Januari 28, 2021

Mengelola Keuangan Ala Saya

Ntah berapa kali orang-orang bilang, "Mut, enak ya jadi CEO. Duitnya banyak." Dan ada juga yang bilang, "Mut, kamu CEO, mobil aja nggak punya." Huff😑😑, cuma bisa mengelus dada. Apakah kalian tau hal apa yang paling dekat dengan seorang CEO yang sedang merintis perusahaan? Kalau menurut saya adalah 'bokek'. Iya, saya memang sering bokek, tapi saya selow aja. Done writing....

Duit oh Duit

Tenang saja, saya tidak akan hanya membahas satu paragraf saja di postingan kali ini. Tapi saya akan menulis beberapa hal. Memiliki perusahaan tidaklah mudah, bahkan sangat sulit. Ntah berapa kali saya jatuh, bangkit lagi, jatuh lagi, dan kembali bangkit. Saya sering kehabisan uang, dan sering juga mendadak kaya. Kalau dulu sih sewaktu mendadak kaya, saya bisa berfoya-foya sampai akhirnya tidak memiliki uang sepeser pun. Teringat pada saat itu ketika nggak punya duit, saya pulang ke Aceh dan minta Mama saya menjamin hidup dengan memberikan makan tiga kali sehari. Mama bilang, "Makan boleh. Tapi nggak boleh belanja beli baju, nggak boleh ke salon, dan nggak boleh jalan-jalan." Baiklah Ma, saya nurut saja. Yang penting bisa bertahan hidup🥲.

Dengan uang pencairan asuransi kantor sebelumnya, saya bisa balik lagi ke Jakarta dan mencoba bertahan hidup (lagi). Karena masih kekurangan uang juga, saya pernah ikut bazar untuk berjualan kosmetik Korea dan keripik hanya untuk menjamin saya bisa makan di minggu itu. Minggu depan kita pikirkan nanti saja. Dan semua hal ini terjadi ketika saya baru 2 bulan mendirikan perusahaan. Apakah hal ini enak? Tidak sama sekali. Dulu saya berpikir kalau keputusan mendirikan perusahaan seperti bunuh diri, tapi ternyata tidak juga. Ini memang cita-cita saya dari kecil, jadi direktur. Jadi kalau punya cita-cita ya dikejar saja. Kalau belum tercapai, selagi masih nyawa di badan, berarti masih ada harapan.

Pada akhirnya memang hasil tidak akan mengkhianati proses. Seandainya saya dulu selalu banyak duit, saya tidak bisa merasakan bagaimana susahnya memperjuangkan sesuatu. Saya memang sangat mencintai perusahaan, karena sudah saya perjuangkan dari tidak ada uang sepeser pun, sampai banyak sekali. Dari kepepet tidak punya uang, saya bisa menguras otak untuk mengeluarkan ide-ide cemerlang agar menghasilkan duit. Bukan duit yang banyak, tapi duit untuk makan pada minggu itu saja, untuk bertahan hidup. Kalau kalian terus memiliki banyak uang, kalian pasti nggak tau rasanya uang di ATM nggak bisa ditarik lagi sama sekali. Kalau kalian makan enak terus, kalian nggak akan tahu caranya mengolah makanan yang dibeli kemarin sampai bisa dimakan lagi hari ini. Itulah kehidupan saya, sejak awal resign dari perusahaan yang lama, sampai sekarang. Meskipun sekarang sudah jauh lebih baik.

Saya jadi terbiasa mengelola uang dengan cara saya sendiri sejak terlalu sering jatuh-bangun. Jangan tanya berapa uang yang saya miliki di rekening karena memang jarang ada cash berlebihan. Oh ya, saya punya rekening di beberapa bank tapi isinya hanya nol rupiah saja. Jadi kalau harus mendebit kartu ketika sedang belanja, saya harus berpikir dulu, "ini kartu debit ada duitnya nggak ya🤔?" Biasa saya isi hanya untuk membayar kartu kredit. Kalau nggak ada tagihan ya berarti enggak diisi😬. 

Baiklah, mari kita tulis secara detail satu demi satu caranya mengelola uang ala saya yang sebenarnya nggak bisa diterapkan juga kalau hal-hal darurat terjadi. Nah, lho?🤔

1. Prioritas Dalam Setahun

Ini menjadi tabungan yang saya nggak bisa diganggu gugat kecuali Spring di Amazon. Kenapa begitu? Karena biasanya Spring membuat Amazon saya banyak pesanan dan saya harus memiliki modal besar. Kalau nggak cukup modal, kadang saya pinjam uang tapi hanya sebulan doang karena uang di Amazon rilis dalam jangka waktu sebulan. 

