Selesai mandi, seperti biasa saya akan duduk di ruang makan resort untuk mencari sinyal untuk membalas pesan, dan mengupload stories. Saat itu disana cuma ada Mas Ikhsan yang sedang merokok. Kata Mas Ikhsan, tadi Ko Hen, Budet, dan Tiyo ikut pergi ke kota sekalian beli makan malam. Teman-teman yang lain mungkin masih beristirahat di kamar mereka masing-masing. Maklum, hari ini kita capek banget. Walaupun demikian, saya senang sekali hari ini🥰.
Selama ini saya jarang ngobrol serius dengan Mas Ikhsan. Biasanya kalau rame-an dengan teman yang lain, kita jadi becanda melulu. Kali ini cuma berdua dan saya mencoba mencairkan suasana. Kita malah bahas bisnis. Semula beliau bertanya saya kerja apa dan dimana. Jadilah saya bercerita tempat kerja pertama, kedua, sampai di Rancupid. Mas Ikhsan juga begitu, beliau bercerita mulai dari PNS, ngapain aja, resign, lalu mencoba berbisnis. Sampai beliau pernah ke Sumba hanya untuk mencari jagung ratusan ribu kilogram, sekalian liburan juga. Saya bahkan baru tau kalau Sumba merupakan daerah penghasil jagung.
"Pokoknya Mut, kalau ada tawaran bisnis, iya-in dulu aja. Baru mikir nanti 'gimana ya bisa ngerjainnya apa enggak. Karena nanti otak kita bakalan terpaksa bekerja lebih keras untuk berpikir 'gimana caranya menjalankan bisnis."
Saya lanjut bercerita tentang bisnis yang saya geluti, jualan online tapi di Amerika. Saya juga menjalankan bisnis travel tapi nggak bisa dibandingkan dengan punya Mas Ikhsan. Beliau langsung antusias mendengarkan bagaimana saya menjalankan bisnis, dari A sampai Z. Katanya, "anak muda sekarang unik-unik ya bisnisnya." Dan saya merasa dihargai juga karena beliau mau mendengarkan keluh-kesah saya selama berbisnis dan memberikan beberapa solusi. Saya terdiam berpikir, lalu bertanya lagi kalau begini bagaimana, kalau begitu nanti konsekuensinya apa, dan semuanya Mas Ikhsan jawab dengan baik.
Sejam kemudian, Ko Johanes bergabung dalam obrolan kita yang sudah mengarah sewaktu Mas Ikhsan ke Aceh jaman masih ada GAM dan tsunami. Kami takjub mendengar cerita Mas Ikhsan yang pulang ke Jakarta sehari sebelum tsunami meluluh-lantakkan Aceh, dan pada saat hari H tsunami, semua teman yang se-projek bersama, meninggal tersapu tsunami. Bahkan jenazahnya pun tidak ditemukan. Pada saat itu saya jadi flashback, tsunami memang mengerikan dulu. Banyak keluarga, teman-teman, guru-guru, tetangga, dan lainnya, semua meninggal.
Tidak terasa sudah lebih dua jam kami mengobrol dan heran ini kenapa teman-teman nggak datang-datang juga ke ruang makan. Padahal, makan malam sudah tersedia, teman-teman dari kota sudah pulang, dan pelayan sudah menyiapkan piring, gelas, serta peralatan makan untuk kita karena ternyata jam 8 mereka sudah harus pulang. Saya mengirim Whatsapp ke teman-teman untuk makan malam. Baru kemudian mereka satu demi satu berdatangan.
Kita pun makan malam bersama. Saat itu, Mbak Yuliza sekalian hitung-hitungan pengeluaran selama trip dari kemarin naik kapal sampai hari ini. Saya kaget harga teh di Kasuari Rp. 63,800😱. Ya ampun, sudah lebih mahal dari Restoran Kempinski atau SKYE di Jakarta dongggg😱😱😱. Itu juga harga pisang goreng tepung Rp. 34rb, jadi kalau ada yang pesan teh dan pisang goreng udah Rp. 100rban aja😱. Kayaknya kalau kita goreng sendiri, beli pisangnya udah satu sisir dan beli teh udah 30 sachet masih ada kembalian. Total ngemil aja bisa hampir sejuta dong ini😩.
![]() |
Bill di Kasuari |
Berikut hasil rekapan pengeluaran selama trip 2 hari untuk 15 orang:
- Sewa Mobil Rp. 900,000
- Kapal ke Waisai Rp. 100,000 perorang, total Rp. 1,500,000.
- Kapal island hoping Rp. 6,500,000
- Parkir di Piaynemo Rp. 300,000
- Parkir di Kabui Rp. 300,000
- Parkir di Pasir Timbul Mansuar Rp. 200,000
- Pisang Goreng di Friwen Rp. 90,000
- Kopi nahkoda Rp. 20.000
- Nasi kotak makan siang Rp. 35,000 x 19 orang = Rp. 665,000
- Aqua 2 kardus Rp. 140,000
- Nasi goreng 15 x Rp. 22.,000 = Rp. 330,000
- Makan malam Rp. 560,000
- Aqua Rp. 70,000
- Nasi bungkus Rp. 528,000
- Kapal ke Sorong 4,500,000
- Tip Bang Udin Rp. 1,000,000
Total Rp. 17,603,000 ÷ 15 = Rp. 1,173,533
Ditambah biaya diluar harga paket trip:
Teh Sultan Rp. 63,800
Kamar di Waiwo Resort Rp. 800,000
Grand Total Rp. 2,037,333
Untuk harga paket trip saya bayar menggunakan cash karena sudah keburu ambil duit. Banyak dari teman-teman bisa transfer aja. Saya kira daerah Waisai ini bakalan nggak ada sinyal sama sekali jadi takut nggak bisa transfer. Takut juga nggak ada mesin ATM disekitar apalagi kartu ATM saya dari Bank DBS yang kadang beberapa bank daerah nggak terima.
Selesai proses pelunasan, saya duduk sama Rezki membicarakan beberapa hal. Saya sekalian memindahkan beberapa foto juga ke hp dan menguploadnya ke instagram. Pokoknya saya harus lebih duluan posting foto daripada Rezki dan saya punya 1000 alasan untuk nggak ngasih foto ke dia dulu😂😂😂. Tapi kayaknya dia udah posting duluan.
Selagi kami mengobrol, kadang Iyus ikutan nimbrung. "Mut..."
"Gw udah mandi," jawab saya dengan cepat sebelum Iyus nanya terus seperti kemarin.
Iyus ngakak, "Ih, siapa yang nanya? Gw mau nebeng tethering internet karena gw nggak ada sinyal."
"Ohh baiklah."
Saya menaruh hp di meja, lalu samperin bu Martha. "Bu, besok kita jadi berenang?"
"Oke, ayok aja."
Saya melihat luka di kakinya yang bikin ngilu, "Itu nanti luka 'gimana? Haddduuuuw😰."
"Ah, tenang aja. Udah nggak perih kok."
"Ya udah, besok pagi saya Whatsapp ya..."
Saya kemudian mengambil hp dan mengajak Mbak Daisy balik duluan ke kamar. Saya harus menelepon pada saat itu dan nggak mau teman-teman pada denger. Beginilah susahnya kalau ngetrip tapi suasana hati sedang tidak enak. Huff😕! Saya berpamitan pada teman-teman yang pada saat itu sedang seru banget mengobrol. Rezki juga balik ke kamarnya karena dia mau tidur. Saya duduk di teras kamar, menelepon, menutup telepon, dan termenung😕.
Sampai tiba-tiba Cici Ling lewat (di Waiwo Resort kamar saya dan Ci Ling bersebelahan), "Mut, jangan melamun. Ntar kesambet, ini hutan loh."
Saya agak kaget karena tiba-tiba ada Cici Ling, lalu tertawa. "Hahaha, iya nih. Ok deh Ci, Nite~." Saya masuk kamar, mengobrol sebentar dengan Mbak Daisy, ganti baju, dan tidur. Sayup-sayup masih terdengar teman-teman belum beranjak dari ruang makan karena masih asyik mengobrol.
Besok paginya, saya bangun jam 6 dan merasa kok masih gelap banget. Saya menyibakkan gorden dan melihat hujan turun sangat deras. Saya membaca Whatsapp dan Bu Martha sudah mengirim pesan sejak jam 6 kurang. Saya bilang, kita tunggu sampai 6.45 deh, semoga hujan reda. Tapi ternyata hujan tidak kunjung reda. Hmm, mungkin memang belum rejeki untuk berenang lagi di depan resort. Saya akhirnya mandi dan packing. Jam 8.30 nanti kita akan berangkat kembali ke Sorong untuk menjemput teman-teman yang bergabung dengan trip Misool. Selagi sibuk packing, tiba-tiba DUK! Bunyinya keras banget😖. Haduuuh kejedot lagi ditempat yang sama. Saya jadi merasa ada benjol di atas benjol seperti es krim 2 scoops. Kejedot terus begini bikin hilang ingatan nggak ya? Mbak Daisy lalu mengeluarkan beberapa sikat gigi dari kamar mandi, "Ini jangan lupa untuk Ko Hen." Baiklah😄.
Selesai mbak Daisy mandi, kita menaruh koper di teras kamar, lalu bergabung sama yang lain di ruang makan. Nanti para Anak Buah Kapal (ABK) bakalan menaikkan koper terlebih dahulu dan menyusunnya di atap kapal. Setelah itu baru kita boleh naik. Selesai sarapan, kita lalu jalan menuju dermaga. Hujan menyisakan gerimis, mau ngeluarin jas hujan agak nanggung, jadi ya sudahlah, paling basah sedikit. Saya memastikan koper sudah ada di atap kapal, baru masuk ke dalam kapal.
![]() |
Proses pengaturan koper |
![]() |
Tutup dulu biar nggak basah |
Kali ini saya duduk di belakang biar kena angin bersama Cici Ling, Ko Johanes, dan Bu Martha. Saya kira hujan bakalan reda, tapi ternyata malah tambah deras. Bu Martha yang duduk di depan saya sudah mengenakan jas hujan, sedangkan saya masih pasrah saja terkena tempias sekalian ngelap-lap kursi. Repot sih, tapi ya sudah-lah, di bagian dalam kapal juga sudah penuh. Yang penting bagi saya, ransel aman karena ada laptop.
Foto dari luar |
Perjalanan ke pelabuhan Sorong lumayan lama karena hujan deras. Mungkin sekitar 2 jam lebih (lupa berapa waktu persisnya). Saya kira bakalan naik kapal yang sama menuju Misool, sedangkan penumpang kali ini saja sudah penuh. Mana kita mau menjemput 5 orang teman lagi di Pelabuhan Sorong. Ternyata ketika ke Misool nanti kita akan berganti kapal. Sesampai pelabuhan, kita disambut hujan yang super duper derasssss. Ini 'gimana mau ke dermaga😲? Saya menunggu sejenak di dalam kapal berharap hujan reda, tapi paling reda sedikit. Ada beberapa teman yang membawa payung, dan saya ikut nebeng.
Kami mampir ke Marina Jetty Restaurant dan hal yang paling pertama saya lakukan adalah ke toilet. Takutnya nanti perjalanan ke Misool bakalan lama banget dan kita nggak bisa pipis. Ternyata setelah pipis, malah disuruh makan siang dulu biar nggak lapar di perjalanan. Mana di resto ini harus pesan minum dan saya pesan teh panas manis. Sebenarnya saya takut kebelet di jalan kalau minum teh. Akhirnya saya makan sambil minum sedikit saja. Selesai makan, saya ke toilet lagi biar nggak kebelet. Saat itu kita agak lama di dermaga, mungkin karena hujan dan berlayar ketika hujan agak beresiko, sampai akhirnya berangkat juga. Saya melihat Mbak Yuliza ngobrol dengan orang-orang yang nantinya bakalan bergabung dengan trip ke Misool. Tidak satupun dari mereka yang saya kenal.
Tulisan kali ini agak singkat karena saya tidak mau menggabungkannya dengan trip Misool. Nanti saya akan menuliskan perjalanan ke Misool dipostingan selanjutnya biar sekalian panjang. Akhirnya selesai trip Piaynemo dan saya senang sekali pada saat itu🥰. Udah sangat antusias ingin melihat bagaimana indahnya Misool. Sampai jumpa di postingan berikutnya.
0 comments:
Posting Komentar