Januari 06, 2021

Bukit Nona Enrekang

Setelah dari Kete Kesu, destinasi berikutnya adalah Bukit Nona di Enrekang, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Sebenarnya masih banyak tempat yang ingin saya kunjungi di Toraja termasuk patung Yesus diatas gunung yang terlihat dari pusat kota, saking besarnya. Tetapi karena Dita besok harus penerbangan Shubuh ke Jakarta, jadilah kita harus segera kembali ke Makassar. Sebelum pulang, tidak lupa mampir ke Kaana Toraja Coffee untuk membeli oleh-oleh berupa bubuk kopi. Sebenarnya hari itu Cafe Kaana ini tutup, tapi setelah di telepon pemiliknya, akhirnya mereka mau buka tapi khusus untuk pembelian bubuk kopi saja. Alhamdulillah, rejeki kita😮‍💨.

Kopi Kaana
Sampai jumpa lagi Tana Toraja

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten Enrekang yang memiliki barisan perbukitan yang unik. Sengaja memang mau mampir kesini untuk makan siang sekalian menikmati pemandangan yang indah. Tempat wisata paling terkenal di kabupaten ini adalah Bukit Nona atau Buttu Kabobong. Hanya saja sebagai sebuah obyek wisata, Buttu Kabobong hanya sebatas untuk dipandang dan dikagumi dari jauh. Kita tidak bisa mendaki bukit tersebut karena jaraknya sangat jauh.

Keunikan Bukit Nona adalah karena bentuknya yang sangat mirip dengan organ vital wanita. Dalam bahasa lokal, Buntu atau Buttu berarti gunung, sedang Kabobong berarti organ vital wanita. Sehingga gunung yang secara alami terbentuk sering juga disebut Erotic Mountain oleh wisatawan asing.
Bukit Nona
Kami memilih sebuah resto yang tepat berhadapan dengan Bukit Nona untuk makan siang agar bisa sekaligus berfoto. Cuaca cukup sejuk di sekitar gunung yang berada di atas ketinggian 500 mdpl ini, ditambah aliran sungai di kaki Bukit Nona menambah indah panorama yang tercipta. Sayangnya sudah puas kami berfoto, bahkan sudah sampai hampir ketiduran menunggu, eh makanan belum juga dateng😡. Duh, nanti malah kelamaan sampai Makassar nih karena kita juga harus berpacu dengan waktu.
Ikan mas goreng
Sambal tomat
Setelah beberapa kali diprotes, akhirnya datang juga makan siang kita. Padahal cuma memesan ikan mas goreng dan sambal tomat, tapi bisa selama ini😩😩😩. Kita menyantap semua makanan hanya dalam waktu 15-20 menit saja, sedangkan menunggu masakan tadi lebih dari satu jam😡. Padahal pengunjung resto juga nggak rame, tapi ntah kenapa ikan goreng begini doang lama banget dimasak😡.
Sawah di Enrekang

Kami melanjutkan perjalanan menuju Makassar yang harus ditempuh dalam waktu 6 jam. Saat itu Gilang terus menyetir tanpa rasa lelah, mungkin karena sudah terbiasa. Saya hanya tidur, mengobrol, dan sesekali mengambil foto hamparan padi yang indah. Saya begitu bahagia ketika sudah memasuki kota Pare-pare. Berarti Makassar sudah semakin dekat. Alhamdulillah😮‍💨.

Kita tiba di Makassar setelah Magrib dan langsung mencari tempat untuk makan malam terlebih dahulu. Nanti saya akan memposting apa saja keseruan selama di ibukota Sulawesi Selatan ini ya. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip