di rumah saya mandi, ganti semua baju, lalu bisa bercengkrama bersama keponakan yang lucu.

0 comments:

Follow me

My Trip