Februari 17, 2021

Masih Ada Celah Gigi

Sudah 3,5 tahun memakai kawat gigi dan ternyata jauh dari harapan saya kalau untuk 'kasus' seperti saya bakalan cepat selesai. Pada kenyataannya bukan gigi yang bermasalah, tapi tulang mulut dan rahang. Saya kira dulu karena gigi saya tumbuh dengan benar dan saya tidak tonggos, mungkin proses menuju Perfect Smile hanya membutuhkan perawatan maksimal 2 tahun. Sayangnya saya salah besar, sekarang bahkan sudah hampir 4 tahun.

Kemarin saya kontrol lagi dan Orthodentist bilang kalau gigi saya masih bercelah walaupun sangat kecil. Dokter bisa memasukkan alat ke celah gigi saya. Saya merasa setelah operasi gusi kemarin dan operasi gigi pojok, barisan gigi memang merenggang. Tapi dokter bilang hal itu tidak berpengaruh. Apakah karena saya makannya nggak ditahan? Semua saya makan🤭. Bahkan kemarin di Pekanbaru sampai makan udang galah dan kawat saya patah, bukan copot lagi🤭. Padahal ujung hidung, ujung bibir atas, gigi seri atas-bawah, bibir bawah, dan ujung dagu sudah berada dalam satu garis lurus. Tapi memang kiri dan kanan barisan gigi masih miring.

Secara vertikal udah lurus, tapi horizontal masih miring
Orthodentist kali ini melilitkan kawat ke seluruh gigi atas saya dan mengencangkannya, lalu dipasangkan karet kembali. Saya langsung merasa susah buka-tutup mulut karena 'kencang' banget di barisan gigi atas. Bahkan saya disuruh pakai karet elastis lagi. Dokter kemarin agak pusing kenapa gigi saya kembali renggang, padahal udah rapat banget beberapa bulan yang lalu. 

Dokter bilang, "Bulan depan saya potong deh gusi kamu di dua sisi."
Saya kaget, "HAH😱? Ke dokter Arby lagi?" (Dokter Arby adalah Spesialis Bedah Mulut). Saya langsung berpikir jahit-jahitan lagi, nggak bisa makan lagi, oh tidakkk!😭😭😭
"Nggak, nanti saya yang potong."
"Lho, dokter potong-potong gusi juga😲?" heran saya.
Dokter ketawa, dan saya pasrah (takut).
Mana bulan depan harus ke Raja Ampat lagi. Masa' saya kesana dalam kondisi mulut habis dijahit? Nanti 'gimana mau pakai alat snorkeling😱. Mungkin kalau harus jahit-jahitan, saya bakalan nego untuk diundur ke 2 minggu lagi aja deh. Semoga berhasil!

  • Biaya APD Orthodentist Rp. 75,000
  • Charge Pasien Lama Rp. 40,000
  • Kontrol Orthodentist Sapphire Rp 275,000

Februari 14, 2021

Bye Pekanbaru

Besok sudah waktunya pulang. Supaya nggak buru-buru keluar dari hotel dan swab antigen ke RS. Prof Tabrani, jadi saya swab semalam sebelum berangkat. RS ini rekanan dengan AirAsia dan swab antigen hanya seharga Rp. 150,000 disini. RS juga dekat dengan Teras Kayu Resto, tempat dimana kami makan malam. Saya kesini sekitar pukul 9 malam. Saya registrasi dulu, kemudian membayar biaya swab ke kasir. Sayangnya, karena sudah malam, maka perawat yang melakukan swab hanya 1 orang yang jaga malam, jadi saya harus menunggu.

Menunggu
Swab antigen Rp. 150,000
Mungkin saya menunggu lebih dari 30 menit. Lama banget! Saya jadi nggak enak sama Puput karena anak-anaknya pasti kecapekan dan 'ngantuk karena udah malam. Untung Puput dengan sabar menunggu saya. Setelah perawat swab datang, saya disuruh menunggu di depan laboratorium dengan suasana yang sungguh sangat menyeramkan😱. Lorong rumah sakit yang gelap, dinding dengan cat yang sudah tua dan menggelupas, dan ada beberapa rongsokan rangka tempat tidur besi, ngeriii bangettt😱. Walaupun saya tidak takut pe-hantuan👻, tapi suasana seperti ini memang sungguh menyeramkan. 
Lorong gelap dan seram
Cat menggelupas
Saya sampai gelisah😰, jadi berjalan mondar-mandir dengan suara yang terdengar hanya langkah kaki saya. Akhirnya saya dipanggil swab, fiuhhh😮‍💨. Karena sudah terlalu sering lubang hidung sebelah kanan, kali ini saya minta pada suster untuk colok di sebelah kiri aja. Ternyata yang kiri lebih sakit deh. Sewaktu alat swab dikeluarkan, seketika itu juga air mata saya langsung tumpah😭😭😭. Sudah seperti orang yang sedang patah hati.

Saya disuruh menunggu hasil swab di depan ruangan, di LORONG SERAM ITU LAGI😱. Kali ini saya kebelet pipis lagi, duhhhh😰. Saya mencari toilet di lorong gelap itu dan akhirnya ketemu. Untung lampu toiletnya terang dan tidak menyeramkan. Hasil swab antigen saya keluar, alhamdulillah negatif. Saya langsung mempercepat langkah kaki keluar RS dan menuju mobil Puput. Serem banget deh RS ini. Puput malah ngakak mendengar cerita saya yang ketakutan sendirian di lorong RS.

Besoknya saya diantar Puput ke Bandara Sultan Syarif Kasim II. Saya mengucapkan terima kasih karena telah menemani saya selama di Riau sepanjang hari. Salut deh sama Puput dan keluarga yang baik banget mau jalan-jalan bareng saya, sekalian mereka juga punya alasan keluar rumah sekali-sekali. Karena selama pandemi memang pada dasarnya orang-orang menghindari keluar rumah. Saya kemudian memeluk Puput dan melambaikan tangan ke Hendry juga anak-anak. Semoga nanti kita ketemu lagi ya. Terima kasih banyak sudah menemani jalan-jalan. Saya kemudian menggerek koper menaiki travelator menuju tempat cek in. Nggak enaknya travelator ini, koper saya nggak pakem 'gitu. Malah mundur sendiri seperti sedang naik perosotan. Saya jadi ribet karena harus menarik koper kearah berlawanan diantara orang-orang yang juga naik travelator.
Boarding Gate
Pancake Durian Kembang Sari
Saya melakukan validasi dokumen swab antigen dulu, lalu cek in bagasi. Oh ya kalau kalian nggak sempat ke RS Prof Tabrani, kalian bisa swab antigen di bandara seharga Rp. 200,000. Setelah cek in, saya masuk ke ruang tunggu. Saya tidak lupa membeli oleh-oleh pancake durian Kembang Sari yang paling terkenal se-antero Riau. Bahkan katanya pancake durian dari Pekanbaru ini lebih enak daripada dari Medan. Hmm, menarik🤔. Mari kita coba. Saya juga beli bolu gulung dengan selai durian di toko yang sama untuk dibagikan ke tetangga.
Boarding dulu
Beberapa saat kemudian, saya boarding. Alhamdulillah selesai juga perjalanan saya di Riau. Semoga nanti bisa kembali lagi kesini untuk mengunjungi Puput kembali. Doakan agar saya bisa terus jalan-jalan ya. Aaminnn🤲.

Februari 10, 2021

Tempat Wisata di Pekanbaru

Kalau kemarin kita membahas tempat wisata di Kabupaten Kampar, sekarang waktunya kembali ke ibukota provinsi Riau, yaitu Pekanbaru. Sebenarnya Pekanbaru nggak begitu banyak tempat wisata, apalagi di masa pandemi seperti ini banyak tempat pada tutup. Jadilah saya dan Puput hanya keliling kota dan cukup mengasyikkan juga kok😉.

1. Masjid Agung An-Nur
Setiap saya ke provinsi baru, pasti tempat yang saya ingin datangi adalah mesjidnya. Sebenarnya pengen datang ke Masjid Raya Pekanbaru tapi ntah kenapa malah ke Masjid Agung An Nur. Ntah karena saya sudah pakai baju warna hijau😅? Masjid ini dibangun pada tahun 1963 dan selesai pada tahun 1968 dan merupakan salah satu masjid yang termegah di Indonesia
Masjid berwarna hijau
Bangunan Masjid Agung An-Nur yang berwarna zamrud ini memiliki filosofi yang istimewa pada bagian kubah dan menaranya. Empat menara pada masjid ini menggambarkan empat sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk menyebarkan Islam tentu tak lepas dari peran keempat sahabatnya. Sementara itu, lima kubahnya melambangkan lima rukun Islam yang menjadi pedoman hidup bagi umat beragama Islam.
Foto sama Puput
Semula kami datang agak pagi kesini. Ternyata selama pandemi, masjid ini dibuka hanya pada jam shalat saja. Berhubung tadi sempat balik lagi ke hotel dan shalat, jadi kita datang kesini setelah waktu shalat Zuhur. Masjid ini menetapkan prokes sangat ketat. Kami sampai diliatin petugas karena berfoto nggak pakai masker. Saya bilang ke petugas, "cuma mau berfoto sebentar aja, Pak." 

Saya pengen banget masuk ke dalam mesjid, tapi merasa kurang sopan karena pakai celana jeans. Semoga nanti ada kesempatan bisa shalat disini suatu hari. Aaminnn🤲.

2. Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah
Jembatan ini juga populer dengan nama Jembatan Siak IV, adalah nama sebuah jembatan yang menghubungkan pusat kota Pekanbaru di Jalan Sudirman Ujung dengan Kecamatan Rumbai Pesisir (tempat Puput tinggal).
Berfoto
Jembatan Siak IV merupakan mega proyek yang dikerjakan sejak tahun 2009 dengan tujuan persiapan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVIII yang digelar di Provinsi Riau tahun 2012. Jembatan ini diresmikan oleh Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim pada 14 Februari 2019, bersamaan dengan peresmian dua jalan layang yaitu jalan layang Simpang SKA Soekarno-Hatta dan Simpang Pasar Pagi Arengka. Setelah memperoleh sertifikat kelayakan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jembatan Siak IV resmi dibuka untuk umum pada tanggal 18 Maret 2019. Lumayan pembangunannya berlangsung selama 10 tahun.
Sungai
Saya hanya berfoto-foto saja disini. Agak susah kalau mau parkir di pinggir jembatan. Kalian jadi harus parkir di ujung jembatan, atau bisa minta diturunkan di tengah jembatan karena ada pintu masuk dari tengah.

3. Danau Wisata Bandar Kayangan
Danau Wisata Bandar Khayangan Lembah Sari terletak di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru (masih dekat dengan rumah Puput). Jarak dari hotel Aryaduta (pusat kota) kurang lebih 10 kilometer. Danau ini merupakan sebuah bendungan irigasi yang dijadikan objek wisata untuk dikunjungi saat berada di Pekanbaru Riau. Danau ini pernah dijadikan arena pertandingan sky air saat PON XVIII tahun 2012. 
Berfoto di danau
Danau Bandar Khayangan Lembah Sari yang dahulu bernama Danau Buatan ini memiliki luas genangan air sekitar 150 Ha. Sekarang objek wisata Danau Buatan atau Danau Bandar Khayangan Lembah Sari menjadi salah satu tempat tujuan wisata bagi masyarakat Pekanbaru maupun wisatawan dari luar kota Pekanbaru bahkan sampai mancanegara juga mengunjungi wisata Danau Buatan ini. Tempatnya juga sudah direnovasi besar-besaran. Ada tempat panggung pertunjukan dan kursi ampitiater untuk menonton.
Ampiteater
Kawasannya wisata Danau Bandar Kayangan Lembah Sari juga memiliki pemandangan alam yang mempesona dan dikelilingi oleh pepohonan yang masih hijau dan daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit. Bisa sekalian berfoto ala-ala folklore disini🤠. Sayang saya nggak pakai dress seperti Taylor Swift. 

Hanya 3 tempat itu saja yang saya kunjungi selama di Pekanbaru. Kalian bisa mengeliling semua tempat ini hanya dalam 1 hari. Sekarang waktunya bercerita tentang perjalanan pulang ke Jakarta. Sampai jumpa!

Februari 07, 2021

Kuliner di Pekanbaru

Tidak lengkap rasanya kalau ke Pekanbaru tapi nggak mencicipi aneka kuliner di kota ini. Memang kalau keliling Indonesia, kulineran adalah hal yang wajib untuk saya. Berikut saya tuliskan beberapa makanan yang saya nikmati di Pekanbaru yang juga merupakan rekomendasi teman saya Puput dan suaminya Hendri. Mari disimak satu demi satu.

1. Mie Sagu Bu Tuti
Lokasi warung tenda yang satu ini berada di Jl. Ronggo Warsito, Suka Maju, Kec. Sail, Kota Pekanbaru. Mie Sagu Bu Tuti ini baru buka diatas jam 5 sore. Saya datang kesini setelah magrib untuk makan malam. Ada 3 menu yang bisa dipilih yaitu Mie Sagu Kering, Lembap, dan Basah. Saya merasa aneh mendengar Mie Sagu Lembab😅 yang ternyata artinya adalah tumis. Karena unik, jadi saya pesan saja menu tersebut.

Mie sagu lembab
Saya lupa bilang kalau jangan pedas. Ternyata memang standar mie sagu ini sangat sangat pedas😭. Duh, makannya sampe nangis😭 kepedesan. Hendry jadi nggak tega, jadi saya tukaran dengan menu mie sagu kering yang enggak pedas. Kalau nggak begitu, saya sama sekali nggak bisa makan. Sebenarnya saya suka pedas, tapi sering nggak kuat😭.
Mie sagu lembab
Mie ini memang cocok dinikmati pada malam hari karena porsinya pas. Kalian bisa pesan pakai telur juga. Sebaiknya memang memesan yang berkuah walaupun sedikit, karena gurih banget rasa kuahnya. Seporsi mie harganya Rp. 15,000 tanpa telur ya. Kalau mau nambah macem-macem, ya harganya nambah juga hahaha😂.

2. Teras Kayu Resto
Lokasinya berada di Tengkerang Tengah, Kec. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau. Resto yang satu ini termasuk sangat populer di warga kota Pekanbaru sebagai tempat ngumpul dengan teman-teman atau tempat ketemuan. Teman saya Syawal bilang, resto ini juga enak untuk anak-anak karena ada tempat bermain. Saya sih 'ngikut aja. Toh mereka lebih tau karena memang sudah lama tinggal disini. Oh ya, Teras Kayu resto ini sangat cantik di malam hari, karena banyak lampu dan berwarna-warni🤩.
Gurame bakar
Menu makanan disini seperti kebanyakan resto fancy, ada kerang hijau saus padang, Gurame bakar dan asam manis, kelapa jeruk, dan lainnya. Karena kita ramean disini (sekitar 10 orang), jadi bisa memesan menu sharing. Kita juga sengaja duduk di meja panjang biar lebih lega. Apalagi Syawal dan Puput bawa anak-anak, jadi mereka bisa lebih leluasa bermain.
Kerang hijau
Gurame asam manis
Saya lupa berapa harga menu makanannya. Kalau nggak salah kita membayar hampir Rp. 400rb untuk semua pesanan makanan dan minuman. Harganya masih termasuk murah karena kita sampai 10 orang.

3. Soto Minang, Rumbai
Saya dijemput di hotel lalu Puput mengajak sarapan soto Minang di Jl. Paus No. 32E, RT.04/RW.02, Rumbai. Lho, kok Minang🤔? Ini kan Pekanbaru🤔? Ternyata memang banyak banget masakan khas Minang ada di Pekanbaru dan sangat populer. Mungkin karena Sumatra Barat dan Riau memang jaraknya sangat dekat. Duh, saya belum ke Sumatera Barat lagi nih. Insya Allah bisa menggunakan AirAsiaPass lagi ketika ada waktu kesana.
Soto mie daging dan ayam
Mungkin ini adalah sarapan terberat seumur hidup saya, hahaha😂. Saya kira hanya soto biasa dengan daging ayam atau sapi. Ternyata dicampur ayam dan sapi, ditambah lagi paru😱. Masya Allah! Saya sampai kebingungan, bagaimana cara makannya? Apa makan ayam dulu, daging sapi dulu, paru dulu, apa mie dulu? Akhirnya saya makan yang paling atas dulu, yaitu paru. Duh renyah banget, enak lagi🤤. Ditambah kuah yang gurih dan berbumbu. Haduwh, jadi nggak berhenti melahapnya sampai habis🤤.
Soto mie daging, ayam, dan paru
Saya sempat sekalian nyobain peyek ikan kecil bernama Rakik Maco sebagai pelengkap makan soto. Enak banget rasanya dan nggak keras. Cukup mudah dikunyah oleh saya yang memakai kawat gigi. Bayangkan ya, orang disini sarapannya beginian trus ngantor dan nggak gerak lagi. Gimana nggak cepet gendut yaa? Hahaha😂. Kalau saya sih setelah sarapan beginian harus ada aktifitas ekstra biar seimbang antara makanan yang dimasukkan dan energi yang dikeluarkan. Atau sekalian aja olah raga berat.
Rakik Maco
4. Rumah Makan Upik Banun
Tempat makan yang satu ini merupakan saran dari teman di instagram. Lokasinya berada di Limbungan, Kec. Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru. Agak susah mencari rumah makan ini karena kalau mengikuti google Maps malah diarahkan ntah kemana😅. Saran saya mending bertanya pada orang lokal. Kalau dari jembatan kuning, belok kanan dan carilah sungai. Rumah makannya persis di tepi sungai.
Tampak depan
Yang paling terkenal disini adalah lobster sungai atau udang galah yang digoreng. Udah lama banget nggak makan udang galah deh. Biasanya dulu makan sewaktu di Aceh. Seporsi udang galah harganya sekitar Rp. 200rban dan terdiri dari 3-4 udang tergantung ukuran. Agak serem juga melihat tentakel udang yang berduri, takut melukai tangan. Jadi makannya harus ekstra hati-hati.
Udang galah
Makanan yang disajikan ada ayam kampung goreng, pete, ikan sungai (seperti biasa), perkedel, dan sambal cabe merah yang sangat menggugah selera. Saya bisa menghabiskan makanan dengan cepat karena memang sudah lapar juga karena kecapekan nyari alamat rumah makan ini. Puput dan Hendri juga makan dengan lahap karena ini pertama kalinya mereka kesini. Nasi yang dihidangkan sangat banyak dan saya habis dong. Ditambah lagi saya juga makan ayam kampung dan perkedel. Duh, kenapa ini selera makan meningkat tajam😅.
Saya makan banyak
Menurut saya harga makanannya termasuk murah karena kami hanya membayar Rp. 300rban saja udah termasuk udang galah dan kita makan berlima (2 anak kecil). Saya sangat merekomendasikan rumah makan ini untuk kalian cicipi karena emang enakkkk banget.

5. Pasar Tugu Keris
Kalau mulai bingung mau makan apa, kalian bisa datang ke Pasar Tugu Keris atau Pasar Bundaran Keris yang berada di jalan Pattimura dekat hotel Aryaduta. Pasar ini semacam foodcourt. Kalian bisa memilih aneka cemilan yang hits disini. Kalau saya lebih suka makanan daerah sih, jadi kalau kesini malah bingung mau makan apa. Paling thai tea lagi, atau pisang bakar coklat lagi, di Jakarta juga banyak, haha😅.
Suasana pasar
Sekian tempat makan yang sempat saya kunjungi sewaktu jalan-jalan ke Pekanbaru. Semoga bermanfaat untuk kalian ya. Jangan lupa sepulang dari Pekanbaru untuk menimbang berat badan. Bakalan naik nih tampaknya, hahahaha😂😂. Sampai jumpa...

Februari 05, 2021

Tempat Wisata di Kampar, Riau

Destinasi wisata yang saya tau berada di Riau adalah istana Siak dan kita malah tidak merencanakan akan kesana karena terbatasnya waktu. Kalau disuruh pilih, saya lebih suka ke alam daripada wisata sejarah. Jadilah Puput mengantarkan saya untuk jalan-jalan ke Kabupaten Kampar, di Riau.

1. Puncak Kompe
Lokasinya berada di Koto Panjang Jl. Lintas Sumbar, Koto Mesjid, Kec. XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Perjalanan dari kota Pekanbaru ke Puncak Kompe ini kurang lebih 2 jam, udah seperti Jakarta ke Bandung. Jauh sekali ternyata. Saya sampe ketiduran di jalan, dan bangun lagi, baru deh sampe. Kalau kalian melakukan perjalanan melalui jalan Lintas Sumatera, pasti akan melewati tempat wisata ini.
Tiket masuk
Puncak Kompe ini dijuluki Raja Ampat KW😅 karena banyaknya pulau-pulau di atas danau mirip Raja Ampat (kalau Raja Ampat kan laut ya). Pada awalnya kawasan ini hanya semak belukar dan perkebunan karet. Kemudian melihat adanya potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata, maka masyarakat setempat bersama kelompok sadar wisata bergotong royong mengubah kawasan itu menjadi objek wisata alam. Tahun 2017 tempat ini mulai dibuka resmi. Tiket masuk kesini Rp. 10,000 perorang.
Best View
Jalan dari parkiran
Karena pandemi COVID19, tempat ini sangat sepi. Bahkan tidak ada pedagang yang berjualan. Sewaktu saya kesana, baru kami saja pengunjung saat itu. Setelah agak siang, baru datang beberapa orang untuk berfoto disini. Tempatnya cukup cantik, hanya saja kalau mau mengambil pemandangan penuh agak sulit karena terhalang pohon. Kata orang disitu, kalau mau pemandangan yang benar-benar full harus ke Ulu Kasok, puncak satu lagi. Disana memang ada bukit tinggi yang bisa melihat danau 360 derajat. Sayang tempatnya sekarang sedang di renovasi.
Pose ditiup angin
Sebenarnya kita bisa turun ke danau dan naik perahu untuk menyusuri pulau-pulau diatas danau. Hanya saja kami takut kelamaan nanti dan harus pulang malam. Kasihan karena bawa anak-anak dan juga sudah mendung. Jadinya kita disini hanya mengambil beberapa foto saja, kemudian melanjutkan perjalanan ke Candi Muara Takus.
Mendung
2. Candi Muara Takus
Perjalanan dari Puncak Kompe ke Candi Muara Takus ini hanya sekitar 40 menit saja. Makanya kita sekalian berkunjung. Candi yang satu ini adalah situs candi tertua di Sumatera dan merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi ini juga merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di provinsi ini.
Lompat dulu
Para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan situs candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad ke-4, ada yang mengatakan abad ke-7, abad ke-9 bahkan pada abad ke-11. Namun candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya, sehingga beberapa sejarahwan menganggap kawasan ini merupakan salah satu pusat pemerintahan dari kerajaan Sriwijaya.

Saya kira candi ini di tutup untuk umum karena sepi sekali. Kata para pedagang, sebelum pandemi memang sangat ramai orang yang berkunjung kesini apalagi memang ada AirAsia dari Kuala Lumpur ke Pekanbaru. Ada bagusnya juga sih sepi karena bisa puas berfoto. Tapi kasihan para pedagang karena mereka jadi sepi pembeli. Kami sempat beristirahat sambil minum air kelapa muda di saung dekat dengan candi, sekalian shalat. Jadi bisa sekalian mengobrol dengan pedagang disana.
Ada pendekar bersiap latihan bertarung

Oh iya sewaktu saya ke candi ini, saya melihat ada beberapa pendekar sedang berlatih silat. Saya jadi menonton mereka bertarung. Sayangnya saya malah nggak merekam karena takjub melihat kehebatan mereka bergulat sampai terguling-guling dan dengan sigap bangun lagi. Gaya berantemnya itu penuh seni, malah nggak menakutkan kalau menurut saya.

Setelah dari Candi Muara Takus, kami kembali ke Pekanbaru. Nanti saya akan menuliskan kuliner dan tempat wisata disana ya. Sampai jumpa!

Februari 03, 2021

Kuliner di Kampar, Riau

Pagi-pagi Puput sudah menjemput saya di Aryaduta Hotel, Pekanbaru. Kita sengaja mau jalan di pagi hari karena mau ke luar kota Pekanbaru. Sempat sarapan donat di hotel untuk mengganjal perut biar nggak lapar-lapar amat. Kata Hendry (suami Puput), ada sate enak di desa Kuok, Kampar, yang pas untuk sarapan. Sejalan juga dengan tujuan kita ke Puncak Kompe nantinya. Oh iya, Kampar adalah salah satu kabupaten yang ada di Riau. Sedangkan Kuok sendiri merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kampar. 

1. Sate Ayam Kampung di Kuok
Perjalanan dari Pekanbaru ke Kuok ini lumayan jauh juga, mungkin sekitar 1,5 jam. Tapi nggak terasa karena sepanjang perjalanan saya mengobrol terus dengan Puput. Kita udah lama banget nggak ketemu, jadi semua juga dibahas. Mulai dari cerita dulu ngekos, sampe dia nikah😆.

Kuok memiliki salah satu kuliner khas yaitu Sate Hijau, karena kuah bumbunya berwarna hijau. Sesampai di salah satu warung, kami mampir dan memesan 3 porsi sate dengan lontong. Ketika pesanan datang, warna hijau muda bumbu dan aromanya sangat menggugah selera🤤. Mana masih lapar karena sarapannya cuma donat, haha😆.Saya langsung mencicipinya. Karena ini sate ayam kampung, jadinya sangat lembut dan nggak nyangkut di behel saya.
Sate hijau
Biasanya sate itu identik dengan kacang atau kecap, tetapi sate Kuok ini berbeda dengan sate pada umumnya. Kuah sate menggunakan bumbu seperti santan kelapa. Warna hijau sendiri hanya racikan rempah-rempah seperti kunyit dengan cabe rawit. Sebelum dibakar, daging ayam untuk sate ini diungkep terlebih dahulu dengan menggunakan bawang putih dan bawang merah serta kunyit sebagai pewarna. Setelah matang, baru dibakar, dan disajikan dengan kuah bumbu.
Keripik
Kerupuk
Rumah makan ini juga menyediakan berbagai aneka keripik dan kerupuk sebagai pelengkap untuk menikmati sate. Saya ada mencoba beberapa yang renyah karena kalau pake kawat gigi memang agak susah untuk makan sesuatu yang crunchy.

2. Rumah Makan Pondok Atok Daun
Lokasinya berada di Kampar juga. Kami makan disini sepulang dari Ulu Kasok dan Candi Muara Takus (akan di bahas di postingan terpisah) menjelang sore hari. Jadi memang udah lapar sekali ketika mampir kesini.

Suasana rumah makan ini sangat alami di pinggir sungai Pulau Belimbing, mana waktu itu lagi hujan deras dan adem banget. Bikin betah berlama-lama disini. Memang agak susah keluar dari mobil dan berjalan menuju saung rumah makan karena hujan yang terlalu deras. Untungnya pelayan mau membawakan payung besar sehingga paling nggak anak-anak nggak kebasahan. Kita memilih untuk duduk di saung pinggir sungai, agar bisa berfoto. 
Menu makanan
Hendry lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan. Saya kurang tau makanan apa aja yang paling direkomendasikan disini, tapi yang pasti semuanya ikan sungai. Sewaktu makanan datang, saya takjub melihat begitu banyak menu ikan dan sambal. Ada ikan pantau, ikan kopyok, ikan baung, ikan kapiek tanpa tulang, sambal teri, sambal merah, hijau, dan lainnya. Ikan-ikan itu ada yang dibakar, ada ikan kuah juga. 

Saya mencicipi ikan satu demi satu berbagi sama yang lain. Ikan sangat segar, daging lembut, dan tidak berbau. Sebenarnya yang membuat semua menu ini enak adalah aneka sambalnya. Kalian bisa memilih sambal apa yang paling menggugah selera🤤. Kalau saya sih memilih sambal kuini karena biasanya di Jakarta makan sambal mangga. Ternyata sambal kuini lebih segar karena lebih asemmm.

3. Durian
Kalau ke Sumatera wajib makan durian. Banyak yang bilang kalau durian di Riau ini enak sekali sehingga oleh-oleh khasnya memang olahan durian seperti pancake dan bolu durian. Kami mampir di pinggir jalan khusus untuk membeli durian. Padahal masih kenyang karena baru selesai makan di RM. Pondok Atok Daun.
Belah duren duluuu🤤
Kita memilih durian yang besar dan langsung dibuka untuk dimakan di tempat. Karena masih kenyang, kita hanya makan durian satu buah seharga Rp. 50,000. Nggak murah-murah amat sih harganya, tapi nggak apa-apa deh yang penting dagingnya legit. Tapi menurut saya, durian yang ini kurang mantap. Puput bilang, masih ada tempat lebih mantap cuma kalau mau kesana waktunya mepet.

Baiklah, nanti saya cerita lagi ya tentang jalan-jalan ke tempat wisata di Kampar. Stay tuned!

Februari 01, 2021

Welcome to Pekanbaru

Pertama kalinya saya memanfaatkan AirAsia Unlimited Pass (AAUP) adalah berkunjung ke Pekanbaru, kota tempat dimana Puput tinggal sekarang. Kalau orang-orang sudah bolak-balik ke Bali menggunakan AAUP, saya malah lebih ingin mengunjungi provinsi yang memang sama sekali belum pernah saya datangi😆. AAUP ini memang membuat harga tiket pesawat jadi hemat banget. Kalau tidak salah, saya hanya membayar Rp. 181,000 untuk penerbangan Pulang-Pergi ke Pekanbaru.

Packing baju satu merk
Jilbab satu merk

Saya sudah membook tiket untuk 4 hari 3 malam, tapi malah di reschedule jadi 3 hari 2 malam😕. Saya udah berusaha untuk cari tau 'gimana caranya melakukan penjadwalan ulang, tapi malah nggak ketemu. Dulu sewaktu ke Medan, saya bisa dengan mudah reschedule jadwal penerbangan melalui website. Ntah kenapa kali ini malah nggak bisa. Padahal udah saya ubek-ubek semua menu di website, nggak ada juga😕. Ya udah deh, mungkin memang cuma bisa sebentar di Pekanbarunya. Walaupun demikian, saya tetap bawa baju agak banyak karena pasti panas disana jadi harus berganti baju terus.

Mari berangkat
Saya berangkat ke bandara seperti biasa menggunakan bus🚌. Ketika sampai, saya swab antigen dulu di Terminal 2 Kalayang. Jadi teringat di bulan Desember swab disini dengan antrian yang super duper panjang. Alhamdulillah sekarang udah nggak begitu lagi. Bisa daftar melalui hp masing-masing, lalu melakukan pembayaran, trus di swab, print hasilnya, selesai deh. Tinggal cek in, lalu menunggu di boarding gate.
Ketemu Syawal
Penerbangan menuju Pekanbaru ditempuh dalam waktu 1 jam 40 menit. Saya sangat excited karena ini pertama kalinya menginjakkan kaki di provinsi Riau. Saya berjalan di garbarata lalu melihat seseorang yang saya kenal banget sejak SMA. Eh ternyata ada Syawal. Saya pernah bilang padanya kalau bakalan mampir ke Pekanbaru, tapi jadi lupa mengabarinya saat saya sudah beli tiket. Maaf ya Syawal, Alhamdulillah bisa ketemu juga di bandara. Dia memang kerja di Angkasa Pura, jadi wajar saja kalau mau bertemu harus di kawasan bandara.
Bandara Sultan Syarif Kasim II
Syawal menemani saya menunggu dijemput Puput, seraya mengobrol banyak hal. Anaknya sudah 3 orang dan saya ingin berjumpa dengan keluarganya. Kita janjian untuk ketemuan dan makan-makan nanti di hari terakhir karena kalau besok jadwal kami sudah full

Puput dan keluarga akhirnya datang menjemput. Saya melambaikan tangan pada Syawal dan kami pun mengendarai mobil menuju rumah Puput di Rumbai. Lumayan jauh dari bandara ke Rumbai, mungkin hampir satu jam kesana ditambah macet. Akhirnya setelah Puput nikah sejak 2017, baru kali ini saya mengunjungi rumahnya. Saya jalan ke belakang dimana banyak pohon buah, ke kamarnya, ke dapur, jadi house touring. Puput akan segera merenovasi rumahnya sebentar lagi, senang banget dengernya🥰. Saya juga sangat ingin renovasi rumah tapi masih belum bisa karena tidak boleh ada rancang bangun di komplek sampai pandemi usai. Semoga segera ya Allah. Aaminnn🤲!
Aryaduta
Sebenarnya setelah dari rumah Puput, kami mampir makan dulu. Tapi sepertinya saya akan menyatukan seluruh postingan tentang kuliner Pekanbaru nanti saja di postingan terpisah. Puput mengantarkan saya ke hotel Aryaduta yang berlokasi di pusat kota. Hotel ini berbintang 4, fasilitasnya juga lengkap, tapi harganya cuma Rp. 300rb permalam yang saya booking via aplikasi Airasia. Murah banget ya.
Aroma Terapi

Puput dan keluarga sempat main dulu di kamar saya. Anak-anaknya senang banget berlari-larian di kamar. Puput sampai memasang aroma terapi di kamar agar saya rileks dan tidur nyenyak katanya. Sebenarnya tanpa aroma terapi pun saya bisa tidur dengan sangat nyenyak, hihihi😆. Baiklah, nanti saya posting lagi cerita selanjutnya. Sampai jumpa!

Follow me

My Trip