Januari 28, 2021

Mengelola Keuangan Ala Saya

Ntah berapa kali orang-orang bilang, "Mut, enak ya jadi CEO. Duitnya banyak." Dan ada juga yang bilang, "Mut, kamu CEO, mobil aja nggak punya." Huff😑😑, cuma bisa mengelus dada. Apakah kalian tau hal apa yang paling dekat dengan seorang CEO yang sedang merintis perusahaan? Kalau menurut saya adalah 'bokek'. Iya, saya memang sering bokek, tapi saya selow aja. Done writing....

Duit oh Duit

Tenang saja, saya tidak akan hanya membahas satu paragraf saja di postingan kali ini. Tapi saya akan menulis beberapa hal. Memiliki perusahaan tidaklah mudah, bahkan sangat sulit. Ntah berapa kali saya jatuh, bangkit lagi, jatuh lagi, dan kembali bangkit. Saya sering kehabisan uang, dan sering juga mendadak kaya. Kalau dulu sih sewaktu mendadak kaya, saya bisa berfoya-foya sampai akhirnya tidak memiliki uang sepeser pun. Teringat pada saat itu ketika nggak punya duit, saya pulang ke Aceh dan minta Mama saya menjamin hidup dengan memberikan makan tiga kali sehari. Mama bilang, "Makan boleh. Tapi nggak boleh belanja beli baju, nggak boleh ke salon, dan nggak boleh jalan-jalan." Baiklah Ma, saya nurut saja. Yang penting bisa bertahan hidup🥲.

Dengan uang pencairan asuransi kantor sebelumnya, saya bisa balik lagi ke Jakarta dan mencoba bertahan hidup (lagi). Karena masih kekurangan uang juga, saya pernah ikut bazar untuk berjualan kosmetik Korea dan keripik hanya untuk menjamin saya bisa makan di minggu itu. Minggu depan kita pikirkan nanti saja. Dan semua hal ini terjadi ketika saya baru 2 bulan mendirikan perusahaan. Apakah hal ini enak? Tidak sama sekali. Dulu saya berpikir kalau keputusan mendirikan perusahaan seperti bunuh diri, tapi ternyata tidak juga. Ini memang cita-cita saya dari kecil, jadi direktur. Jadi kalau punya cita-cita ya dikejar saja. Kalau belum tercapai, selagi masih nyawa di badan, berarti masih ada harapan.

Pada akhirnya memang hasil tidak akan mengkhianati proses. Seandainya saya dulu selalu banyak duit, saya tidak bisa merasakan bagaimana susahnya memperjuangkan sesuatu. Saya memang sangat mencintai perusahaan, karena sudah saya perjuangkan dari tidak ada uang sepeser pun, sampai banyak sekali. Dari kepepet tidak punya uang, saya bisa menguras otak untuk mengeluarkan ide-ide cemerlang agar menghasilkan duit. Bukan duit yang banyak, tapi duit untuk makan pada minggu itu saja, untuk bertahan hidup. Kalau kalian terus memiliki banyak uang, kalian pasti nggak tau rasanya uang di ATM nggak bisa ditarik lagi sama sekali. Kalau kalian makan enak terus, kalian nggak akan tahu caranya mengolah makanan yang dibeli kemarin sampai bisa dimakan lagi hari ini. Itulah kehidupan saya, sejak awal resign dari perusahaan yang lama, sampai sekarang. Meskipun sekarang sudah jauh lebih baik.

Saya jadi terbiasa mengelola uang dengan cara saya sendiri sejak terlalu sering jatuh-bangun. Jangan tanya berapa uang yang saya miliki di rekening karena memang jarang ada cash berlebihan. Oh ya, saya punya rekening di beberapa bank tapi isinya hanya nol rupiah saja. Jadi kalau harus mendebit kartu ketika sedang belanja, saya harus berpikir dulu, "ini kartu debit ada duitnya nggak ya🤔?" Biasa saya isi hanya untuk membayar kartu kredit. Kalau nggak ada tagihan ya berarti enggak diisi😬. 

Baiklah, mari kita tulis secara detail satu demi satu caranya mengelola uang ala saya yang sebenarnya nggak bisa diterapkan juga kalau hal-hal darurat terjadi. Nah, lho?🤔

1. Prioritas Dalam Setahun

Ini menjadi tabungan yang saya nggak bisa diganggu gugat kecuali Spring di Amazon. Kenapa begitu? Karena biasanya Spring membuat Amazon saya banyak pesanan dan saya harus memiliki modal besar. Kalau nggak cukup modal, kadang saya pinjam uang tapi hanya sebulan doang karena uang di Amazon rilis dalam jangka waktu sebulan. 

Misalnya saya prioritaskan untuk renovasi rumah senilai minimal 500 juta, berarti saya harus memaksa diri saya menabung sampai mencapai angka itu. Atau, saya memaksa otak saya berpikir agar penjualan perusahaan termasuk gaji saya bisa segitu, atau berinvestasi di bisnis lainnya. Lalu saya pasang target, pokoknya di bulan Agustus sudah terkumpul segitu dan saya harus renovasi rumah.

2. Uang Menikmati Hidup

Biasanya dalam setahun saya menganggarkan diri saya sendiri untuk jalan-jalan. Nah, ketika saya nggak bisa jalan-jalan karena pandemi, saya akan pakai uangnya untuk perawatan diri ke skin care. Sebenarnya dalam anggaran jalan-jalan juga ada anggaran perawatan kulit, tapi saling menutupi satu dengan yang lain. Kalau misalnya uangnya terpakai banyak untuk jalan-jalan, berarti saya perawatan kulit bakalan jarang. Begitu juga sebaliknya. Kalau masih ada duit juga, saya akan belanja baju, beli hal lain, pokoknya memang bakalan dihabiskan. Kok terkesan boros? Karena saya rasa sudah sangat capek bekerja dan saya butuh uang untuk refreshing, memanjakan diri sendiri.

Kalian harus ingat, saya tidak selalu mengisi uang untuk menikmati hidup apalagi dalam keadaan bokek. Mau diisi dengan apa emangnya? Hahaha😂😂😂. Tapi kalau memang ada, saya sisakan perbulan untuk diri sendiri. Kalau misalnya saya nggak punya duit tapi saya ingin jalan-jalan atau ke salon, berarti saya akan mencoba berbagai cara untuk mendapatkan duit. Misalnya jualan tanaman hias dari halaman sendiri, jualan barang di Marketplace luar negeri diluar pengelolaan perusahaan, dan lainnya untuk menambah uang saya. Sekarang orang-orang sedang main saham tuh, tapi saya males juga. Tunggu sampai saya paham hukumnya dalam islam dulu, baru mau saya jalankan.

3. Uang Dadakan

Kadang atap rumah bocor, pintu rumah rusak, saya sakit, atau harus menikah. Itu semua butuh uang. Nah, uang ini sudah harus dipersiapkan terlebih dahulu. Kalau rumah harus diperbaiki sih mungkin hanya memakan beberapa juta saja. Kalau saya sakit, masih ada asuransi kantor. Nah kalau harus menikah nih yang pasti butuh uang banyak. Walaupun saya lebih suka acara pesta pernikahan sederhana saja. Semoga bisa menikah di masa pandemi, sehingga tamu yang diundang hanya sedikit saja karena tidak boleh ada kerumunan. HAHAHA!🤣🤣🤣

Nah, tiga hal diatas adalah cara saya mengelola keuangan. Jangan tanya anggaran saya beli mobil karena itu belum ada. Kalau pun bisnis memerlukan uang yang sangat banyak, berarti ketiga poin diatas akan saya gunakan untuk menyokong bisnis perusahaan terlebih dahulu karena menyangkut karyawan yang harus gajian. Kalau pun uang saya nanti bakalan kurang, saya sudah biasa. Kalau mendadak banyak uang, saya sudah biasa juga. Menjadi pengusaha memang harus memiliki mental baja, agar sanggup menghadapi cobaan demi cobaan yang terjadi.

Satu hal yang paling penting, rajin beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala adalah kewajiban yang hakiki. Seandainya saya nggak ada uang pun, selama iman masih ada di hati, maka yang saya akan mendapat kedamaian. Selebihnya, tinggal berusaha lebih keras, berdoa, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesama manusia juga merupakan kunci kesuksesan. Oh ya, menjalankan bisnis sesuai dengan hukum islam itu susah lho. Dalam hal ini kita nggak bisa egois. Perlu diingat kalau ada uang haram dalam perusahaan, maka haram juga apa yang kita makan. Maka sedapat mungkin, harus terus belajar mengerti hukum-hukum agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Karena walaupun kita memiliki uang sedikit tapi berkah, pasti rasanya senang aja terus. Walaupun sering dilanda bokek, hahaha😂😂 (itu saya maksudnya).

Semoga tulisan dadakan ini dapat bermanfaat untuk kalian yang ingin mengelola keuangan. Ketika saya baca ulang dari awal, saya malah merasa tulisan ini agak keluar dari topik deh, hahaha😂. Maafkan ke-random-an saya ini. Ya udahlah, kalau ada pertanyaan silahkan tulis di komentar aja ya. Kalau mau baca postingan sebelumnya tinggal klik aja tanda ke kanan di bawah ini. Sampai jumpa!

Januari 24, 2021

Pasca Mama Operasi

Hari Kedua :
Saya datang ke RS sambil membawakan sarapan untuk Amad, tapi dia sedang tidur. Saya bertanya apa Mama udah makan apa belum, dan ternyata sudah disuapi Amad. Amad bangun dan berpesan pada saya untuk tidak membangunkannya karena tadi malam dia tidak begitu bisa tidur😪. Pasti karena suster terus-menerus datang dan mengecek Mama, jadi harus menyalakan lampu. Belum lagi sekalinya datang, rameee🥲.
How we take care our Mom
Saya mengeluarkan laptop untuk bekerja. Sayangnya signal internet sangat jelek. Tidak sabar rasanya untuk menunggu makan siang karena pasti adik-adik saya datang. Setelah itu kita mengobrol dan saya jadi nggak kesepian. Ketika siang tiba, saya mencoba tidur siang bergantian dengan Amad yang bekerja. Di sore hari, saudara-saudara lebih ramai yang datang. Ada Kak Muti dan Bang Zaki. Jadi lebih seru rasanya.
Ngga ada signal🙄
Malam hari memang yang paling asyik. Biasanya abang dan kakak ipar datang membawakan makanan untuk dimakan ramai-ramai. Kita juga asik mengobrol, tertawa, dan tidak terasa sudah waktunya Mama tidur. Malam ini saya lagi yang menginap.

Hari Ketiga:
Mama lebih baik, tapi belum bisa ke toilet sendiri. Saya mulai bosan. Untung Kak Nonong datang dan bercerita banyak hal sampai Amad datang. Ketika Kak Nonong pergi, biasanya Amad nongkrong di warung kopi bersama temennya, lalu membelikan saya makan siang.

Saya merasa stuck nggak tau mau ngapain di RS🙄. Kalau makan siang tiba, maka tugas saya menyuapi Mama. Saya terkadang turun ke bawah untuk menghilangkan rasa bosan. Seandainya internet nggak ngadat sih, lebih enak. Karena saya sangat betah berjam-jam di depan laptop. Ini mau kerja pun susah, meeting nggak ada signal, mau kemana-mana pun nggak bisa🙄. Tapi balik lagi disini saya kan sudah mendedikasikan diri untuk jaga Mama. Jadi ya sabar-sabar aja.
Jangan berkhalwat😂

Kalau dilihat dari kondisi fisik Mama, alhamdulillah beliau baik dan sehat. Hanya kateter belum lepas saja. Perban diganti tiap 2 hari sekali.

Hari keempat:
Semalem saya menginap di rumah Yuni, jadi bisa main dengan keponakan sejenak. Saya juga nggak balik ke RS terlalu pagi, karena mau "me time" dulu di rumah sekalian menyelesaikan pekerjaan karena di rumah Yuni ada wifi. Kasihan, para keponakan sedang flu. Semoga bukan karena dibawa ke RS beberapa hari yang lalu. 

Saya tetap nggak bisa lama-lama di rumah Yuni karena harus kembali ke RS. Ketika saya datang, ada Kak Nonong sedang bercerita seru banget bersama Mama dan Amad. Saya ikutan nimbrung, karena memang nggak tau lagi mau ngapain. Kak Nonong adalah kakak sepupu saya, dia dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS itu.
Bobo siang di sofa
Hari ini Mama lepas kateter, jadi mau nggak mau harus ke toilet sendiri. Mama memang agak kesulitan bangun karena jahitan di perut sangat panjang. Tapi dengan perlahan-lahan, Mama akhirnya bisa bangun juga. Mama bisa dipapah Amad ke kamar mandi. Hanya saja yang saya khawatirkan adalah alat draine yang masih dijahit langsung ke perut Mama. Saya agak takut kalau draine tersenggol. Saya bisa ngilu sendiri walaupun kata dokter, draine ini di jahit dengan aman di perut. Ih, lebih ngeri lagi😨.

Malam ini abang nggak dateng berkunjung karena kurang enak badan. Besok jadinya giliran abang yang nginep.

Hari kelima:
Mama udah lebih lancar ke toilet sendiri. Paling ditungguin di depan pintu aja. Amad hari ini kembali ke Banda Aceh. Jadi sepi deh. Biasanya kami berdua yang nungguin Mama di siang hari. Kita bisa gantian tidur siang di sofa atau di tikar.
Cemilan di RS
Sesuai jadwal, abang yang nginep di RS. Jadi saya bisa lebih lama di rumah Yuni untuk beristirahat. Di RS kurang enak tidurnya, karena sering datang suster malam-malam. Memang sejak dulu sewaktu Papa sakit, kita anak-anak sering bergantian menjaga Papa. Semua anak harus kena giliran membantu Mama mengurusi Papa yang sakit, dan kita memang semua sangat detail mengetahui perawatan apa yang berikutnya akan dilakukan sesuai saran dokter. Sama seperti saat ini ketika harus menjaga Mama, sehingga kalau ada saudara yang menelepon bertanya kondisi Mama, kita semua bisa jawab.

Hari keenam:
Alhamdulillah Mama diperbolehkan pulang. Draine (yang membuat saya ngilu ini) juga sudah dilepas, jadi Mama bisa lebih leluasa bergerak. Setelah mengurus administrasi, kami membawa Mama pulang ke rumah Yuni. Hal yang pertama Mama inginkan adalah mandi keramas. Saya membantu Mama mandi dulu sampai akhirnya Mama merasa sangat segar. Biasanya kalau badan udah mandi, mood bagus jadi datang. Setelah itu Mama tidur siang di kamar.
Bye rumah sakit
Beberapa saudara juga ada yang menjenguk Mama ketika sudah berada di rumah Yuni. Senang juga di Aceh orang-orang masih bisa saling berkunjung. Di Jakarta karena kasus COVID sangat tinggi, sudah sangat jarang melihat kunjungan keluarga.

Seminggu kemudian, selagi saya masih di Aceh, saya mengantarkan Mama kontrol luka jahitan. Kata dokter Bedah, alhamdulillah semua luka Mama kondisinya bagus, tidak ada nanah. Walaupun Mama masih agak takut kalau jahitan di perut kena air dan kita juga jadi sangat menjaganya. Lagian, ada Yuni yang memantau kondisi bekas jahitan Mama. Yuni juga yang membuka jahitan Mama secara perlahan.

Semoga Mama selalu sehat dan dalam lindungan Allah subhanahu wata'ala. Aminnn🤲

Januari 18, 2021

Kontrol Pertama di 2021

Tibalah saatnya jadwal kontrol gigi (lagi) di tahun baru ini. Setelah selesai operasi gusi, lalu operasi gigi bungsu, baru deh Orthodentist bisa merapikan gigi saya kembali. Sudah tiga kali operasi dan satu kali cabut gigi 🥺selama menjalankan program menuju Perfect Smile ini. Saran saya kalau kalian akan memakai behel dan memiliki gigi atau gusi bermasalah, misalnya gigi tidur, gigi miring, gusi tidak rata, mendingan diselesaikan dulu. Karena kalau sudah memakai behel dan baru ditengah jalan dioperasinya, jadi memperlambat proses gigi menjadi rapi. 

Operasi gusi di bulan November membuat deretan gigi atas saya kembali renggang. Jadi kemarin harus dipasangkan karet pengikat tambahan bahkan diseluruh gigi untuk merapatkannya kembali. Operasi gigi bungsu yang dilakukan pada bulan Desember mengakibatkan rahang pipi sebelah kanan sangat bengkak. Hal ini berpengaruh pada sendi di pinggir telinga yang jadi kembali berbunyi ceklak, cekluk🥺🥺🥺. Mungkin trauma pada rahang pasca operasi sangat besar, jadi membuat deretan gigi bawah pun jadi berpengaruh. Walaupun tetap rata dan rapat, tetap saja rahangnya menjadi miring.

Gigi atas masih miring tapi sudah jauh lebih baik
Orthodentist kemarin memperbarui kembali kawat indikator untuk seluruh gigi. Setelah itu dokter kembali menarik karet pengait antar gigi sampai sangat kencang😭, yang membuat gigi-gigi geraham jadi kehilangan kekuatan untuk mengunyah. Seluruh gigi saya jadi sakit😭, sikat gigi aja sakit😭, mengunyah sakit😭, bahkan kalau tanpa sengaja gigi atas dan bawah bersentuhan, wah mati deh rasanya sakit syekaliiiii😭😭😭. Haduwh, jadi terasa seperti dua tahun yang lalu dimana gigi masih ditarik-tarik sama dokter. 

Semoga dalam seminggu ini rasa sakit segera berkurang ya Allah. Aminnn😭! Sementara saya cuma bisa makan telur dan ikan saja. Daging ayam dan sapi sama sekali nggak bisa dikunyah.

  • Service Charge Rp. 40,000
  • APD Rp. 95,000
  • Kontrol Sapphire Braces Orthodentist Rp. 275,000

Januari 15, 2021

Mama Operasi Hernia

Sebenarnya agak kaget juga ketika mengetahui Mama sakit dan penyakitnya sudah lama. Mama memang nggak pernah bilang sama anak-anaknya. Mungkin karena enggak mau kita khawatir. Atau mungkin juga ada perasaan gundah di hati, kalau nanti Mama sakit, siapa yang bakalan jagain? Papa sudah tidak ada, dan semua anak-anaknya Mama sibuk. Mama juga teringat pada Kakaknya yang dulu setelah operasi, malah tidak pernah bangun lagi selamanya. Makanya Mama sengaja menyembunyikan hal ini dari kita.

Pernah sekali Mama sampai muntah sangat parah dan diare, sampai Yuni (adik saya yang dokter) panik setengah mati dan sampai harus menghubungi kakak sepupu saya dokter Spesialis Penyakit Dalam. Setelah obat diberikan pada Mama, Mama pun bisa lebih tenang dan tidur. Yuni sampai nge-Whatsapp saya dengan emoji menangis😭😭😭. Dan kalau sudah sampai begitu berarti memang Mama sedang dalam kondisi sangat parah. Saya tau Yuni dengan sangat detail, walaupun mukanya kadang tegar dan menyimpan kesedihan, dia agak mirip dengan saya yang cengeng. Mungkin level cengeng saya lebih tinggi, hehehe.

Setelah dibujuk sangat lama oleh abang dan adik-adik saya yang di Aceh, dan juga setelah saya menyetujui untuk pulang dari Jakarta ke Aceh demi menjaga Mama, akhirnya Mama mau dibawa berobat ke Spesialis Bedah. Sebenarnya Mama paham betul kalau ujung-ujungnya Hernia memang harus di operasi, maka dari itu Mama takut. Kalau sudah takut, pasti tekanan darah langsung naik.

Dokter Bedah bilang, kalau Mama bisa dioperasi kapan saja tergantung kesiapan mental saja. Secara fisik memang Mama sehat, Alhamdulillah. Setelah saya pulang ke Aceh, saya dan abang yang in charge membawa Mama masuk UGD untuk dioperasi. Sebelumnya Mama diperiksa dulu oleh dokter UGD, lalu kemudian dokter Bedah datang dan menjelaskan kepada saya bagian mana nanti yang akan di operasi dan apa yang akan dilakukan. Sebenarnya dokter Bedah akan bekerja sama dengan dokter Anastesi (Bang Zaki) yang merupakan abang sepupu saya sendiri. Disitu saya jadi agak lebih santai, karena tau ada Bang Zaki di dalam.

Mama kemudian dibawa ke kamar dulu untuk dipersiapkan sebelum operasi. Mama sudah harus puasa, sedangkan saya sudah kelaperan. Saya makan dulu secara bergantian dengan abang, sambil menjaga Mama. Kalau dilihat dari segi fisik sih Mama sangat sehat. Jadi teringat dulu Papa ketika akan operasi batu ginjal. Beliau sangat sehat, bahkan sewaktu dibawa naik kursi roda menuju kamar operasi pun, Papa masih bisa tersenyum. Ah, perasaan itu datang lagi. Padahal sudah belasan tahun yang lalu😢.

Mama di kamar
Akhirnya waktu operasi Mama tiba pada pukul 15:30. Mama dibawa menggunakan kursi roda ke lantai 4 dan saya bersama abang mengikuti dari belakang. Sampai akhirnya kami berada di pintu menuju lorong kamar operasi dan kita tidak boleh ikut ke dalam. Jadi kembali teringat Papa yang dulu sampai masuk ICU setelah operasi. Tapi tidak, ini operasi yang berbeda. Saya terus menguatkan hati bersama abang. Dulu sewaktu Papa sakit kanker, saya dan abang yang rela mengantri kontrol di Dharmais bersama dari jam 5 Shubuh. Sekarang seperti dejavu, sama abang lagi, tapi kali ini Mama. Ya Allah, semoga Mama baik-baik saja. Aaminnn🤲.
Lorong menuju kamar operasi
Saya dan abang duduk di kursi tunggu. Beberapa menit kemudian datang dokter bedah dan bang Zaki. Kami bersalaman dan menitip Mama ke bang Zaki, kemudian para dokter pun masuk ruang operasi. Yuni dan Reza kemudian datang dan kami berempat duduk manis menunggu Mama.

Setelah sejam, belum ada tanda-tanda Mama keluar. Awalnya saya menyangka ini adalah operasi kecil yang akan selesai mungkin 45 menit - 1 jam. Tapi belum ada tanda-tanda. Sampai jam 6 sore, masih belum ada tanda-tanda. Keluarga sudah mulai menelepon saya dan mengirim Whatsapp untuk bertanya kabar Mama. Abang saya mulai gelisah dan berjalan ke pintu lorong kamar operasi. Siapa pun yang keluar, pasti ditanya, "Apa yang operasi di dalam sudah selesai?" Dan jawabannya belum. Duh, jadi teringat semalem Mama sudah berwasiat ini itu pada saya dan saya nggak mau dengar. Saya takut wasiat-wasiat ini memang harus saya jalani dan membuat hati saya hancur. Walaupun akhirnya saya dengar juga😔. Takut hal buruk terjadi, walaupun saya selalu berdoa untuk hasil terbaik. Teringat lagi dulu selesai operasi, Papa malah harus dirawat di ICU dan hal ini sangat menghancurkan hati saya. Melihat Papa terbaring lemah. Pokoknya semua pikiran buruk mulai menghampiri dan saya tau ini semua adalah hanya bisikan setan. Saya beristighfar, bertawakkal, menyerahkan semua kepada Allah subhanahu wata'ala.

Ketika waktu Magrib tiba, abang dan Reza pergi shalat ke mesjid. Saya berdua dengan Yuni duduk menunggu sambil melihat orang-orang yang shalat di depan kami. Pukul 7 kurang, bang Zaki nge-Whatsapp dan bilang kalau Mama sudah selesai. Alhamdulillah. Kami langsung berjalan ke lorong kamar operasi dan melihat Mama keluar. Bang Zaki bilang, "Tenang, tenang, semuanya bagus. Cuma memang lebih lama aja operasinya karena besar yang harus diangkat." Saya melihat hasil operasi Mama dan merinding seketika. Haduh, seram sekali😵‍💫.

Saya dan Yuni mengikuti suster yang membawa Mama kembali ke kamar. Mama ntah berapa kali bilang, "Mama nggak apa-apa kok. Mama nggak takut," terus berulang kali. Sampai ntah berapa kali kami menjawab iya Ma, iya... Beberapa saat kemudian, bang Zaki masuk untuk mengecek kondisi Mama. Katanya memang akibat bius walaupun cuma spinal saja, akan membuat kita berkata ngawur sebentar. Tapi nggak akan lama, nanti juga kembali seperti semula. 

Bang Zaki menunjukkan proses operasi dan beberapa foto ke Yuni, sedangkan saya melayani Mama yang ingin menelepon kakak-kakak dan adik-adiknya (para tante saya). Saya yang membantu Mama Video Call. Seluruh keluarga menyambut bahagia karena operasi berjalan lancar walaupun berlangsung sangat lama. Yang penting sekarang Mama sudah kembali ke kamar. Amad juga akhirnya datang, istri abang saya juga. Bahkan Yuni membawa anak-anak juga. Seharusnya agak bahaya bawa bayi, tapi khusus hari ini aja. Besok dan seterusnya sudah nggak dibawa lagi.

Karena operasi Mama lancar, kami bersuka cita seolah-olah tidak ada yang sakit. Mama memang masih terbaring lemah, tapi karena kami anak-anak dan menantu Mama pada ngumpul, jadi bisa makan bareng dan bercanda juga. Rasa khawatir yang tadi sangat membuncah sudah lewat. Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Sesekali Mama masih bertanya, "Eh, Mami udah ditelpon belum? Cek Ni kayaknya belum di telpon deh." Padahal semua orang sudah ditelpon sama Mama tadi, cuma ya karena biusnya belum hilang sepenuhnya, jadi Mama belum kembali normal.

Malam ini saya yang kena giliran menjaga Mama. Saya terpaksa tidur beralaskan tikar saja karena kamar ini nggak ada sofa. Sudah request upgrade kamar tapi baru bisa pindah besok. Ya sudahlah, bersabar saja. Toh saya bisa tidur dalam kondisi apa pun sebenarnya. Tapi karena lampu sangat terang, ditambah suster terus datang silih berganti, jadi terganggu juga. Lagian kalau menjaga orang sakit mana bisa tidur pules. Nanti malah kebablasan. Saya juga harus memastikan kalau infus Mama sudah diganti yang baru apa belum.
Nggak bisa tidur
Akhirnya saya mematikan lampu agar bisa tidur dan Mama enggak terbangun terus. Kalau memang nanti suster mau masuk, kan bisa nyalain lampu kembali. Setelah lampu mati dan keadaan gelap gulita, saya baru bisa tidur sebentar, walaupun masih ada cahaya lampu dari luar yang pas ke mata saya. Saya terbangun untuk shalat Shubuh. Awalnya ingin tidur lagi setelah shalat karena sepertinya saya baru tidur 3 jam, tapi nggak bisa. Cleaning Service datang dan saya harus melipat karpet. Selesai dibersihkan, karpet saya gelar lagi dan berencana mau tidur. Eh, makanan diantar dan saya harus menyuapkan mama sarapan agar bisa minum obat. Setelah itu adik saya datang membawakan sarapan untuk dimakan bareng. Duh, kapan saya mau tidur nih?
Mama sudah selesai sarapan
Setelah sarapan, saya mencoba berbaring. Mama bilang kalau keluarga dari Matang mau datang menjenguk dan mereka semua sudah dalam perjalanan. Ya Allah, sepertinya saya memang nggak bisa tidur lagi. Mau nggak mau, terpaksa mandi dulu. Masa' mau menyambut tamu belum mandi? Selesai saya mandi, semua saudara-saudara datang dengan ramai menyerbu kamar kami. Selama pandemi COVID19 di Jakarta, saya tidak pernah melihat lagi pengunjung orang sakit di Rumah Sakit seramai ini. Semoga kita semua dijauhkan dari wabah Corona, aaminnn🤲.

Karena terlalu rame, AC dikamar udah nggak mempan lagi. Padahal saya baru selesai mandi, tapi jadi keringetan lagi. Akhirnya kamar VIP sudah tersedia dan Mama dipindahkan kesana. Keluarga yang berkunjung pun pulang karena sudah siang. Makan siang datang dan saya kemudian menyuapi Mama lagi. Saya juga makan, shalat, dan rasanya udah nggak sanggup lagi bergerak saking ngantuknya🥱. Karena ada Amad, dan di ruang VIP ada sofa, jadi saya mau tidur dulu. 

Alhamdulillah akhirnya bisa tidur dengan nyenyak sampai sore dan tamu datang lagi. Yuni dan Reza, juga Mella dan abang pun datang. Semua membawa makanan dan kami jadi merasa seperti piknik. Seru juga sih, menjaga Mama sakit jadi tidak terasa sedih, takut, atau gundah. Mungkin karena dikelilingi oleh keluarga dan kita memang dekat satu sama lain. Kita bercerita ini itu sambil tertawa riang, sampai akhirnya malam ini giliran Amad yang menjaga Mama. Saya menginap di rumah Yuni. Sebelum pulang ke rumah, kita menjemput anak-anak dulu di rumah Mimi (nenek), baru kembali ke rumah Yuni.

Baiklah, postingan ini sudah terlalu panjang. Nanti saya lanjutkan lagi ya. Sampai jumpa!

Januari 12, 2021

Northern Aceh Culinary

Aceh Utara adalah sebuah kabupaten yang tidak hanya terkenal dengan Islamic Center yang didirikan dengan sangat megah dan merupakan sebuah mega proyek. Daerah kelahiran saya ini juga terkenal dengan kuliner yang enak. Sebenarnya bukan menurut saya saja kalau kuliner disini enak, tapi hampir semua teman-teman yang bukan orang Aceh pun bilang enak. Setiap mudik ke Aceh, salah satu hal yang paling saya rindukan adalah kulinernya. Selain harganya murah meriah, rasanya enak banget, dan variasi cemilannya banyak. Jadi kalau sore mau nongkrong di warung kopi, ya tinggal pilih saja mau makan apa.

Islamic Center
Di dalam mesjid

Kali ini saya akan membahas beberapa kuliner yang bisa dicicipi kalau kalian jalan-jalan ke Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen (kabupaten dimana Mama saya tinggal). Kalau mudik lebaran, saya bolak-balik antara Aceh Utara dan Bireuen karena memang hampir seluruh keluarga tinggal disana. Baiklah mari kita mulai:

1. Roti Canai (Roti Cane)
Sepertinya hampir semua orang tau cemilan yang satu ini. Roti dari tepung yang enak dicemil bahkan hanya dengan gula saja. Saya paling suka makan roti cane pakai gula atau duren. Rasanya enak banget, manis, dan ringan. Hanya saja kalau toppingnya gula dan susu, saya kurang suka karena gampang eneg.
Roti Cane
2. Bakso Koko
Warung bakso yang satu ini rameeeeenya Masya Allah. Lokasinya berada di pusat kota Lhokseumawe. Pemilik bisnis bakso ini sampai harus membuka banyak ruko saking ramainya pengunjung. Padahal lagi pandemi, tapi tempat ini bisa seramai itu😮. Karena takut tertular corona, saya dan keluarga makan di meja pojok dan itupun harus mengantri, saking laris dan ramenya pengunjung.
Bakso Koko
Sebenarnya saya bukan penikmat bakso, tapi Bakso Koko ini memang lembut, dan gurih sekali rasa kuahnya. Jangan lupa memesan sirup merah Kurnia yang merupakan favorit seluruh orang Aceh sebagai pelengkap.

3. Sate Apa Leh
Lokasinya berada di Geurugok dan hampir semua rumah makan yang menjual Sate adalah Sate Apa Leh, mungkin ada lebih dari 10 ruko. 'Apa' dalam bahasa Aceh berarti Paman, dan 'Leh' mungkin singkatan nama panggilan. Ntah namanya Soleh, ato siapa pun, saya nggak tau😂. Warung sate ini adalah yang paling laris di Aceh Utara bahkan semua yang pramusaji yang bekerja di warung ini punya mobil lho😮. Bayangkan berapa larisnya.
Sate Apa Leh
Berhubung saya pakai behel, jadi saya agak menghindari makan sate. Tapi memang kuah karinya sangat lezat dan gurih, ditambah bumbu kacang yang kok bisa enak banget gitu🤤. Kayaknya saya belum pernah menemukan bumbu kacang untuk sate se-enak di Aceh Utara.

4. Rujak Pak Guru
Lokasinya di Kuta Blang, tapi saya kurang tau belok kemana jalannya. Kalau kalian kesini, tanya aja sama orang-orang dimana Rujak Pak Guru😆. Tokonya kecil, terbuat dari kayu-kayu, tapi rasa rujaknya seger banget. Kalian jangan bayangkan rujak yaitu aneka buah potong lalu di cocol dengan bumbu karena bukan seperti itu. Rujak Aceh itu parutan dan potongan buah-buahan dijadikan minuman segar dan biasanya untuk berbuka puasa.
Rujak Aceh
5. Martabak
Saya tidak perlu menjelaskan lagi betapa enaknya cemilan yang satu ini. Banyak warung kopi yang menjual martabak enak di se-antero Aceh. Jadi kalian bisa gampang untuk memilihnya.
Martabak
6. Pisang Goreng
Kota Lhokseumawe juga terkenal dengan cemilan pisang goreng pipih kriuk favorit saya sepanjang masa. Kalau udah dibawain pisang goreng, saya bisa menghabiskan seplastik sendiri sampai behel patah atau memang kenyang😆. Biasanya saya kurang suka jenis gorengan yang lain, karena memang kesukaan saya hanya pisang gorengnya saja. Ditambah cocolan gula merah pedas yang bikin nagih, mana harganya murah, haduwh gimana bisa berhenti?🤤 Nulisnya aja sambil nelen ludah karena pengen.
Gorengan favorit
7. Mie Caluek
Mie yang satu ini adalah jajanan saya pas SD. Kalau di Medan, sebutan mie ini adalah mie lidi. Harganya sekarang masih murah meriah, hanya Rp. 5,000 saja dan porsinya cukup membuat kenyang. Mie yang mirip spageti ini disantap dengan siraman bumbu kacang dan kerupuk warna merah.  
Mie lidi
8. Kelapa Bakar
Warung kelapa ini berada di kota Matang Glumpang Dua, Kabupaten Bireuen. Jadi buah kelapa muda dibakar dengan tempurung. Setelah itu baru disajikan kepada kita. Ada yang ditambahkan rempah, atau memang tanpa campuran apa pun. Saya memesan yang ada campuran rempah dan rasanya mirip sekali bandrek. Unik juga menu yang satu ini walaupun saya lebih suka meminum air kelapa muda yang biasa tanpa dibakar dulu.
Kelapa bakar
Baiklah, sekian menu cemilan yang saya cicipi selama di Aceh. Saya akan update lagi di postingan yang lain kalau ada tambahan menu apabila saya pulang ke Aceh lagi ya. Walaupun banyak cemilan enak, terkadang hobi saya di rumah hanya ngemil kerupuk sambil main laptop seperti foto dibawah ini, hihihi😹.
Beralaskan stoples keripik

Baiklah, semoga bermanfaat. Sampai jumpa!

Januari 08, 2021

Makassar Culinary

Ada beberapa tempat makan yang saya kunjungi ketika berada di Makassar bersama Dita dan Nico. Mereka adalah teman-teman saya yang kebetulan adalah orang asli kota ini. Saya akan menjabarkannya satu persatu tempat makan apa saja yang sempat saya kunjungi. Harap maklum kalau harganya lupa karena biasanya cuma lihat total harga, lalu dibagi sesuai berapa orang yang makan.

1. Ikan Bakar TS

Ntah apa singkatan TS itu🤔. Lokasinya berada di Jl. Andalas no. 144, Makassar. Saya dan teman-teman mampir kesini sepulang dari Toraja. Sudah lelah sakali malam itu, lalu diajak ke tempat makan yang menurut saya murah meriah dan enak sekaliiiiii😍. Rumah makan ini memang tidak terlalu luas, hanya satu ruko saja. Tetapi pengunjungnya rame bangettt. Karena masih pandemi, kami memilih kursi dan meja di pojokan, agar menjauhi kerumunan.

Kepala ikan kakap yang serem😨

Kami memesan kepala ikan Kakap kuah. Makassar ini sangat terkenal dengan kuliner kepala ikan, karena menurut mereka kepala ikan itu adalah bagian paling enak dari tubuh ikan. Tapi memang orang sini jago mengolah masakan kepala ikan sehingga rasa masakannya memang enak banget. Segar, pedas, dan gurih. Agak kaget ketika melihat kepala Kakapnya dipenuhi gigi. Seram juga😨.

Ikan goreng

Selain ikan kuah, kami memesan ikan goreng dan ikan bakar. Biasanya jenis ikannya beda-beda. Makassar juga sangat terkenal dengan ikan bakar. Duh, sambalnya enak, ikannya nggak amis, apalagi kami memakannya dalam kondisi lapar.

Ikan bakar pedas yang Masya Allah enakkkk

Kami menyantap semua makanan dengan cepat saking enak dan laparnya. Setelah itu mau langsung pulang karena besok Dita harus berangkat ke bandara pagi banget. Total yang kami habiskan untuk 4 orang Rp. 160rban sudah dengan minuman es teh manis.

2. Kuliner Jalan Sungai Cerekang

Ada satu jalan di Makassar yaitu Jalan Sungai Cerekang yang menjual jajanan minuman khas Suku Bugis, Makassar, bernama Sarabba. Minuman ini dibuat dari air dan campuran rempah-rempah, di antaranya jahe, gula merah, merica dan santan. Sebenarnya sepanjang jalan Sungai Cerekang semuanya menjual Sarabba. Hanya saja, Dita dan Gilang lebih memilih tempat yang paling luas disitu dan paling ramai pengunjung.

Sarabba

Sarabba cocok banget untuk menghangatkan badan, meringankan masuk angin, meredakan sakit tenggorokan, sampai menambah stamina. Minuman ini menjadi favorit pengunjung saat musim hujan. Kalian bisa memilih tiga jenis sarabba yaitu, Sarabba komplit yang dicampur telur dan susu seharga Rp. 15ribu, Sarabba original Rp10ribu, dan Sarabba campur susu Rp 12ribu. Saya biasanya memesan yang dicampur dengan susu.

Minuman sarabba biasanya disajikan bersama dengan aneka gorengan atau sanggara, misalnya pisang goreng atau sanggara unti, sukun atau bakara, dan ubi goreng atau sanggara lame. Cita rasa Sarabba mirip seperti wedang jahe, pedas manis, hangat di mulut dan tenggorokan.

3. Mie Kering (Mie Titi) Anto

Menu kuliner 'Mie Kering' sudah ditetapkan sebagai salah satu dari '10 Ikon Kuliner Khas Kota Makassar’ oleh pihak Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Hidangan ikonik tersebut adalah mi bertekstur garing disiram dengan kuah kaldu kental berisi potongan daging dan sayuran.

Menurut sejarah, Mie Kering ini bermula dari resep buatan Ang Kho Tjao, yang merupakan warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Kota Makassar pada tahun 1970-an. Resep tersebut kemudian diwariskan kepada ketiga anaknya setelah beliau meninggal, yakni Titi, Hengky, dan Awa. Anto yang merupakan saudara ipar dari Ang Kho Tjao juga turut mewarisi resep hidangan Mie Kering tersebut. Keempat pewaris resep Mie Kering itu, masing-masing telah membuka brand, yaitu Mie Titi, Mie Hengky, Mie Anto, dan Mie Awa. Kali ini saya hanya akan menceritakan Mie Anto karena keterbatasan waktu, tidak mungkin mencoba semuanya.

Mie Anto memilih untuk tidak membuka cabang, seperti warung Mie sodaranya yang lain. Lokasinya hanya di Jl. Lombok No.15a, Pattunuang, Kec. Wajo, Kota Makassar. Peminatnya juga tidak kalah ramai dengan ketiga jawara Mie Kering yang ada di Kota Makassar, karena kuahnya yang memang terkenal gurih serta kaldu ayamnya yang pekat. Beberapa warga Makassar mengatakan, Mie Anto memiliki gorengan Bakso Khek terenak di antara pesaingnya yang lain.

Mie Titi Anto

Di warung ini hanya menyediakan dua menu, yaitu Mie Kering dan Mie Panggang. Isian yang disediakan juga sama dengan Mie Kering pada umumnya yaitu sayur sawi, daging ayam, hati ayam, serta gorengan Bakso Khek. Porsi mie-nya sangat jumbo sekali, karena setiap saya makan selalu harus bagi dua dengan teman-teman. Pada malam hari, antrean rumah makan ini terbilang ramai dan banyak pelanggan yang rela datang dari berbagai kota untuk menikmati sepiring Mie Kering di warung Mie Anto ini.

4. Rumah Makan Ulu Juku

Ulu Juku merupakan bahasa Makassar yang berarti kepala ikan. Lokasinya tempat makan ini berada Jl. Prof. Abdurahman Basalamah No.99A, Karampuang, Kec. Panakkukang, Kota Makassar. Kami datang terlalu pagi kesini, jadi masih sepi banget. Sepertinya hanya saya dan Nico saja pengunjung tempat makan ini di hari itu.

Sepi

Ulu Juku terkenal dengan masakan kepala ikan. Bagi sebagian orang, kenikmatan kuliner kepala ikan lebih dari bagian ikan yang lainnya. Menu yang paling dicari di sini adalah Pallumara Ulu Juku. Tak lengkap rasanya kalau ke Makassar tetapi belum mencicipi menu andalan tersebut. Pallumara merupakan jenis masakan ikan berkuah kuning dengan bumbu utama kunyit dan asam. Asam di sini terkadang diganti dengan buah belimbing atau mangga yang diawetkan, karena sensasi rasa yang ditimbulkan nyaris sama.

Kuah sup paling pas dinikmati ketika panas. Rasa segar akan semakin nikmat dengan sentuhan rasa asamnya. Sensasi gurih dan aroma laut dari irisan-irisan kepala ikan akan terasa nikmat di lidah. Bahan dasar yang digunakan adalah kepala kakap merah dan putih. Kepala ikan biasanya disajikan sudah dalam keadaan terbelah, sehingga bagian dalam kepala ikan yang empuk, termasuk tumpukan lemak yang bergizi tinggi dengan mudah didapat dengan sendok dan garpu. Walaupun kata orang sensasinya akan berbeda jika menggunakan tangan kosong sambil menghisap-hisap lemak yang menempel di tulang kepala ikannya.

Palumara bumbu kuning

Menu kepala ikan tersebut dicampur dengan kuah, yang dominasi rasanya adalah asam. Bisa kuah kuning atau kuah kari. Rasa asam nan segar inilah yang menjadi ciri Pallumara Ulu Juku dan membuat masakan satu itu selalu diburu para penikmat makanan untuk makan siang atau malam. Harga satu porsi sup kepala ikan sekitar Rp 30rban. Mahal atau murah memang relatif. Yang jelas sangat setimpal dengan cita rasa yang diberikan. Selain nikmat, penggunaan bahan-bahan segar dan terutama ikan sebagai sumber protein, baik bagi tubuh.

Palumara bumbu kari

Palumara di Ulu Juku terlihat sangat kental seperti diberi santan saja, padahal tidak. Di sini kalian dapat memesan jenis Pallumara Ulu Juku dari ukuran sedang hingga jumbo. Masakan Pallumara adalah masakan yang paling umum dijumpai di rumah warga bugis Makassar. Orang bugis hampir setiap hari makan ikan dengan masakan Pallumara. Oh ya jangan lupa santapan kue-kue manis untuk hidangan penutup makan siang kalian ya.

Kue manis seperti nagasari
Selesai menikmati kepala ikan di Rumah Makan Ulu Juku, saya mengajak Nico untuk jalan-jalan ke daerah Masjid 99 Kubah, sekalian berfoto. Sayangnya hari itu sangat mendung, jadi agak kesulitan mau mengambil angle foto sebelah mana agar awannya nggak terlihat terlalu hitam. Sampai akhirnya turunlah hujan yang sangat deras dan membuat kita kebingungan mau berteduh dimana. Awalnya sudah berteduh di bawah pohon, tapi saking derasnya hujan malah jadi basah juga. 

Sampai akhirnya saya dan Nico berlari menuju taman bermain dan kami naik ke mainan perosotan yang ada atapnya. Tempatnya kecil pulak, jadi tempias hujan masih mengenai kita. Nico bilang, "Nggak di Aceh, nggak di Makassar, gw sama elo pasti kehujanan." Inget aja dia kalau kami kehujanan di Banda Aceh dulu😂😂😂. 

Oh ya, sempat ada yang berteriak, saya kira meneriaki kita karena berdua-duaan di mainan perosotan. Apalagi ini daerah Masjid 99 Kubah. Saya tanya Nico, "Disini ada polisi syariah ya?" Nico jawab, "Setau gw nggak ada sih. Tapi nggak tau😂." Ternyata orang itu berteriak untuk keluarganya untuk cepat berteduh karena hujan semakin deras.

Selesai hujan reda, saya dan Nico melanjutkan sesi foto. Nico dulunya juga punya kamera SLR, jadi gampang sekali mengajarinya menggunakan kamera saya. Sampai akhirnya kita dapat foto keren di area Masjid Oren karya Pak Ridwan Kamil Ini.
Masjid 99 Kubah
Gaya dulu
Sayang sekali Masjid 99 Kubah ini merupakan proyek mangkrak. Padahal bangunannya sudah 90% selesai. Mungkin hanya tinggal finishing aja sedikit lagi, malah tidak dapat dilanjutkan. Semoga proyek ini dapat segera selesai dan ketika nantinya saya datang lagi ke Makassar, sudah bisa shalat disini. Aaminnn...🤲

Begitulah akhir cerita saya selama beberapa hari menjelajah Sulawesi Selatan. Semoga tulisan ini menginspirasi kalian untuk jalan-jalan keliling Indonesia. Sampai jumpa!

Sumber:

Januari 06, 2021

Bukit Nona Enrekang

Setelah dari Kete Kesu, destinasi berikutnya adalah Bukit Nona di Enrekang, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Sebenarnya masih banyak tempat yang ingin saya kunjungi di Toraja termasuk patung Yesus diatas gunung yang terlihat dari pusat kota, saking besarnya. Tetapi karena Dita besok harus penerbangan Shubuh ke Jakarta, jadilah kita harus segera kembali ke Makassar. Sebelum pulang, tidak lupa mampir ke Kaana Toraja Coffee untuk membeli oleh-oleh berupa bubuk kopi. Sebenarnya hari itu Cafe Kaana ini tutup, tapi setelah di telepon pemiliknya, akhirnya mereka mau buka tapi khusus untuk pembelian bubuk kopi saja. Alhamdulillah, rejeki kita😮‍💨.

Kopi Kaana
Sampai jumpa lagi Tana Toraja

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten Enrekang yang memiliki barisan perbukitan yang unik. Sengaja memang mau mampir kesini untuk makan siang sekalian menikmati pemandangan yang indah. Tempat wisata paling terkenal di kabupaten ini adalah Bukit Nona atau Buttu Kabobong. Hanya saja sebagai sebuah obyek wisata, Buttu Kabobong hanya sebatas untuk dipandang dan dikagumi dari jauh. Kita tidak bisa mendaki bukit tersebut karena jaraknya sangat jauh.

Keunikan Bukit Nona adalah karena bentuknya yang sangat mirip dengan organ vital wanita. Dalam bahasa lokal, Buntu atau Buttu berarti gunung, sedang Kabobong berarti organ vital wanita. Sehingga gunung yang secara alami terbentuk sering juga disebut Erotic Mountain oleh wisatawan asing.
Bukit Nona
Kami memilih sebuah resto yang tepat berhadapan dengan Bukit Nona untuk makan siang agar bisa sekaligus berfoto. Cuaca cukup sejuk di sekitar gunung yang berada di atas ketinggian 500 mdpl ini, ditambah aliran sungai di kaki Bukit Nona menambah indah panorama yang tercipta. Sayangnya sudah puas kami berfoto, bahkan sudah sampai hampir ketiduran menunggu, eh makanan belum juga dateng😡. Duh, nanti malah kelamaan sampai Makassar nih karena kita juga harus berpacu dengan waktu.
Ikan mas goreng
Sambal tomat
Setelah beberapa kali diprotes, akhirnya datang juga makan siang kita. Padahal cuma memesan ikan mas goreng dan sambal tomat, tapi bisa selama ini😩😩😩. Kita menyantap semua makanan hanya dalam waktu 15-20 menit saja, sedangkan menunggu masakan tadi lebih dari satu jam😡. Padahal pengunjung resto juga nggak rame, tapi ntah kenapa ikan goreng begini doang lama banget dimasak😡.
Sawah di Enrekang

Kami melanjutkan perjalanan menuju Makassar yang harus ditempuh dalam waktu 6 jam. Saat itu Gilang terus menyetir tanpa rasa lelah, mungkin karena sudah terbiasa. Saya hanya tidur, mengobrol, dan sesekali mengambil foto hamparan padi yang indah. Saya begitu bahagia ketika sudah memasuki kota Pare-pare. Berarti Makassar sudah semakin dekat. Alhamdulillah😮‍💨.

Kita tiba di Makassar setelah Magrib dan langsung mencari tempat untuk makan malam terlebih dahulu. Nanti saya akan memposting apa saja keseruan selama di ibukota Sulawesi Selatan ini ya. Sampai jumpa!

Januari 05, 2021

Desa Adat Toraja, Kete Kesu

Sepulang dari Kampung Lolai, kami kembali ke hotel, sarapan, mandi, dan bersiap untuk menuju destinasi selanjutnya yang paling terkenal seantero Toraja, yaitu Desa Adat Kete Kesu. Lokasi desa adat ini sangat dekat dengan hotel, mungkin hanya 10 menit dengan mengendarai mobil. Karena masih pagi, kami bisa mendapatkan parkiran dengan cepat. Daerah rumah adat yang berbaris rapi berhadap-hadapan juga masih sepi sehingga kita bisa bebas berfoto. Kayaknya kalau datang agak lebih siang sedikit lagi, pasti mulai nggak bisa berfoto deh karena pasti bakalan ramai.

Diantara rumah adat
Foto bareng

Rumah-rumah adat di desa Kete Kesu ini sebagian diperkirakan berumur sekitar 300 tahun dan diletakkan berhadapan dengan lumbung padi kecil. Tidak hanya terdiri dari 6 rumah tongkonan dan 12 lumbung padi, Kete Kesu juga memiliki tanah seremonial yang dihiasi oleh 20 menhir. Kalian juga bisa melihat begitu banyak pedagang souvenir di jalan menuju desa dan di jalan menuju kuburan di tebing. Kalau belum sempat berbelanja kain khas Toraja, silahkan beli disini karena harganya jauh lebih murah daripada di kota Rantepao.

Proses pemotretan
Bersama rancupidtravel

Selesai berfoto di desa adat, saatnya menuju ke kuburan batu. Agak deg-degan sih, tapi balik lagi saya tidak takut perhantuan tapi nggak mau takabbur juga😆. Jangan lupa berdoa la hawla wala quwwata illa billah agar selalu selamat dari segala macam jin yang mengganggu. 

Menuju kuburan
Kiri-kanan bisa belanja oleh-oleh

Suku Toraja memiliki kepercayaan Alu Todolo, yaitu tidak menguburkan mayat di tanah karena dapat mengotorinya sebagai tempat tumbuh makanan. Karena itu mereka menguburkan keluarga yang telah meninggal di gua-gua di tebing bukit batu. Satu gua bisa berisi satu keluarga yang terdiri beberapa mayat. Di dalamnya juga dikuburkan baju, tempat makanan, minum, dan barang-barang si mayat selama hidupnya.

Tanduk kerbau
Cerita sejarah sedikit, biasanya di Kete Kesu digelar acara kematian Rambu Solo. Masyarakat Toraja percaya tanpa upacara penguburan ini maka arwah orang yang meninggal tersebut akan memberikan kemalangan kepada orang-orang yang ditinggalkannya. Orang yang meninggal hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, rokok, sirih, atau beragam sesajian lainnya. Yang unik, tanduk kerbau digantung di bagian muka rumah menjadi hiasan melainkan sebagai penanda berapa banyak kerbau yang disumbang oleh saudara-saudara saat keluarga pemilik rumah menggelar pesta kematian Rambu Solo
Sebelum naik ke kuburan tebing

Upacara pemakaman Rambu Solo adalah rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Persiapannya pun selama berbulan-bulan. Sementara menunggu upacara siap, tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan disimpan di rumah leluhur atau tongkonan. Puncak upacara Rambu Solo biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Ada yang bilang juga pada bulan Desember karena sebentar lagi waktunya Natal, sehingga saya memutuskan untuk datang di bulan ini. Saat itu orang Toraja yang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk ikut serta dalam rangkaian acara ini. Kedatangan orang Toraja tersebut diikuti pula dengan kunjungan wisatawan mancanegara. Sayangnya karena pandemi COVID19, acara Rambu Solo tidak bisa digelar waktu itu untuk menghindari kerumunan warga. Yahhh sedih deh🥲!

Dalam kepercayaan masyarakat Tana Toraja (Aluk To Dolo) ada prinsip semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat rohnya untuk sampai menuju nirwana. Maka dari itu kita dapat melihat banyak peti jenazah di tebing-tebing yang tinggi. Bagi kalangan bangsawan yang meninggal, maka mereka memotong kerbau yang jumlahnya 24 hingga 100 ekor sebagai kurban (Ma’tinggoro Tedong). Satu di antaranya bahkan kerbau belang (berwarna pink) yang terkenal mahal harganya. Upacara pemotongan ini merupakan salah satu atraksi yang khas Tana Toraja dengan menebas leher kerbau tersebut menggunakan sebilah parang dalam sekali ayunan. Kerbau pun langsung terkapar beberapa saat kemudian.

Kuburan keramat di tebing-tebing
Ada kuburan baru juga yang diatas

Dalam meletakkan jenazah di tebing-tebing ini, ada tiga cara dan proses penempatannya. Yang pertama adalah dengan menempatkan jenazah-jenazah di dalam peti, kemudian simpan di dalam goa. Selanjutnya dibuatlah patung-patung kayu yang dikenal dengan istilah "Tau-tau" sebagai manifestasi dari mereka yang sudah meninggal.

Tau-tau

Yang kedua, jenazah ditempatkan dalam rumah kecil dari batu yang diukir. Biasanya makam model ini hanya dimiliki oleh keluarga kaya raya karena pembuatan makan batu seperti itu membutuhkan biaya yang besar.

Makam batu

Yang ketiga adalah model menggantung. Tulang-belulang jenazah diletakkan dalam peti kayu, kemudian diletakkan di bibir tebing dengan penyangga dibawahnya atau ditaruh di tanah begitu saja. Kami jadi harus menaiki tangga tebing dengan jarak anak tangga yang jauh untuk masuk ke dalam kuburan goa. Di pintu masuk sendiri sudah ada jenazah yang baru diletakkan beberapa bulan. Yang jadi masalah kenapa di pintu masuk banget 'gitu jenazahnya, kan serem😫😫😫. Baru melihat saja saya sudah panik dan kaget duluan. Balik lagi jenazah seharusnya sudah nggak bisa ngapa-ngapain, jadi kenapa harus takut.

Jenazah di pintu Goa

Kami membayar guide untuk menemani masuk ke dalam Goa dan menyewa lampu LED. Kalau tidak salah, saya membayar Rp. 50,000 untuk jasa guide dan 2 lampu LED. Saya berdoa agar selamat di dalam Goa, lalu masuk dengan mengucapkan bismillah. Kalau kalian memiliki Claustrophobia (ketakutan yang berlebihan terhadap ruang sempit atau tertutup) atau Nyctophobia (kondisi ketakutan ekstrem pada kegelapan atau malam hari) mendingan nggak usah masuk deh. Selain karena kalian bisa sesak napas, kombinasi gelap dan sempit bisa membuat kalian sangat tidak nyaman.
Mari menjelajah Goa
Di dalam goa kebanyakan ada tulang-belulang manusia dan peti mati. Ada peti mati yang berisi rangka serta barang-barang kesayangan jenazah ketika masih hidup seperti boneka, baju, dan lainnya. Semakin masuk ke dalam, semakin gelap, dan saya merasa ada bayangan hitam mengikuti. Kata temen saya, jangan baca ayat kursi karena di dalam itu sarang jin. Nanti goanya bisa runtuh😨. Serem juga sih, jadi saya hanya berdzikir saja agar tidak ada jin yang mengganggu.
Peti jenazah dengan berbagai macam barang di dalamnya
Semakin masuk ke dalam, semakin gelap. Mas Guide mengajak kita turun ke kuburan dimana tempat berbarisnya peti mati jaman dulu. Saya sudah merasa tidak nyaman karena ada asma dan kadar udara semakin sedikit. Jadi saya menunggu saja di bibir lorong tempat dimana ada peti-peti mati. Saya menyuruh Mas Guide merekam saja di dalam. Katanya dia nggak bisa juga masuk ke dalam tempat peti bersusun karena becek sekali. Maklumlah, semalam baru hujan.

Setelah Mas Guide kembali, kami memutuskan untuk keluar Goa. Saya melihat banyak sekali botol aqua atau soft drink dan saya mengira ini adalah sampah yang dibuang pengunjung. Ternyata minuman-minuman tersebut adalah sesajen yang akan diganti ketika keluarga mereka berziarah nanti. Ada juga orang-orang yang melakukan vandalisme dengan mencoret-coret kepala kerangka manusia. Katanya setelah dicoret, orang tersebut langsung kerasukan. Lagian, ngapain sih sampai harus corat-coret segala.
Kepala rangka manusia yg dicoret

Belakangan ini sebagian besar dari masyarakat Toraja sudah mulai tidak menguburkan sanak keluarganya di tebing bukit kapur. Lantaran dalam satu keluarga di masyarakat Toraja tersebut multiagama, termasuk Muslim dimana jenazah seorang muslim harus dikuburkan tanpa melanggar hukum agama. Sebenarnya menurut mereka, sistem penguburan di tebing khas masyarakat Toraja adalah untuk menjaga hubungan kekeluargaan. Meski mereka terpisah secara agama tetapi hubungan emosional harus dijaga.

Oh iya, katanya di dalam salah satu Tongkonan terdapat museum yang berisi koleksi benda adat kuno Toraja, mulai dari ukiran, senjata tajam, keramik, patung, kain dari Cina, dan bendera Merah Putih yang konon disebutkan merupakan bendera pertama yang dikibarkan di Toraja. Selain itu, di dalam museum ini juga terdapat pusat pelatihan pembuatan kerajinan dari bambu. Sayangnya karena keterbatasan waktu, kami tidak mengunjunginya.

Cukup seru pengalaman saya di Kete Kesu karena sekalian untuk uji nyali, hahaha😂. Walaupun demikian, desa adat ini menyimpan sangat banyak sejarah yang bisa ketahui bahwa Indonesia sangat kaya akan tradisi. Baiklah, cerita akan saya lanjutkan lagi nanti. Sampai jumpa!

Follow me

My Trip