Januari 08, 2021

Makassar Culinary

Ada beberapa tempat makan yang saya kunjungi ketika berada di Makassar bersama Dita dan Nico. Mereka adalah teman-teman saya yang kebetulan adalah orang asli kota ini. Saya akan menjabarkannya satu persatu tempat makan apa saja yang sempat saya kunjungi. Harap maklum kalau harganya lupa karena biasanya cuma lihat total harga, lalu dibagi sesuai berapa orang yang makan.

1. Ikan Bakar TS

Ntah apa singkatan TS itu🤔. Lokasinya berada di Jl. Andalas no. 144, Makassar. Saya dan teman-teman mampir kesini sepulang dari Toraja. Sudah lelah sakali malam itu, lalu diajak ke tempat makan yang menurut saya murah meriah dan enak sekaliiiiii😍. Rumah makan ini memang tidak terlalu luas, hanya satu ruko saja. Tetapi pengunjungnya rame bangettt. Karena masih pandemi, kami memilih kursi dan meja di pojokan, agar menjauhi kerumunan.

Kepala ikan kakap yang serem😨

Kami memesan kepala ikan Kakap kuah. Makassar ini sangat terkenal dengan kuliner kepala ikan, karena menurut mereka kepala ikan itu adalah bagian paling enak dari tubuh ikan. Tapi memang orang sini jago mengolah masakan kepala ikan sehingga rasa masakannya memang enak banget. Segar, pedas, dan gurih. Agak kaget ketika melihat kepala Kakapnya dipenuhi gigi. Seram juga😨.

Ikan goreng

Selain ikan kuah, kami memesan ikan goreng dan ikan bakar. Biasanya jenis ikannya beda-beda. Makassar juga sangat terkenal dengan ikan bakar. Duh, sambalnya enak, ikannya nggak amis, apalagi kami memakannya dalam kondisi lapar.

Ikan bakar pedas yang Masya Allah enakkkk

Kami menyantap semua makanan dengan cepat saking enak dan laparnya. Setelah itu mau langsung pulang karena besok Dita harus berangkat ke bandara pagi banget. Total yang kami habiskan untuk 4 orang Rp. 160rban sudah dengan minuman es teh manis.

2. Kuliner Jalan Sungai Cerekang

Ada satu jalan di Makassar yaitu Jalan Sungai Cerekang yang menjual jajanan minuman khas Suku Bugis, Makassar, bernama Sarabba. Minuman ini dibuat dari air dan campuran rempah-rempah, di antaranya jahe, gula merah, merica dan santan. Sebenarnya sepanjang jalan Sungai Cerekang semuanya menjual Sarabba. Hanya saja, Dita dan Gilang lebih memilih tempat yang paling luas disitu dan paling ramai pengunjung.

Sarabba

Sarabba cocok banget untuk menghangatkan badan, meringankan masuk angin, meredakan sakit tenggorokan, sampai menambah stamina. Minuman ini menjadi favorit pengunjung saat musim hujan. Kalian bisa memilih tiga jenis sarabba yaitu, Sarabba komplit yang dicampur telur dan susu seharga Rp. 15ribu, Sarabba original Rp10ribu, dan Sarabba campur susu Rp 12ribu. Saya biasanya memesan yang dicampur dengan susu.

Minuman sarabba biasanya disajikan bersama dengan aneka gorengan atau sanggara, misalnya pisang goreng atau sanggara unti, sukun atau bakara, dan ubi goreng atau sanggara lame. Cita rasa Sarabba mirip seperti wedang jahe, pedas manis, hangat di mulut dan tenggorokan.

3. Mie Kering (Mie Titi) Anto

Menu kuliner 'Mie Kering' sudah ditetapkan sebagai salah satu dari '10 Ikon Kuliner Khas Kota Makassar’ oleh pihak Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Hidangan ikonik tersebut adalah mi bertekstur garing disiram dengan kuah kaldu kental berisi potongan daging dan sayuran.

Menurut sejarah, Mie Kering ini bermula dari resep buatan Ang Kho Tjao, yang merupakan warga keturunan Tionghoa yang bermukim di Kota Makassar pada tahun 1970-an. Resep tersebut kemudian diwariskan kepada ketiga anaknya setelah beliau meninggal, yakni Titi, Hengky, dan Awa. Anto yang merupakan saudara ipar dari Ang Kho Tjao juga turut mewarisi resep hidangan Mie Kering tersebut. Keempat pewaris resep Mie Kering itu, masing-masing telah membuka brand, yaitu Mie Titi, Mie Hengky, Mie Anto, dan Mie Awa. Kali ini saya hanya akan menceritakan Mie Anto karena keterbatasan waktu, tidak mungkin mencoba semuanya.

Mie Anto memilih untuk tidak membuka cabang, seperti warung Mie sodaranya yang lain. Lokasinya hanya di Jl. Lombok No.15a, Pattunuang, Kec. Wajo, Kota Makassar. Peminatnya juga tidak kalah ramai dengan ketiga jawara Mie Kering yang ada di Kota Makassar, karena kuahnya yang memang terkenal gurih serta kaldu ayamnya yang pekat. Beberapa warga Makassar mengatakan, Mie Anto memiliki gorengan Bakso Khek terenak di antara pesaingnya yang lain.

Mie Titi Anto

Di warung ini hanya menyediakan dua menu, yaitu Mie Kering dan Mie Panggang. Isian yang disediakan juga sama dengan Mie Kering pada umumnya yaitu sayur sawi, daging ayam, hati ayam, serta gorengan Bakso Khek. Porsi mie-nya sangat jumbo sekali, karena setiap saya makan selalu harus bagi dua dengan teman-teman. Pada malam hari, antrean rumah makan ini terbilang ramai dan banyak pelanggan yang rela datang dari berbagai kota untuk menikmati sepiring Mie Kering di warung Mie Anto ini.

4. Rumah Makan Ulu Juku

Ulu Juku merupakan bahasa Makassar yang berarti kepala ikan. Lokasinya tempat makan ini berada Jl. Prof. Abdurahman Basalamah No.99A, Karampuang, Kec. Panakkukang, Kota Makassar. Kami datang terlalu pagi kesini, jadi masih sepi banget. Sepertinya hanya saya dan Nico saja pengunjung tempat makan ini di hari itu.

Sepi

Ulu Juku terkenal dengan masakan kepala ikan. Bagi sebagian orang, kenikmatan kuliner kepala ikan lebih dari bagian ikan yang lainnya. Menu yang paling dicari di sini adalah Pallumara Ulu Juku. Tak lengkap rasanya kalau ke Makassar tetapi belum mencicipi menu andalan tersebut. Pallumara merupakan jenis masakan ikan berkuah kuning dengan bumbu utama kunyit dan asam. Asam di sini terkadang diganti dengan buah belimbing atau mangga yang diawetkan, karena sensasi rasa yang ditimbulkan nyaris sama.

Kuah sup paling pas dinikmati ketika panas. Rasa segar akan semakin nikmat dengan sentuhan rasa asamnya. Sensasi gurih dan aroma laut dari irisan-irisan kepala ikan akan terasa nikmat di lidah. Bahan dasar yang digunakan adalah kepala kakap merah dan putih. Kepala ikan biasanya disajikan sudah dalam keadaan terbelah, sehingga bagian dalam kepala ikan yang empuk, termasuk tumpukan lemak yang bergizi tinggi dengan mudah didapat dengan sendok dan garpu. Walaupun kata orang sensasinya akan berbeda jika menggunakan tangan kosong sambil menghisap-hisap lemak yang menempel di tulang kepala ikannya.

Palumara bumbu kuning

Menu kepala ikan tersebut dicampur dengan kuah, yang dominasi rasanya adalah asam. Bisa kuah kuning atau kuah kari. Rasa asam nan segar inilah yang menjadi ciri Pallumara Ulu Juku dan membuat masakan satu itu selalu diburu para penikmat makanan untuk makan siang atau malam. Harga satu porsi sup kepala ikan sekitar Rp 30rban. Mahal atau murah memang relatif. Yang jelas sangat setimpal dengan cita rasa yang diberikan. Selain nikmat, penggunaan bahan-bahan segar dan terutama ikan sebagai sumber protein, baik bagi tubuh.

Palumara bumbu kari

Palumara di Ulu Juku terlihat sangat kental seperti diberi santan saja, padahal tidak. Di sini kalian dapat memesan jenis Pallumara Ulu Juku dari ukuran sedang hingga jumbo. Masakan Pallumara adalah masakan yang paling umum dijumpai di rumah warga bugis Makassar. Orang bugis hampir setiap hari makan ikan dengan masakan Pallumara. Oh ya jangan lupa santapan kue-kue manis untuk hidangan penutup makan siang kalian ya.

Kue manis seperti nagasari
Selesai menikmati kepala ikan di Rumah Makan Ulu Juku, saya mengajak Nico untuk jalan-jalan ke daerah Masjid 99 Kubah, sekalian berfoto. Sayangnya hari itu sangat mendung, jadi agak kesulitan mau mengambil angle foto sebelah mana agar awannya nggak terlihat terlalu hitam. Sampai akhirnya turunlah hujan yang sangat deras dan membuat kita kebingungan mau berteduh dimana. Awalnya sudah berteduh di bawah pohon, tapi saking derasnya hujan malah jadi basah juga. 

Sampai akhirnya saya dan Nico berlari menuju taman bermain dan kami naik ke mainan perosotan yang ada atapnya. Tempatnya kecil pulak, jadi tempias hujan masih mengenai kita. Nico bilang, "Nggak di Aceh, nggak di Makassar, gw sama elo pasti kehujanan." Inget aja dia kalau kami kehujanan di Banda Aceh dulu😂😂😂. 

Oh ya, sempat ada yang berteriak, saya kira meneriaki kita karena berdua-duaan di mainan perosotan. Apalagi ini daerah Masjid 99 Kubah. Saya tanya Nico, "Disini ada polisi syariah ya?" Nico jawab, "Setau gw nggak ada sih. Tapi nggak tau😂." Ternyata orang itu berteriak untuk keluarganya untuk cepat berteduh karena hujan semakin deras.

Selesai hujan reda, saya dan Nico melanjutkan sesi foto. Nico dulunya juga punya kamera SLR, jadi gampang sekali mengajarinya menggunakan kamera saya. Sampai akhirnya kita dapat foto keren di area Masjid Oren karya Pak Ridwan Kamil Ini.
Masjid 99 Kubah
Gaya dulu
Sayang sekali Masjid 99 Kubah ini merupakan proyek mangkrak. Padahal bangunannya sudah 90% selesai. Mungkin hanya tinggal finishing aja sedikit lagi, malah tidak dapat dilanjutkan. Semoga proyek ini dapat segera selesai dan ketika nantinya saya datang lagi ke Makassar, sudah bisa shalat disini. Aaminnn...🤲

Begitulah akhir cerita saya selama beberapa hari menjelajah Sulawesi Selatan. Semoga tulisan ini menginspirasi kalian untuk jalan-jalan keliling Indonesia. Sampai jumpa!

Sumber:

0 comments:

Follow me

My Trip