Misalnya saya prioritaskan untuk renovasi rumah senilai minimal 500 juta, berarti saya harus memaksa diri saya menabung sampai mencapai angka itu. Atau, saya memaksa otak saya berpikir agar penjualan perusahaan termasuk gaji saya bisa segitu, atau berinvestasi di bisnis lainnya. Lalu saya pasang target, pokoknya di bulan Agustus sudah terkumpul segitu dan saya harus renovasi rumah.

2. Uang Menikmati Hidup

Biasanya dalam setahun saya menganggarkan diri saya sendiri untuk jalan-jalan. Nah, ketika saya nggak bisa jalan-jalan karena pandemi, saya akan pakai uangnya untuk perawatan diri ke skin care. Sebenarnya dalam anggaran jalan-jalan juga ada anggaran perawatan kulit, tapi saling menutupi satu dengan yang lain. Kalau misalnya uangnya terpakai banyak untuk jalan-jalan, berarti saya perawatan kulit bakalan jarang. Begitu juga sebaliknya. Kalau masih ada duit juga, saya akan belanja baju, beli hal lain, pokoknya memang bakalan dihabiskan. Kok terkesan boros? Karena saya rasa sudah sangat capek bekerja dan saya butuh uang untuk refreshing, memanjakan diri sendiri.

Kalian harus ingat, saya tidak selalu mengisi uang untuk menikmati hidup apalagi dalam keadaan bokek. Mau diisi dengan apa emangnya? Hahaha😂😂😂. Tapi kalau memang ada, saya sisakan perbulan untuk diri sendiri. Kalau misalnya saya nggak punya duit tapi saya ingin jalan-jalan atau ke salon, berarti saya akan mencoba berbagai cara untuk mendapatkan duit. Misalnya jualan tanaman hias dari halaman sendiri, jualan barang di Marketplace luar negeri diluar pengelolaan perusahaan, dan lainnya untuk menambah uang saya. Sekarang orang-orang sedang main saham tuh, tapi saya males juga. Tunggu sampai saya paham hukumnya dalam islam dulu, baru mau saya jalankan.

3. Uang Dadakan

Kadang atap rumah bocor, pintu rumah rusak, saya sakit, atau harus menikah. Itu semua butuh uang. Nah, uang ini sudah harus dipersiapkan terlebih dahulu. Kalau rumah harus diperbaiki sih mungkin hanya memakan beberapa juta saja. Kalau saya sakit, masih ada asuransi kantor. Nah kalau harus menikah nih yang pasti butuh uang banyak. Walaupun saya lebih suka acara pesta pernikahan sederhana saja. Semoga bisa menikah di masa pandemi, sehingga tamu yang diundang hanya sedikit saja karena tidak boleh ada kerumunan. HAHAHA!🤣🤣🤣

Nah, tiga hal diatas adalah cara saya mengelola keuangan. Jangan tanya anggaran saya beli mobil karena itu belum ada. Kalau pun bisnis memerlukan uang yang sangat banyak, berarti ketiga poin diatas akan saya gunakan untuk menyokong bisnis perusahaan terlebih dahulu karena menyangkut karyawan yang harus gajian. Kalau pun uang saya nanti bakalan kurang, saya sudah biasa. Kalau mendadak banyak uang, saya sudah biasa juga. Menjadi pengusaha memang harus memiliki mental baja, agar sanggup menghadapi cobaan demi cobaan yang terjadi.

Satu hal yang paling penting, rajin beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala adalah kewajiban yang hakiki. Seandainya saya nggak ada uang pun, selama iman masih ada di hati, maka yang saya akan mendapat kedamaian. Selebihnya, tinggal berusaha lebih keras, berdoa, bersedekah, dan berbuat baik kepada sesama manusia juga merupakan kunci kesuksesan. Oh ya, menjalankan bisnis sesuai dengan hukum islam itu susah lho. Dalam hal ini kita nggak bisa egois. Perlu diingat kalau ada uang haram dalam perusahaan, maka haram juga apa yang kita makan. Maka sedapat mungkin, harus terus belajar mengerti hukum-hukum agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Karena walaupun kita memiliki uang sedikit tapi berkah, pasti rasanya senang aja terus. Walaupun sering dilanda bokek, hahaha😂😂 (itu saya maksudnya).

Semoga tulisan dadakan ini dapat bermanfaat untuk kalian yang ingin mengelola keuangan. Ketika saya baca ulang dari awal, saya malah merasa tulisan ini agak keluar dari topik deh, hahaha😂. Maafkan ke-random-an saya ini. Ya udahlah, kalau ada pertanyaan silahkan tulis di komentar aja ya. Kalau mau baca postingan sebelumnya tinggal klik aja tanda ke kanan di bawah ini. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip