Siapa sih yang nggak mau ke Raja Ampat? Seperti destinasi wisata tersebut adalah tujuan impian seluruh masyarakat Indonesia dan dunia. Saya sudah berdoa terus agar bisa kesini. Sampai akhirnya AirAsia menjual Unlimited Pass di tahun 2020 seharga Rp. 1,500,000 untuk seluruh tujuan maskapai Air Asia di Indonesia. Jadi nanti kalau mau beli tiket penerbangan, cuma bayar service fee saja. Saya tidak berpikir panjang lagi untuk segera beli. Kalau kebanyakan mikir, nanti malah nggak jadi-jadi. Saya juga mengajak beberapa teman di Rancupid. Ada yang mikir-mikir dan nggak jadi beli, ada yang langsung beli juga😉.
Sebenarnya tujuan saya beli Air Asia Unlimited Pass (AAUP) hanya untuk ke Raja Ampat. Kalau tujuan lain, saya merasa masih murah walaupun harus pakai tiket penerbangan biasa. Walaupun demikian, saya sudah menggunakan AAUP untuk penerbangan ke Pekanbaru di Januari 2021 kemarin. Sampai akhirnya di grup Facebook heboh karena promo tiket ke Sorong muncul. Saya langsung beli tiket CGK -SOQ pada tanggal 20 Januari 2021 dan bergabung dengan Grup Whatsapp untuk penerbangan ke Sorong dari 19 Maret - 26 Maret 2021. Sempat nggak percaya ternyata udah beli tiket, duh jadi juga ini ke Raja Ampat🤩🤩🤩🤩? OMG I'm so excited!!
Saya kemudian mengajak teman-teman di Rancupid, tapi mereka masih berpikir kalau tanggal segitu mereka bisa pergi nggak yah🤔? Akhirnya saya bilang ke mereka, "Gw tetep akan pergi, with or without you guys!" Karena memang sudah beli tiket dan masuk Whatsapp Grup. Teman-teman langsung terdiam berpikir sampai akhirnya promonya sudah hilang.
Saya mulai santai-santai aja sebelum berangkat. Tiket pulang-pergi sudah dikantongi, anggota di Grup Whatsapp juga semakin hari semakin bertambah. Ketua grup kami adalah Mbak Yuliza dan dia sangat membantu untuk mencari agen trip di Raja Ampat. Perlu diingat kalau ke Raja Ampat kita memang disarankan untuk sharecost, kecuali kalau kalian adalah orang kaya yang bisa sewa kapal sendiri seharga minimal Rp. 20juta keatas. Sharecost juga seru kok, bisa ketemu teman baru juga, bisa memilih penginapan lebih mahal tapi harganya masih mendingan karena kita bisa bagi pembayarannya dengan yang lain.
Kegalauan mulai datang lagi karena promo ke Sorong muncul di bulan Februari. Teman-teman Rancupid akhirnya beli tiket, dan saya juga, karena Rosiva nggak mau pergi kalau nggak ada saya. Saya sempat share tiket murah di Whatsapp Grup bulan Maret dan mereka bilang nggak boleh ada yang batal🙄. Duh, saya jadi nggak enak juga, tapi saya lebih pengen pergi ke Raja Ampat bersama anak-anak Rancupid. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat dua-duanya. Padahal saat mengambil keputusan itu, saya lagi bokek. Tapi tetap percaya aja sama Allah subhanahu wata'ala kalau nanti pasti akan ada jalan terbaik ke Raja Ampat ini.
Grup Whatsapp Februari pun dibuat dan mulailah masalah bermunculan. Ada beberapa orang yang hanya ingin ke Wayag dan Kalibiru saja, sedangkan saya ingin ke Wayag saja karena di Maret tujuan kami adalah Piaynemo dan Misool. Tapi saya 'ngikut suara terbanyak. Namanya juga sharecost, ya pengambilan keputusan harus barengan atau kalau enggak mau ribet mikir trip, itinerary, dan biaya selama di Raja Ampat, ya 'ngikut aja gitu🙄, nggak usah protes. Tapi orang-orang di grup ini memang ngeselin🤬. Ada yang beli tiket cuma di weekend aja dan memaksa kita untuk ikut itinerary dia karena dia nggak bisa cuti. Hellooowww, ke Raja Ampat cuma weekend itu nggak salah? Mana kalau ikut itinerary dia malah kegiatan jadi terlalu padat dan nggak bisa menikmati.
Saya minta Rezki untuk menghubungi beberapa agen di Raja Ampat sebagai alternatif. Rezki udah berusaha bernegosiasi, lalu menyampaikan itinerary dan cost ke grup, tapi tetep di counter🤬. Mereka POKOKNYA pengen trip bisa sampai kemana pun dengan harga super MURAH. Kalau harga yang disebutkan nggak dapat dokumentasi, tetep dipaksakan dokumentasi harus termasuk dengan harga jangan bertambah. Rezki mulai nggak enak nego ke agen, jadi terkesan kita 'kere' banget 'gitu. Nggak enak juga untuk relasi ke agen karena bawa nama Rancupid. Masa' perusahaan nego segitunya 🙄🙄🙄. Bahkan ada beberapa dari mereka yang nggak mau pake agen karena mahal, jadi mau ngeteng (nyari barengan) pas udah sampai ke Raja Ampat nanti. Trus apa gunanya masuk ke Grup Whatsapp yang notabene memang untuk sharecost? Mengingat kejadian itu saya jadi bete lagi, ugh🤬!
Saya udah lelah membaca grup. Kebanyakan chat udah saya cuekin aja, nggak mau dibaca lagi, BETE! Rezki dan Rosiva masih mau meladeni mereka. Rosiva sampai mau membuat table di Excel untuk menjabarkan cost apa saja yang akan dikeluarkan, worth it apa enggaknya, agar mereka semua bisa baca baik-baik!! Rosiva melakukannya secara detail udah seperti menjabarkan laporan keuangan ke saya di waktu weekly meeting. Eh tapi mereka mana mau peduli. Laporan seperti itu membuat mereka pusing. Mereka yang butuh hanya murah, murah, murah. Ugh kesyelll🤬!
Sampai akhirnya Mas Ikhsan founder Umroh Tiket Murah (UTM) join Grup Whatsapp. Kita sudah kenal lama karena saya dan keluarga pernah ikut UTM bersamanya. Saya langsung japri beliau untuk memberitahu betapa menyebalkannya grup ini. Mas Ikhsan masih santai, mungkin udah biasa menghadapi orang-orang karena beliau juga punya travel. Lama-kelamaan Mas Ikhsan mulai merasa aneh, ini kok ada orang di grup sangat memaksakan kehendak🤔. Udah jadwal dia mepet, pengen kesana-kesini, dan paksakan yang lain ikut dia. Mas Ikhsan udah kasih tau kalau kita di Raja Ampat nggak bisa pergi ke banyak destinasi dalam satu hari karena bakalan capek banget. Seharusnya mereka percaya Mas Ikhsan karena udah beberapa kali ke Raja Ampat. Tapi tetepppp semua pengen murah🙄. Saya jadi berpikir, kenapa sih nggak menabung lebih banyak agar kesana lebih nyaman? Kenapa sih nggak apply cuti dari jauh-jauh hari biar bisa lama jalan-jalannya? Belum lagi tim Februari anggotanya nggak pernah lebih dari 10 orang yang membuat kita agak berat untuk sharecost. Minimal 15 orang deh, baru agak murah.
Mungkin jawaban dari doa-doa adalah akhirnya Air Asia menjadwalkan ulang perjalanan ke Sorong di bulan Februari yang membuat kita memiliki open ticket. Saya langsung menyelamatkan Rosiva, Rezki, dan Mas Ikhsan untuk gabung ke grup Maret, meninggalkan grup menyebalkan di bulan Februari. Tim Februari sampe nge-Whatsapp Rezki secara pribadi untuk melarang pindah grup. Ya mana mungkin Rezki mau denger, toh temen-temannya di Maret semua. Ada juga yang bernama Ling dan suami pada akhirnya pindah grup juga. Mbak Yuliza di grup Maret mendadak kedatangan banyak tamu yang berarti lebih banyak orang, lebih murah dalam sharecost. Alhamdulillah masalah berakhir, fiuhhh! Walaupun akhirnya saya punya 2 tiket ke Sorong di tanggal yang sama.
Ada bagusnya juga saya nggak berpergian di bulan Februari karena pada saat itu saya sudah sangat bokek. Spring di US membuat semua uang terkuras sangat banyak untuk membayar suplier. Belum lagi uang tertahan sampai saya harus menyewa pengacara. Rasanya sangat memusingkan, butuh duit, duit ada, tapi nggak bisa diambil. Belum lagi suster yang jaga anak Rosiva malah minta pulang kampung. Gimana ini dia terancam nggak bisa berangkat karena nggak ada yang jaga anaknya. Padahal kita udah belanja baju renang, jaket anti angin, dan sebagainya.
Saya cuma bisa berdoa, semoga memang rezeki ke Raja Ampat di bulan Maret, semoga segala masalah dapat selesai dengan baik. Berikan jalan terbaik ya Allah🤲! Sampai pada seminggu sebelum berangkat ke Sorong, alhamdulillah Allah mengabulkan semua doa-doa. Uang rilis, masalah selesai. Saya langsung mentransfer duit trip ke Mbak Yuliza sampai lunas, dan saya bisa fokus untuk mempersiapkan perjalanan. Pada akhirnya Rosiva nggak bisa berangkat karena nggak ada yang bisa menggantikan menjaga anaknya dan pada tanggal segitu juga harus sembahyang kuburan Papanya. Ya sudahlah, mungkin ini yang terbaik, dan saya tidak suka memaksakan orang karena saya tahu Rosiva sendiri sangat ingin berangkat. Dari Rancupid pada akhirnya hanya saya dan Rezki saja yang berangkat. Jadi teringat trip Khasmir, dimana kita berdua juga yang berangkat.
Sebelum keberangkatan, saya disibukkan dengan memikirkan harus bawa koper yang ukuran berapa. Udah mencoba kirim beberapa baju ke Rezki agar saya cukup hanya dengan membawa koper kabin, tapi tetap nggak bisa. Saya harus bawa 3 baju renang, beberapa baju ganti, makeup, belum lagi alat snorkeling, fin, kamera, tripod, ohhh tidak! Mana cukup di koper kabin doang. Akhirnya saya memutuskan untuk membawa koper ukuran medium dan ransel besar supaya semuanya cukup. Saya males banget kalau harus mikirin nanti koper nggak cukuplah, barang susah masuk-lah, mana perjalanan jauh banget. Jadi mending bawa koper gede aja sekalian. Free bagasi AirAsia hanya 15 kg dan ternyata koper saya sudah 18 kg. Terpaksa beli tambahan bagasi lagi. Oh iya saya sempat berkonsultasi dengan kakak saya seorang Spesialis Penyakit Dalam untuk bertanya apakah perlu meminum obat malaria? Waktu udah mepet, dan saya udah nggak sempat ke apotik lagi. Kakak bilang, seharusnya minum Doksisiklin 100 mg, 1-2 hr sebelum bepergian, selama disana, sampai 4 minggu setelah pulang dari daerah endemik. Di grup Whatsapp teman-teman pada minum Pil Kina dan saya sebenarnya nggak suka minum pil begitu. Kakak bilang, nanti di Sorong mampir aja ke apotik kalau sempat untuk beli Doksisiklin. Tapi saya yakin 100% kalau udah sampai disana pasti nggak sempat. Semua bakalan fokus pada tujuan wisata saja.
Hari yang dinantikan pun tiba. Karena penerbangan pukul 1:20 dini hari, saya berangkat ke terminal bus sekitar jam 7 malam. Sesampai disana, ternyata bus Hiba Utama baru berangkat pukul 9 malam karena pandemi memang tidak tentu jadwalnya. Saya jadi agak was-was😟, takutnya nanti malah mepet banget sampai bandara. Tapi abang-abang preman terminal yang biasanya sering saya ajak ngobrol bilang kalau perjalanan ke bandara malam-malam begini paling hanya sejam doang. Nggak nyampe malah, paling cuma 50 menit. Duh, kalau jam 9, berarti saya sampai bandara jam 10, trus swab antigen, cek-in, masih keburu nggak ya? Abang-abang itu meyakinkan saya kalau semuanya pasti keburu.
![]() |
Duduk manis menunggu bus |
Saya duduk manis menunggu bus sampai jam 9 sambil main hp dan menelepon sana-sini. Nggak terasa juga sih sebenarnya, akhirnya waktunya telah tiba. Saya naik bus ke bandara dan memang tiba sejam kemudian. Saya bertemu Rezki, lalu mengambil uang di ATM untuk pegangan disana. Kami kemudian bertemu beberapa teman trip dan berkenalan sekedarnya saja. Saya lalu ketemu Mas Ikhsan dan kita bisa ngobrol dengan leluasa karena memang sudah kenal lama.
"Akhirnya kita jadi juga berangkat Maret ya Mas," kata saya.
"Iya, untung nggak ikut di bulan Februari", jawab Mas Ikhsan dan kita berdua ngakak😂.
Kami lalu cek in, kemudian menunggu di ruang tunggu. Saya dan Rezki duduk di sisi sebelah kanan dalam ruang boarding gate sedangkan yang lain duduk di sisi kiri. Sudah disuruh gabung, tapi saya agak malas gerak. Udah malam juga jadi nggak mood ngobrol atau basa-basi sama yang lain. Mata sudah sangat mengantuk tapi nggak boleh tidur.
![]() |
Ngantuk🥱 |
Sampai akhirnya panggilan boarding juga. Saya menyapa anak-anak grup Raja Ampat lain yang saya temui ketika boarding. Saya duduk di sebelah Rezki, sedangkan di sisi sebelah kanan saya ada Mbak Lia. Cuma dia yang saya kenal, karena kami udah berteman di Facebook. Itupun belum pernah ketemu sebelumnya. Pesawat kemudian tinggal landas🛫. Saya masih mengobrol dengan Rezki sejenak sambil menunggu Air Asia mematikan lampu pesawat. Teringat dulu ketika penerbangan ke Jaipur, Air Asia mematikan lampu dan kami bisa tidur dengan nyenyak. Tapi kali ini malah nggak mati lampu sama sekali. Mana lampunya nembak langsung ke mata saya😫. Saya malah nggak menyiapkan kacamata hitam karena berpikir masa' malam-malam pakai kacamata hitam. Dan saya menyesal...
![]() |
Snack di pesawat |
Ntah udah setengah perjalanan, saya belum bisa tidur juga. Pramugari kemudian membagikan snack, tapi mana mungkin bisa mood makan di jam sahur seperti ini. Baru ketika sudah hampir mendekat ke Sorong, saya bisa tidur sebentar banget. Badan jadi terasa capek banget karena cuma tidur sejam. Tapi saya biasanya cukup kuat walaupun kurang tidur. Mungkin karena sudah biasa tidur banyak, dan tidur sedikit, hahaha😂. Dan alhamdulillah, kami tiba di Bandar Udara Domine Eduard Osok🛬. Ya Allah I was so excited back then🥳. Ini pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Pulau Papua dan pertama kalinya merasakan Waktu Indonesia Timur. Seolah mimpi jadi kenyataan🥳.
![]() |
Bandar Udara Domine Eduard Osok |
![]() |
Hujan |
Kami akhirnya turun dari pesawat dan disambut hujan gerimis. Nggak nyangka bisa sampai kesini juga setelah cerita panjang dan drama grup sebelah di bulan Februari😫. Saya akan memposting cerita tentang perjalanan ke Raja Ampat secara detail, jadi jangan sampai ketinggalan ya. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar