April 28, 2021

Dear April, Happy Birthday

Happy Birthday to me🎂! Sengaja memposting cerita tentang ulang tahun di akhir bulan karena kali ini perayaannya memang sebulan lamanya😆. Sebenarnya tanggal ulang tahun saya adalah 4 April, tapi beberapa teman merayakannya tidak tepat pada tanggal tersebut. Baiklah, saya akan merangkum semua acara yang sempat terjadi di bulan April.

1. Di hari H, banyak sekali ucapan ulang tahun datang dari keluarga dan teman-teman. Khanti, Zayd, dan Baitil khusus merayakannya sambil bawa kue ulang tahun dari The Harvest. Setelah acara tiup lilin kecil-kecilan, kami kemudian melanjutkan makan di Saung Mang Engking yang berada di area kampus UI.

2. Sewaktu saya terjadwal untuk laser wajah di ZAP Central Park, teman-teman ngetrip Raja Ampat ngajak ketemuan untuk traktiran makan-makan. Awalnya saya ingin pulang cepat, tapi ternyata Baitil lama banget di salon. Ya sudahlah, mau nggak mau saya pasrah ditodong makan-makan. Tapi seru banget sih, saya sama sekali nggak menyesal hari itu. Kita makan di Remboelan Central Park.

3. Saya mengajak Farah (keponakan), Baitil, dan Rezki makan di Sushi Tei sehari sebelum Ramadhan. Sayangnya Farah nggak bisa karena urusannya di Tanoto Fondation belum selesai. Rezki pun harus pulang cepat karena mau ikut shalat taraweh di mesjid. Jadilah sisa saya dan Baitil makan Sushi Tei hari itu.

4. Pondok Patin H.M Yunus, Pekanbaru
Kami agak shock melihat nota yang harus kami bayar di resto yang satu ini. Padahal menunya biasa saja, tapi total pembayaran bisa 1,6 juta untuk 6 orang😱. Apa-apaan iniii! Saya melihat teman-teman mulai gelisah. Bayangkan, kami harus membayar Rp. 325rb perorang hanya untuk makan gitu doang. Ntah kami terlihat turis mungkin ya? Tapi memang rejeki teman-teman saya, tiba-tiba duit Amazon masuk jadi saya bayarkan saja semua makanannya. Semoga dibalas oleh Allah subhanahu wata'ala kepada saya rezeki yang berlimpah. Aamiin🤲.
Kompilasi foto ulang tahun
Untuk hadiah, bulan ini saya mendapatkan banyakkkk sekali kado. Saya sempat memposting satu-persatu sampai akhirnya Mama protes. 
"Ngapain sih, ucapain terima kasih pada orang yang ngasih kado harus diposting? Itu 'kan semua orang di Instagram kamu jadi tau kalau kamu dapat hadiah yang murah atau mahal. Jangan posting lagi!"
Gara-gara di omelin Mama, saya kemudian menimbang beberapa hal. Apa yang dikatakan Mama memang ada benarnya. Mama sangat menjaga kami anak-anaknya dari perbuatan riya. Jadi memang lebih baik nggak usah di posting. Kalau sudah terlanjur posting, ya sudahlah. Tapi memang banyak banget hadiah yang ingin saya posting, jadi akhirnya nggak diposting deh. Hehehe😅.

Sebenarnya ulang tahun itu adalah peringatan kalau umur kita berkurang di dunia. Kenapa nggak memohon ampun pada Allah dan meningkatkan ketaqwaan? Maafkan saya ya Allah karena sempat berkeinginan untuk pamer di sosial media tentang hadiah-hadiah yang saya terima. Saya jadi sadar kalau budaya 'pamer' itu nggak ada gunanya, yang ada menambah dosa. Takutnya ada orang yang hasad, iri, dan dengki pada kita. Astaghfirullahala'dzim.

Keinginan saya tahun ini adalah:
1. Bertemu jodoh dan mengakhiri petualangan. Capek juga setiap tahun harus bergonta-ganti pasangan. Sudah merasa dekat, eh tetep nggak cocok. Huft, lelah sekali menanti jodoh itu. Semoga segera ya Allah. Aamiin🤲.
2. Perusahaan tidak ada masalah lagi. Semakin lama saya menyadari kalau masalah di perusahaan itu mungkin bentuk dari dosa-dosa yang saya lakukan. Semoga Allah memaafkan dosa saya, agar perusahaan terus lancar rezekinya. Aamiiin🤲.
3. Ke Amerika. Semoga setelah pandemi mereda, saya bisa ke Amerika untuk mengurus perusahaan. Saya ingin tinggal lama disana hanya untuk merasakan hidup seperti masyarakan lokal. Mudahkan pengurusan Visa saya ya Allah. Aamiinn🤲.
4. Semoga berkah umur, rizqi, semoga keluarga selalu sehat dan dijauhkan dari kejahatan di dunia. Semoga selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiinn ya Rabbal 'alaminn🤲.

April 27, 2021

Bye Again Pekanbaru

Bangun pagi di hotel Aryaduta Pekanbaru terasa seperti Dejavu. Di bulan Januari 2021 saya pernah menginap disini bersama Puput, dan 3 bulan kemudian disini lagi😅. Bedanya sekarang bulan puasa dan saya tidak sendiri, tetapi bersama teman-teman. Masih dengan pemandangan kolam renang yang sama ketika membuka jendela di pagi hari, hanya saja kali ini saya tidak mencari Puput yang sedang berenang bersama anak-anaknya

Hari ini saya akan pulang ke Jakarta setelah perjalanan selama seminggu di Sumatra Barat dan Riau. Sebelum ke bandara, kami berencana ke tempat paling iconic di Pekanbaru yaitu Jembatan Siak IV walaupun cuaca panas yang menerpa di kala sedang berpuasa. Rasanya energi ini tidak ada habisnya, walaupun kadang hanya makan sahur sedikit saja. Setelah semua teman-teman selesai beres-beres, kami tidak check out terlebih dahulu karena banyaknya barang kita. So, kita jalan-jalan dulu sekalian beli oleh-oleh, baru nanti check out dan langsung ke bandara.

Jembatan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah
Jembatan ini juga populer dengan nama Jembatan Siak IV, adalah nama sebuah jembatan yang menghubungkan pusat kota Pekanbaru di Jalan Sudirman Ujung dengan Kecamatan Rumbai Pesisir (tempat Puput tinggal). Saya pernah menuliskan tentang jembatan ini di postingan blog dan sekarang tidak akan menulis detailnya dua kali. Kami turun dari Grab diujung jembatan untuk berjalan menyusurinya sampai ke seberang. Sebenarnya ini ide yang buruk mengingat panasnya cuaca dan kita sedang berpuasa🥵.
Berfoto bersama teman-teman
Saya hanya membawa teman-teman yang baru pertama kali kesini dan berfoto disini. Sayangnya hari sangat terik dan tidak ada tempat untuk berteduh di area jembatan. Hal ini cukup membuat keringat bercucuran dan kehausan. Eits, nggak boleh minum karena sedang berpuasa. Setelah berfoto dan menikmati pemandangan sekitar jembatan, kami melanjutkan berjalan menuju toko oleh-oleh Kembang Sari yang berjarak 500 meter dari ujung jembatan. Dulu saya tidak sempat kesini karena keterbatasan waktu. Sekarang bisa sekalian pilih-pilih oleh-oleh sesuka hati. AC di dalam toko seperti angin surga ketika kita sedang merasa sangat kepanasan seperti ini.
Aneka Pancake
Saya membeli pancake durian, alpukat, dan sirsak untuk sekalian dibawa pulang ke Aceh (4 hari lagi saya akan pulang ke Aceh). Jadi penasaran dengan pancake alpukat dan sirsak yang belum pernah saya makan. Biasanya 'kan yang terkenal hanya pancake durian saja dan memang enak banget sih pancake durian di toko Kembang Sari. Saya dan Baitil membeli banyak sekali pancake sampai harus diberikan kardus stereofoam dan es untuk memastikan pancake tetap dalam kondisi dingin dan bisa masuk bagasi. Oh iya, Puput tiba-tiba muncul di Kembang Sari dan katanya mau mengantarkan kami ke bandara.

Setelah belanja oleh-oleh, kami membereskan barang di hotel dan check out. Kami sampai harus meminta bantuan bell boy untuk mengangkat semua barang, saking banyaknya, lalu memesan dua taksi online agar semua barang kita bisa masuk ke dalam mobil. Saya, Puput, dan Rezki di mobil yang sama dan kami bercerita banyak hal sampai ngakak selama perjalanan menuju bandara. Maklumlah, sudah 3 bulan tidak bertemu Puput dan banyak sekali yang ingin kita ceritakan.
Bersama Puput dan Rezki
Sesampai di bandara, kami mengambil dua troli lalu check in satu demi satu untuk memenuhi jatah bagasi kita semua. Saya dan Baitil sudah menambah bagasi sampai 30 kg masing-masing dan tetap harus nebeng bagasi teman-teman. Kebayang betapa banyaknya barang kita. Setelah urusan check in selesai, kami melambai kepada Puput dan mengucapkan sampai jumpa lagi. Kita masuk ke ruang tunggu, lalu shalat, dan menunggu pesawat boarding. Tidak lama menunggu, panggilan boarding terdengar dan kami semua naik pesawat.

Perjalanan kali ini pun berakhir. Cukup seru menjelajah dua provinsi melalui jalan darat, ditambah drama AirAsia yang terkadang suka seenaknya membatalkan penerbangan. Walaupun demikian, saya tetap bahagia setelah menjalani trip ini. Apalagi bisa belanja oleh-oleh dengan puas baik di Bukittinggi, atau di Pekanbaru. Walaupun jadi kurang shalat sunnahnya, agak susah mengaji, insya Allah pahala musafir yang berpuasa tetap bisa kita dapat.
Boarding
Sesampai di bandara Soekarno Hatta, saya dan Baitil memesan taksi online untuk kembali ke Depok. Tidak mungkin dengan barang sebanyak ini kalau kita naik bus. Toh kalau berdua, biaya naik taksi juga lebih murah karena bisa dibagi dua. Saya masih terheran-heran melihat betapa banyaknya barang bawaan yang kita bawa sepulang jalan-jalan. Sepertinya memang harus mengirimkan barang-barang ini menggunakan cargo, daripada harus kelebihan bagasi nantinya apabila mudik ke Aceh.
Barang super banyak
Koper beranak-pinak
Akhirnya selesai juga tulisan perjalanan saya dari Sumatera Barat ke Riau. Semoga bisa menginspirasi kalian bahwa Indonesia ini sangat indah dan cukup banyak tempat yang bisa kita jelajahi. Sampai jumpa di postingan lainnya.

April 26, 2021

Buka Puasa di Pekanbaru

Saatnya kita menentukan mau buka puasa dimana di kota Pekanbaru. Ini kali kedua saya menginjakkan kaki di kota si Puput. Setelah bertanya pada Puput, salah satu sahabat saya yang memang berdomisili di Pekanbaru, akhirnya saya putuskan untuk makan di Pondok Patin H. M. Yunus yang berlokasi di Jl. Kaharuddin Nst No.1, Simpang Tiga, Kec. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru. Puput sudah mengingatkan kalau makan disini harganya agak mahal tapi kami tetap lanjut saja karena kita berpikir bakalan semahal apa sih makanan kalau sharing😅.

Pondok Patin ini seperti kebanyakan rumah makan dimana kita bisa minta makanan untuk dihidangkan di atas meja. Mungkin menunya hampir sama dengan masakan Padang pada umumnya, tapi yang paling spesial adalah udang galah (udang sungai) goreng dengan saus kecap andalan rumah makan ini. Ketika adzan Magrib berkumandang, kami langsung menyantap makanan dengan lahap tanpa berpikir kalau ternyata total pesanan kita sangatlah mahal.
Makanan sudah siap dihidangkan
Udang galah
Kami mengira menu biasa seperti ini untuk ber-enam (tambah supir) paling hanya menghabiskan 500-700rban. Saya kaget sewaktu melihat bill dengan total 1,6juta hanya untuk makan masakan di Rumah Makan😱😱😱. Udang goreng galah saja 3 piring Rp. 660rb. Minuman dan Air Mineral yang notabene hanya kita pesan es teh manis dan aqua saja bisa sampai Rp. 210rb. Buah potong aja bisa Rp. 120rb. Jadi teringat, kalau pakai coorporate rate makan di restoran Sailendra J.W Marriot saja itu perorang Rp. 250rb sudah All You Can Eat lho. Oh tidak😓! Tapi mau bagaimana lagi, kami harus membayarnya dengan perasaan tidak rela.
Bill mahal
Seraya masih menggerutu karena bill yang terlalu mahal, kami akhirnya check in hotel terlebih dahulu karena bapak supir mau kembali ke Bukittinggi. Sekalian melakukan pelunasan biaya sewa mobil yang ternyata tidak sesuai tagihan. Rezki langsung pusing saat itu mengurusnya, tapi biarlah. Oh iya, nanti teman Baitil dan Puput akan menyusul kami ke hotel untuk menemani kita melanjutkan 'ngemil di sekitaran kota. Sebenarnya kami ingin makan durian sih, untuk menenangkan diri karena baru bayar bill mahal (again).
Barang bawaan kita
Kami tiba di Hotel Aryaduta Pekanbaru, tempat saya menginap ketika datang kesini di bulan Januari 2021. Saya check in dan memilih connecting door agar mudah berkoordinasi dengan teman-teman cowok. Teman Baitil pun datang ke hotel dan saya melihat Baitil mengobrol seru banget dengannya. Sekarang kami harus menunggu Puput yang katanya mau menyusul datang ke hotel, baru kita pergi bareng ke tempat makan durian. Puput lumayan lama sampai, sehingga saya dan teman-teman sempat mengobrol panjang lebar dulu tentang beberapa kejadian hari ini yang juga membuat saya jadi bad mood😕. Puput akhirnya datang dan kami pun berangkat ke Pondok Durian Ayah yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman, Pekanbaru.
Makan duren dulu
Sebenarnya kami masih kenyang karena tadi makan banyak sewaktu buka puasa. Tapi siapa yang bisa menolak durian, kecuali Rezki dan Iyus yang sama sekali tidak suka buah enak dan legit ini. Pedagang durian terus membuka durian sampai saya bingung bagaimana cara menghabiskannya, saking banyak sekali yang dibuka. Mau nggak mau kami makan yang banyak, sisanya kasih ke Puput untuk dia bikin cemilan buka puasa besok.

Setelah super kenyang makan duren, kami mau swab antigen dulu di RS. Prof Tabrani yang bekerjasama dengan AirAsia. Semula teman Baitil dan Puput masih menunggu kami swab, padahal sudah tengah malam. Akhirnya mereka kita suruh pulang karena sudah malam. Teman Baitil kasihan juga kalau terlalu malam, mana cewek pulak. Kalau Puput yang membawa anaknya juga kasihan, apalagi Rara dan Zaza juga sedang demam. Memang sebaiknya mereka tidak menunggu kami swab. Toh, nanti kita juga bisa pulang pakai Grab.

Alhamdulillah hasil swab kami semuanya negatif. Kami menunggu print out hasil swab lumayan lama. Seingat saya, kami pulang ke hotel lewat tengah malam. Rasanya sudah sangat mengantuk dan lelah. Belum lagi setelah mandi malam, saya dan Ci Ling curhat-curhatan dulu, baru tidur. Mungkin kita tidur jam 2 malam. Semalam sebelumnya adalah waktu Baitil curhat ke Ci Ling, sedangkan malam ini Ci Ling menodong saya untuk curhat juga. Agak bingung mau curhat apa, karena saya memang bukan tipe orang suka curhat.

Besok kami akan pulang ke Jakarta. Sampai jumpa!

April 25, 2021

Dari Bukittinggi ke Kampar

Hari ini kami akan melanjutkan perjalanan ke Provinsi Riau dari kota Bukittingi. Semula saya agak khawatir dengan kabar yang beredar kalau di kelok 9 nanti bakalan sangat mual apalagi sedang berpuasa. Akhirnya pas sahur saya minum obat mual dari Baitil yang membuat saya teler seharian karena ngantuk. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 9.30 pagi selesai Iyus meeting seperti biasa agar dijalan dia tidak kesulitan mencari sinyal. Kalau saya sih lebih cepat berangkat justru lebih baik.
Rute perjalanan kami
Setelah menyusun barang ke mobil sampai penuh sekali, perjalanan pun dimulai. Di awal perjalanan, saya masih bisa tertawa-tawa dan mengobrol bareng teman-teman sampai akhirnya saya ngantuk dan teler😶‍🌫️. Saya bahkan tidak menyadari apa-apa sampai akhirnya kami sampai ke Kelok 9. Saya bangun sejenak, merekam video saat mobil melaju, lalu balik tidur lagi😴. Setelah itu bapak supir menyarankan kami untuk berhenti dan mengambil gambar dari atas karena posisi jalan pas banget berbentuk 9. Ini saatnya saya menerbangkan drone. Meskipun masih sangat ragu-ragu dalam memainkannya, apalagi di kiri dan kanan semuanya tebing, akhirnya berhasil juga saya memotret Kelok 9 dari ketinggian.
Kelok 9
Kami melanjutkan perjalanan pukul 12 siang lebih, setelah Iyus meeting (lagi). Kami sengaja menunggu dia miting agar sinyalnya tidak terputus-putus. Sepertinya sepanjang jalan dia miting dan nggak tidur. Berbeda dengan saya yang sepertinya 'melek' hanya sebentar, lalu sisanya ya tidur saja😴. Samar-samar saya terkadang mendengarkan Iyus dan Baitil bernyanyi, atau Ci Ling yang bercerita (walaupun saya tidak tahu isi ceritanya apa). Mungkin yang paling teler di mobil hanya saya dan Rezki karena kami berdua minum obat.
Rezki teler juga
Sekitar pukul 3 sore, kami tiba di Kabupaten Kampar, Riau. Senang sekali akhirnya menginjakkan kaki juga di Provinsi Riau yang berarti kita akan tiba di kota Pekanbaru sebentar lagi. Kami langsung menuju ke tempat wisata pertama yaitu Ulu Kasok, sebuah danau yang ada pulau-pulau di atasnya. Ulu Kasok ini juga disebut sebagai Raja Ampat KW oleh penduduk setempat karena pulau-pulau yang melayang diatas danau terlihat sedikit mirip dengan di Raja Ampat.

Ada dua tempat untuk melihat danau dari ketinggian dan saya lupa yang mana yang pernah saya kunjungi di bulan Januari 2021. Akhirnya kami mengunjungi kedua tempat itu dimulai dari Puncak Kompe. Karena lagi renovasi, dan ternyata saya sudah pernah kesini, akhirnya kami pindah ke Puncak Ulu Kasok yang berada tidak jauh dari Puncak Kompe. Menurut saya, di Puncak Ulu Kasok kita bisa melihat danau sejauh mata memandang dan paling enak menerbangkan drone karena tidak banyak pohon. Tapi panas matahari sangat terasa disini karena tidak ada tempat berteduh.

Mungkin karena bulan Ramadhan, pengunjung tempat ini hanya kami saja dan tidak dipungut biaya. Kami bermain drone cukup lama disini dan mengambil foto dari berbagai sudut pandang. Maklumlah, baru punya drone jadi semua yang kurang penting tetap difoto😆. 
Foto dari drone
Seperti sedang terbang
Setelah selesai bermain, kita duduk sejenak untuk beristirahat di sebuah balai dan habislah kami digigitin nyamuk. Tadi sih sewaktu main drone di terik matahari, tidak ada nyamuk yang menghampiri. Pantas saja Iyus tidak bisa meeting di balai-balai karena dia habis juga diserbu nyamuk. Akhirnya dia masuk ke dalam mobil, sedangkan kami masih terus berfoto sampai capek. Karena nyamuk yang menggigit kita semakin banyak, akhirnya kita semua naik ke mobil dan melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan, kami mampir sebentar untuk shalat. Setelah bapak supir turun, Ci Ling minta supaya dia saja yang menyetir karena bapak supir menyetir dengan sangat lambat. Perkiraan sampai ke kota Pekanbaru seharusnya sekitar jam 4 sore (sekarang) dan ini saja kita masih di Kampar. Gimana nanti mau buka puasa?

Setelah shalat, saya melihat Rezki sudah mengambil alih kemudi, daripada dia tidur terus katanya😂. Ci Ling yang duduk di sebelah Rezki langsung lega karena Rezki bisa menyetir dengan kencang. Maklumlah, Rezki kan juga sering nyetir antar provinsi. Kami tiba di Pekanbaru sekitar jam 5 sore dan masih ada waktu mampir ke Rumah Makan untuk berbuka puasa.

Baiklah, di postingan berikutnya saya akan membahas tentang berbuka puasa di Pekanbaru. Sampai Jumpa!

April 24, 2021

Kontrol Ramadhan

Setelah sebulan lebih nggak kontrol, akhirnya datang juga jadwal yang sudah di booking dari sebulan yang lalu. Pas banget saya baru pulang travelling dari Raja Ampat, Sumatra Barat, dan Pekanbaru. Udah ntah 'gimana ini kawat giginya. Oh iya, kali ini OMDC memberikan saya Alat Pelindung Diri (APD) berwarna pink yang cocok banget dengan tema klinik yang serba pink. Kebayang kalau pasien cowok yang pakai, pasti jadi cute😙.

APD Pink

Ketika tiba giliran saya untuk kontrol, tiba-tiba Orthodentist nanya:

"Eh iya gimana di Raja Ampat?"
"Lho, kok dokter inget?"
"Inget dong, kan kamu nego sama saya untuk nggak pake kawat elastis."
Saya langsung ngakak😂, "Indah banget disana dok😍. Surga dunia. Dokter ngga kesana?"
"Males ah saya udah punya bontot. Nanti kalau saya kenapa-napa, siapa yang sekolahin? Temen saya dulu naek gunung, eh nggak pulang lagi." Dokter jadi curhat.
"Hmm, kematian itu dimana aja dokter... 😇" Lalu hening.

Dokter lalu membuka karet gigi saya, sambil terus bertanya:

"Dapat tiket berapa kemarin?"
"125rb pulang-pergi dokter." (Berusaha menjawab sambil gigi di bongkar-bongkar)
"Wah murah banget. Pakai pesawat apa?"
Saya mulai kesulitan mau menjawab karena bibir ditarik-tarik, gigi ditekan-tekan, "A-asia.."
"Apa?" tanya dokter.
"ArAsia..."
"Oh murah ya? Kok bisa murah?"
Saya diam.
"Apa karena maskapai budget?"
Saya geleng-geleng. Mana tangan lagi pegang hp. Mau nunjuk ke mulut susah.
"Trus kenapa murah banget?"
Akhirnya saya nunjuk-nunjuk ke mulut. Trus dokter tertawa😂, lalu menyuruh saya berkumur.
"Saya nggak bisa jawab pertanyaan dokter selagi dokter ngerjain gigi sayaaa...😭😭😭"
Dokter lalu ngakak banget🤣🤣🤣. Saya merasa dikerjain.

Sebenarnya dokter mau memotong gusi saya (lagi) yang sebelah kiri seperti yang beliau lakukan di bulan yang lalu (sebelah kanan). Tapi karena saya sedang berpuasa, takut air dari bornya heboh nanti tertelan, jadi ditunda bulan depan aja. Selama sebulan ini, saya diwajibkan memakai karet elastis lagi agar gigi lebih rapat. Kalau lagi berpuasa dan di rumah aja sih sebenarnya nggak apa-apa pakai karet elastis. Tapi kalau lagi jalan-jalan, snorkeling, atau kulineran di kota baru, duh karet elastis ini mengganggu sekali. Berhubung mau pulang kampung, jadi saya pakai aja biar cepet rapi.

Kalau dilihat dari foto sih, gigi atas saya masih miring. Ntah kenapa rahang saya sulit sekali dilurusin. Awalnya perkiraan dokter hanya 2-3 tahun saja, ehh ini udah mau 4 tahun tapi belum selesai juga. Huff, baiklah, saya ikuti saja semua saran dokter. Toh wajah saya sudah berubah drastis dari tahun demi tahun.

Gigi atas masih miring
Biaya APD Rp. 75,000
Charge Pasien Lama Rp. 40,000
Kontrol Ortho Emergency Shappire Rp. 275,000
Karet Elastis Rp. 60,000

April 23, 2021

Buka Puasa di Bukittinggi (Lagi)

Ngetrip bulan puasa memang sangat menyita tenaga. Alhamdulillah kita nggak pernah batal puasa sama sekali. Hanya saja ketika saatnya berbuka, rasanya ingin memborong semua cemilan dan gorengan yang dijual di pinggir jalan, ntah karena lapar mata👀. Saya dan teman-teman dengan bersemangat menyusuri pedagang kaki lima untuk memilih-milih cemilan. Memang momen paling seru ketika Ramadhan adalah berburu makanan untuk berbuka, apalagi di provinsi yang sangat kental dengan budaya islam seperti Sumatra Barat. Saya beli sop buah, gorengan, kue-kue manis, sekalian untuk sahur juga.
Untuk buka puasa
Kalau kalian mau makanan yang agak berat, bisa masuk ke rumah makan untuk membeli bihun, ayam lado mudo, menu nasi, dan lainnya. Saya sebetulnya agak takut kalo kondisi 'ingin memborong semua jajanan' hanya lapar mata, jadi saya hanya beli cemilan saja dan berusaha menahan diri agar tidak terus-menerus jajan. Setelah kita semua menenteng bungkusan makanan, kami kembali ke mobil untuk lanjut ke rumah makan yang sudah di book oleh bapak supir.
Jajanan menu lebih berat
Buka puasa kali ini kita tetap makan menu masakan padang di Rumah Makan (RM) Family Benteng Indah, Jl. Yos Sudarso, Birugo, Kec. Aur Birugo Tigo Baleh, Kota Bukittinggi. Pengunjung yang datang sudah begitu ramai, bahkan sampai penuhhh sekali rumah makan ini😱. Untung kita sudah booking sebelumnya. Ketika adzan berkumandang, kami minum terlebih dahulu, baru menyantap makanan.
Makanan sudah tersedia
Kali ini walaupun begitu banyak makanan kita santap, ditambah cemilan yang tadi kita beli, saya masih merasa kurang kenyang😕. Ntah karena rute trip hari ini benar-benar melelahkan, jadi saya merasa kehabisan energi sehingga harus diisi ulang. Selesai makan, kami diantar kembali ke hotel. Kami memutuskan untuk balik ke kamar dulu sebelum melanjutkan nongkrong ke Cafe yang berada di dekat hotel. Pokoknya kalau malam harus menyempatkan diri untuk nongkrong. Kartu akses kamar sempat tidak bisa digunakan, jadilah kami menunggu petugas sambil duduk di lorong hotel.

Selesai siap-siap, kami kemudian keluar lagi untuk melanjutkan makan. Malam ini nggak mau jalan terlalu jauh, jadi kita hanya makan di Cafe terdekat yang sudah kita hunting dari malam sebelumnya. Banyak Cafe unik di tengah kota sebagai tempat nongkrong anak muda (yang sudah tidak terlalu muda ini😆), dan kebanyakan memang dekat dari hotel.

Sesampai di Cafe, saya memesan menu 'aman' yaitu mie goreng atau mie rebus yang nantinya bakalan di makan rame-rame. Kita juga pesan pisang goreng coklat dan cowok-cowok pengen minum 'teh talua', semacam STMJ tanpa jahe kalau di Bandung. Kalau saya paling nggak bisa minum sesuatu yang ada telurnya🤢. Benar saja, bau amis dari minuman itu bikin eneg. Iyus sampai nggak mau melanjutkan minum karena rasanya yang aneh.
Iyus bersiap-siap minum teh talua😆
Sambil menghabiskan cemilan, kami mengobrol. Kali ini topiknya tsunami. Ci Ling dan Iyus ingin mendengar langsung cerita saya, Baitil, dan Rezki mengenai pengalaman kita kena tsunami di tahun 2004. Yang paling parah cerita Rezki sih memang, karena dia sempat timbul dan tenggelam melawan gelombang. Kalau saya seram juga tapi mungkin ceritanya masih kalah dibandingkan Rezki. Mendengar cerita kami aja Ci Ling dan Iyus terbelalak, mungkin saking dahsyatnya pengalaman hidup kita😂😂😂.

Sekitar jam 10 malam, kita kembali ke hotel untuk beristirahat. Besok kami akan melanjutkan perjalanan ke Riau melalui darat dan ini adalah pengalaman saya pertama kali berpindah provinsi dari Sumatra Barat ke Riau. Sampai jumpa di postingan berikutnya!

April 21, 2021

Berkeliling Bukittinggi dan Belanja

Bangun pagi kembali di kota Bukittinggi. Pemandangan dari jendela kamar hotel sangatlah indah. Tampak 2 buah gunung yang puncaknya ditutupi awan, berpadu dengan warna langit biru cerah. Hari ini kami akan melanjutkan perjalanan berkeliling kota Bukittingi dengan menggunakan mobil Innova (beberapa hari yang lalu pakai HiAce karena orangnya ramai). Udah nggak sabar dan tetap semangat walaupun sedang berpuasa💪!
Pemandangan dari kamar hotel
1. Janjang Koto Gadang, Replika Tembok Raksasa Cina
Dunia mengenal Tembok Raksasa Cina sebagai salah satu Situs Warisan Dunia. Eh, tunggu dulu. Kali ini kita nggak perlu jauh-jauh ke Cina buat melihat tembok raksasa. Apalagi sejak pandemi seperti ini agak susah 'kan keluar negeri😅. Provinsi Sumatera Barat juga memiliki wisata serupa yang nggak kalah megahnya bernama Janjang Koto Gadang. Dari Hotel Grand Rocky (tempat kami menginap), jaraknya hanya kurang dari 20 menit dengan mengendarai mobil.

Tempat ini merupakan saran dari bapak supir karena saya dan teman-teman sebenarnya nggak tau kalau di Bukittinggi ada tembok Cina. Setiba kami disini, saya berpikir untuk tidak turun sampai ke ujung karena lagi puasa, nanti kehausan🥵. Tapi semakin menuruni anak tangga, semakin penasaran. Apalagi melihat Iyus dan Rezki dengan semangat menuruni tangga, saya jadi ikut-ikutan. Ci Ling dan Baitil hanya turun sampai setengah jalan saja karena kaki Ci Ling sakit.
Mulai menuruni tangga
Masih banyakkk tangga
Panjang tembok ini mencapai 780 meter. Butuh waktu 15-30 menit berjalan kaki menyusuri tangga di tembok selebar 2 meter tersebut sampai ke ujung. Alhamdulillah akhirnya bisa sampai ke bawah dan melihat keindahan sungai diantara pepohonan rindang dan langit sangat biru. Ada sebuah jembatan diujung tangga yang katanya bisa tembus sampai ke Goa Jepang. Saya harus tarik napas terlebih dahulu sekitar 10 menit sambil berfoto dan menikmati pemandangan, baru memutuskan untuk naik lagi. Sepi sekali dibawah karena memang selama Ramadhan orang-orang lebih suka berdiam di rumah ketika siang hari. Duh, rasanya haus sekali🥵 tapi mau bagaimana lagi.
Pemandangan dari atas jembatan
Yang paling berat adalah naik tangga🥵. Karena saya memiliki asma, napas jadi terlalu cepat ngos-ngosan dan pendek. Saya harus mengatur napas sedemikian rupa agar tidak pitam. Sudah mulai keliyengan dan nggak bisa menyamai cowok-cowok yang langkahnya cepat banget. Dengan penuh perjuangan, sampai juga akhirnya keatas🥵. Ya Allah, ingin rasanya minum aqua satu galon tapi tetap bersabar. Keringat bercucuran, napas berat, tapi kami langsung masuk ke mobil untuk melanjutkan perjalanan.

2. Pandai Sikek Nagari Wisata
Mama sempat menelepon dan bertanya apakah saya sudah beli mukenah? Awalnya mau jalan-jalan dulu dan terakhir baru ke Pandai Sikek, tempat kerajinan mukenah terbaik di Bukittinggi. Tapi karena Mama sudah menagih, kami terpaksa harus belanja dulu. Perjalanan ke Pandai Sikek sekitar 40 menit dari tembok China. Setelah sampai dan parkir, saya masuk ke sebuah toko dan bingung kok barang yang dijual tidak seperti keinginan saya. Hanya ada baju dan kerudung saja yang dijual. Akhirnya saya hanya kesini mampir untuk shalat dan kembali melanjutkan perjalanan.
Plang depan
Saya diam saja di mobil karena berpikir 'gimana ini nanti nggak ada mukenah untuk Mama😐. Teman-teman kemudian bilang kalau tadi kita melewati ruko-ruko yang berjajar sebelum mampir shalat. Kok saya nggak ngeh ya? Bisa jadi disana tempat berjualan mukenah. Saya sebenarnya tetap ingin kesana tapi agak nggak enak juga sama teman-teman. Untung mereka paham kegundahan hati saya dan akhirnya kita balik ke ruko-ruko tersebut.
Dipilih-dipilih
Ternyata kali ini benar, semua toko menjual mukenah dan kami mampir di toko kedua. Saya memilih mukenah, membongkar plastiknya, video call dengan Mama dan adik untuk memilih mukenah, bergantian dengan Rezki dan Baitil. Harga mukenah disini lumayan mahal, bahkan sampai 1,7juta. Kalau kalian beli banyak, bisa ditawar sampai 1,4juta perbarang. Tidak terasa kami menghabiskan waktu 2 jam di toko ini hanya untuk memilih mukenah. Ci Ling dan Iyus sampai menyusul kita secara bergantian untuk memastikan kita udah selesai apa belum. Walaupun akhirnya selesai juga belanjanya.

Oh iya, sebelum melanjutkan ke destinasi berikutnya, kami mampir ke toko keripik Ummi Aufa Hakim karena ternyata Mama berpesan untuk membeli keripik lebih banyak untuk dibagi-bagi ke saudara. Sebagai anak yang baik, saya menurut saja. Berbeda dengan keripik Christine Hakim, Ummi Aufa ini lebih banyak cemilan lainnya selain keripik pedas. Jadi saya borong aja semua.

Sewaktu membayar keripik, saya bilang ke kasir kalau saya mau dipacking menggunakan kardus besar karena mau memasukkan oleh-oleh lainnya (mukenah). Mereka oke-oke saja dan memilihkan kardus untuk saya yang cukup untuk memasukkan semua oleh-oleh. Bapak supir sekalian membantu saya dan teman-teman untuk mengatur posisi barang di belakang yang sudah penuh.

3. Taruko Cafe & Resto
Sudah capek dari Tembok Cina dan belanja, saya tertidur di mobil sampai tiba di tujuan berikutnya yaitu sebuah Cafe yang pernah masuk di National Geography ketika Gordon Ramsay memasak rendang. Sebenarnya saya nggak tau tempat apa ini, tapi teman-teman pada tau. Mungkin Cafe ini terkenal karena pemandangannya yang sangat indah. Sore-sore begini sih nggak bisa makan disini karena masih dalam suasana puasa.
Saung rumah gadang
Kami berjalan ke bawah untuk berfoto di bawah saung yang berbentuk rumah gadang. Teman-teman pada turun ke aliran anak sungai, sedangkan saya agak malas turun karena lumayan susah menjejakkan kaki diantara batu-batu berhubung kaki saya kan nggak terlalu bisa pakem (ada bekas operasi). Apalagi saya pakai sepatu dan malas banget kalau sepatu sampai basah. Mana ada anjing pulak diatas yang mulai mendekat. Saya jadi panik sendiri😨.
Teman-teman bermain di sungai
Selesai bermain di bawah, kami berjalan menuju parkiran seraya masih berfoto di beberapa tempat. Baju saya dipenuhi bunga duri sampai harus dicabut satu-persatu sambil menunggu Ci Ling. Duh, jadi menambah kerjaan juga nih bunga duri. Sepanjang jalan menuju destinasi berikutnya pekerjaan saya hanya mencabut bunga duri saja. Lelah...
 
4. Taman Panorama dan Lobang Jepang
Destinasi terakhir hari itu. Jaraknya hanya 15 menit dari Taruko Cafe dan tempat ini salah satu yang paling populer di kota Bukittingi. Supir mengantar kita ke gerbang masuk utama untuk membeli tiket seharga Rp. 15 ribu/orang dewasa. Kita kemudian masuk melewati gerbang dan mendapati sebuah taman yang berukuran cukup luas. Jalan sedikit ke tengah, tampak jelas panorama Ngarai Sianok dari kejauhan.
Taman
Karena kami ingin masuk ke Lobang Jepang juga untuk mengetahui bagaimana kondisi di dalam dan sejarahnya, maka kita harus menggunakan jasa guide dengan harga Rp. 100,000 (setelah tawar-menawar). Lubang Jepang ini dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 meter dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di dalam terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata.
Pintu masuk goa
Selain lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan Sumatra Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang mengguncang Sumatra Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur terowongan. Agak susah berjalan menyusuri lorong apalagi kalau punya tumbuh tinggi karena harus agak membungkuk. Kalau nggak, nanti malah kejedot atap goa.
Lorong goa
Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak. Seram sih sejarahnya, tapi insya Allah nggak ada hantu kok di dalam😄. Oh ya, pintu goa ini ada di banyak tempat di Bukittinggi dan sudah digembok permanen. Ntah siapa yang memegang kunci gemboknya.
Ngarai Sianok
Setelah puas berkeliling menyusuri lorong-lorong goa, kami keluar dan berfoto di pinggir Ngarai Sianok dari atas. Pemandangannya Masya Allah indahnya dimana lembah bersisian dengan gunung dan langit berwarna biru. Ditambah pohon-pohon hijau yang mengelilingi, cukup memanjakan mata. Pengen nerbangin drone sih tapi takut jatuh😆. Maklum baru beli drone jadinya belum pintar menggunakannya.
Pose dulu
Setelah puas berfoto dan sudah pukul 5:30 sore, kami kembali ke mobil. Takut tidak keburu membeli makanan untuk berbuka puasa. Untung saja selama kami berkeliling tempat ini, bapak supir berinisiatif membooking rumah makan untuk kita buka puasa. Jadi nggak perlu khawatir tidak mendapatkan tempat makan.

Baiklah, postingan berikutnya akan saya ulas makanan untuk buka puasa di Bukittinggi. Sampai jumpa!

https://www.pegipegi.com/travel/janjang-koto-gadang-tembok-raksasa-cina-di-bukittinggi/
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3706246/taman-dengan-panorama-terbaik-di-bukittinggi

April 20, 2021

Buka Puasa di Batu Sangkar

Selesai trip seharian😮‍💨, tidak terasa kalau sudah hampir waktunya untuk berbuka puasa. Shinta membawa kami ke Rumah Makan Aroma, Jl. Sutan Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Tj. Emas, Kabupaten Tanah Datar, Batu Sangkar. Kalau dari Istana Pagarujung sih hanya 5 menit ke rumah makan ini. Hanya saja tadinya kami berencana ke Istana Sindang Bulan dan ke prasasti dulu (walaupun yang prasasti nggak jadi karena hujan semakin deras), jadi agak memutar walaupun tidak terlalu jauh.

Kami memilih meja panjang untuk duduk. Makanan langsung dihidangkan dengan cepat. Enaknya rumah makan padang memang pelayanan makanan seperti restoran cepat saji. Semua serba cepat. Saya cuci tangan terlebih dahulu, lalu terdengar suara adzan. Saya minum teh manis panas dan rasanya nikmat sekali setelah lelah ngetrip hari ini😮‍💨. Saya dan teman-teman kemudian makan yang banyak untuk mengisi tenaga sampai kenyang. Sepertinya hampir semua menu kami lahap. Ya siapa sih yang nggak suka masakan Padang yang nikmat itu🤤.
Selamat Berbuka
Selesai makan, karena Mbak Asri dan Doni harus pulang ke Jakarta besoknya, maka kami berhitung pengeluaran dulu malam itu. Seperti biasa, tukang menghitung uang adalah Iyus dan kita tinggal terima berapa tagihan masing-masing dan bayar ke siapa. Setelah tuntas dan tidak ada lagi hutang, maka kami pun pulang. Kita mengantarkan Shinta dulu ke Pasar Batusangkar, lalu kami kembali ke Bukittinggi. Saya sempat memetakan perjalanan kami dari Bukittinggi ke Lembah Harau, Batu Sangkar, sampai balik lagi ke Bukitting dalam sebuah peta dan ternyata sangat berliku-liku sekali. Pantas saja kami semua kelelahan.
Rute kami
Saya tertidur nyenyak di mobil sampai kami tiba di hotel berikutnya yaitu Grand Rocky Hotel, berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 29, Kayu Kubu, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi. Saya langsung cek in, sementara teman-teman yang lain mengantar Mbak Asri dan Doni yang harus pulang ke Padang bersama Bapak Supir. Selesai cek in, saya hanya bisa melambaikan tangan pada mobil HiAce yang mereka kendarai tanpa bersalaman dulu. Huff, padahal sudah buru-buru cek in, tapi nggak keburu say good bye ke mereka. Ya sudahlah.

Kami lalu masuk ke kamar. Saya cuci muka terlebih dahulu, retouch make-up sedikit, baru keluar lagi untuk berkeliling kota Bukittinggi. Enaknya hotel ini berada dekat dengan jam gadang, jadi kami bisa sekalian beli cemilan untuk sahur. Kami berjalan pelan sambil menikmati pemandangan sekitar. Banyak terlihat genangan air karena baru selesai hujan. Terdengar juga suara riuh dari mesjid karena ada shalat taraweh. Duh, jadi ingin pulang ke Aceh segera.
Jalan-jalan malam
Sesampai di jam gadang, kami berhenti sejenak untuk membeli jajanan pinggir jalan bernama Kerupuk Kuah Sate. Banyak sekali penjaja cemilan ini dan membuat saya tertarik untuk mencobanya. Harganya juga murah, yaitu Rp. 5000. Kami hanya beli 2 kerupuk untuk bagi-bagi berlima. Takut nggak doyan, jadi nggak mau beli banyak-banyak. Ketika saya mencicipinya, ternyata seret banget😨, jadi susah menelannya. Saya agak bingung mendeskripsikan rasanya, seperti makan kerupuk dicampur kuah sate padang, ya begitu😅.
Kerupuk Kuah Sate
Kami kemudian mencari minum, saking seretnya tenggorokan gara-gara makan kerupuk ini. Sekalian masuk ke pasar untuk melihat-lihat ada apa lagi yang dijual. Kami beli singkong keju, gorengan tahu, semua untuk cemilan di kamar dan sahur besok. Awalnya sempat mampir ke KFC untuk jajan, tapi malah mau tutup karena semua makanan habis. WOW😱! Sempat mau belanja mencari mukenah titipan Mama, tapi ternyata pasar kain hanya buka sampai jam 5 sore (sebelum waktunya berbuka puasa).
Pasar
Setelah belanja banyak cemilan, kami pun pulang. Kita lanjut ngobrol di kamar saya seraya makan cemilan. Sekitar jam 11 malam, teman-teman pun kembali ke kamar masing-masing. Saya kemudian mandi, shalat taraweh, dan bersiap tidur. Besok bakalan mengunjungi banyak tempat lagi nih. Semoga enggak terlalu capek. Good night😴.

April 19, 2021

Wisata di Payakumbuh dan Batusangkar

Hari ini kita akan berwisata ke Payakumbuh dan sekitarnya. Ini pertama kalinya saya mengunjungi tempat ini seumur hidup. Beberapa kali saya mengobrol dengan teman-teman yang sering main ke Padang dan mereka merekomendasikan Lembah Harau untuk berwisata karena pemandangan yang disuguhkan disini sangat indah seperti di luar negri. Kita harus berkendara 1,5 jam dari Bukittinggi ke arah barat. Satu jam pertama, saya tidur😴 (seperti biasa). Setelah itu saya bangun dan menikmati pemandangan alam pegunungan sepanjang jalan, dan dihiasi jejeran air terjun indah setinggi sekitar 100 meter. Belum lagi tempatnya dilalui empat buah sungai yang jernih siap memanjakan mata😍. 

1. Lembah Harau
Tempat ini merupakan lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berada sekitar 138 km dari Padang dan sekitar 47 km dari Bukittinggi, tempat ini dikelilingi batu granit terjal berwarna-warni dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Lembah Harau merupakan lembah terindah di Indonesia bahkan disandingkan dengan Taman Nasional Yosemite di California, Amerika Serikat. Banyak juga yang bilang kalau Lembah Harau adalah New Zealand yang berada di Indonesia karena pemandangan pegunungan yang indah disertai udara yang dingin.
Lembah Harau
Kami berhenti sejenak untuk berfoto diantara dua lembah (tempat paling banyak difoto). Sebenarnya dulu diantara 2 lembah ini ada padang rumput yang cantik. Sekarang sedang terjadi pembangunan dan banyak tanah yang sedang ditimbun. Jadi berkurang deh keindahannya. Belum lagi saat itu mendung sehingga warna biru langit tidak bisa saya dapatkan. Kita tidak berlama-lama disini karena tempatnya di pinggir jalan dan nggak ada tempat beristirahat. 

Selanjutnya kami mengunjungi areal persawahan dimana terdapat dua rumah gadang dengan pemandangan Masya Allah indahnya. Tempat ini adalah destinasi wisata yang wajib dikunjungi karena keindahan alamnya dan sangat instagramable. Saya awalnya malas mengeluarkan drone karena memang belum terlalu lancar memainkannya. Tapi teman-teman terus mensupport saya menerbangkan drone agar bisa lebih terlatih. Akhirnya saya harus diam sendiri untuk melakukan setting pada drone, baru deh bisa ikutan berfoto dengan teman-teman yang lain.
Tempat yang paling sering di foto
Tebing-tebing lembah yang menjulang tinggi dan hijaunya persawahan memang sangat bagus difoto dari ketinggian. Apalagi saat itu kami memakai kaos warna kuning untuk mempromosikan youtube-nya Ciling, jadi semakin keliatan deh kita di kamera. Kami bergantian berfoto dan merekam video menggunakan drone. Saat saya lelah, saya memberikan remote kontrol kepada Baitil agar dia saja yang mengendalikannya. Baitil juga pasrah aja dikasi remote, hahaha😆.

Setelah puas berfoto, hari mulai terik, dan kita semakin haus, maka perjalanan dilanjutkan untuk mencari air terjun. Lembah Harau memang memiliki banyak air terjun, bahkan ada yang langsung mengarah ke pedesaan. Masya Allah indahnya😍! Sayangnya saya tidak mengambil foto air terjun yang ke desa itu karena kami tidak berkendara ke arah pedesaan.
Sarasah Bunta
Kami kemudian berhenti di dua air terjun yang berdekatan. Kalau bukan bulan Ramadhan, kita bisa menikmati aneka cemilan di kios-kios sekitar air terjun. Sayangnya kita disana hanya bisa melihat air terjun yang membuat tenggorokan tambah dahaga, saking banyaknya air yang nggak bisa kami minum. Suasana cukup segar disekitar air terjun, apalagi tempiasnya terpercik ke kita. Bahkan bisa sampai membasuh muka.
Sarasah Barayun
Jujur aja agak bingung mau ngapain di air terjun. Mau basahin kaki, tapi saya malas buka sepatu. Cuma bisa duduk-duduk saja dan berfoto. Setelah itu kami memutuskan untuk kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Biar semua destinasi wisata bisa kita kunjungi dalam satu hari.

2. Goa Ngalau Indah
Setelah puas berwisata lembah dan air terjun, kali ini kami akan mengunjungi sebuah goa bernama Ngalau Indah. Lokasi goa ini berada sekitar 4 km dari pusat Kota Payakumbuh atau sekitar 40 menit berkendara dengan mobil dari Lembah Harau. Selama di mobil saya tidur😴 karena kecapekan main di Lembah Harau. Ketika bangun, eh udah sampai di pintu masuk goa. 

Ngalau Indah merupakan sebuah gua alam dengan beberapa mulut goa yang terbentuk secara alami sebagai akses masuk dan keluar. Jalan masuk goa pun sudah bagus karena tempat ini memang dikelola oleh pemerintah setempat. Pengunjung juga harus membayar biaya masuk Rp. 10,000 perorang. Di dalam goa, kita dapat melihat keindahan stalagtit dan stalagmit yang masih terjaga dengan baik. Goa ini juga dihuni kawanan kalelawar yang membuatnya senantiasa dipenuhi suara riuh sepanjang waktu. Selain kalelawar, terdapat burung walet yang bersarang diantara celah-celah langit-langit yang menjulang dengan tinggi sekitar 10 meter.
Pintu Goa
Kami kemudian masuk ke perut goa. Stalaktit dan stalakmit sangat besar berada di dalamnya dengan bentuk yang unik. Hati-hati dengan tetesan air karena memang saat itu Payakumbuh sering hujan. Takut terpeleset dan kalian bisa jatuh mengenai stalakmit. Pasti sakit banget itu😖. Saya tidak terlalu detail memperhatian bebatuan di dalam goa karena gelap dan cahaya yang masuk hanya sedikit. Lagian, saya kurang suka tempat gelap (tidak sampai phobia), jadi saya jalan buru-buru sampai keluar lagi dari goa. Trek di dalam goa juga tidak sulit karena memang sudah dibikin jalan setapak sedemikian rupa sehingga kita nggak akan tersesat.
Banyak akar pohon besar
Kalau melihat dari mulut goa (setelah saya keluar), agak seram juga pergi ke tempat ini di bulan Ramadhan karena sepi sekali. Mana goa ditumbuhi akar pohon super besar dengan pohon yang sangat rindang. Duh, kalau malam kesini sih pasti lebih seram lagi. Kami tidak terlalu lama disini, mungkin hanya satu jam. Setelah itu kami harus menjemput Shinta (ada dia lagi di 😆) dan berkunjung ke Rumah Gadang paling terkenal se-antero Sumatra Barat di Batusangkar.

3. Rumah Gadang Pagaruyuang
Perjalanan dari Ngalau Indah ke Batusangkar untuk menjemput Shinta di rumah neneknya membutuhkan waktu sejaaaammm😩. Ya Allah jauh juga yaaa😱. Memang perjalanan kali ini terlalu muter-muter sih, dan saya ngikut aja tanpa melihat peta. Saya sampai udah bosan tidur di mobil, walaupun masih tidur juga di setiap perjalanan. Sesampai di Rumah Gadang Pagaruyuang, saya shalat dulu dan retouch bedak. Muka sudah amburadul gara-gara tidur melulu. Jilbab pun udah ntah kemana-mana.
Kemegahan Istana
Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Pagaruyung yang masih tersisa. Kerajaan Pagaruyung runtuh setelah terjebak dalam siasat kolonial Belanda saat perang Padri bergejolak. Istana ini pada mulanya dibangun di Bukit Batu Patah dan terbakar saat terjadi Perang Padri pada tahun 1804. Istana baru sempat dibangun kembali, tetapi terbakar lagi pada tahun 1966.

Pada tahun 1976, istana baru dibangun kembali. Lalu pada malam 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat (lagi) akibat petir yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini beserta sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan hangus terbakar. Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang selamat. Hmmm, ada apakah gerangan sampai terbakar terus? Apakah karena struktur bangunan yang memang sangat gampang terbakar?🤔

Memenuhi keinginan Mbak Asri menggunakan pakaian adat, akhirnya kami masuk ke istana ke tempat penyewaan baju adat. Saya sudah memilih-milih baju tapi sebenarnya ingin pakai baju berwarna pink. Tapi harga sewa baju yang indah memang lebih mahal, sekitar 100rban lebih. Jadinya memilih baju yang murah dan berwarna emas. Duh, padahal pengen banget pakai pink😕. Saya dan teman-teman lalu di dandani oleh beberapa orang sehingga menggunakan pakaian adat komplit. Dulu ketika di Aceh, perasaan kalau pakai baju adat pasti lama banget, belum makeupnya yang tebal. Ini hanya dalam waktu 20 menit, saya selesai pakai baju dengan aksesoris lengkap sampai menyematkan suntiang di kepala. Sewaktu bercermin, rasanya kurang menor makeup saya dibandingkan dengan baju adat yang lumayan heboh. Ya sudahlah, kan cuma mau berfoto-foto saja.
Siap berfoto
Kami semua selesai berpakaian adat dengan warna ngejreng masing-masing. Sebenarnya kalau pakaian untuk wanita memang kurang di makeup sih, sedangkan kalau cowok-cowok sih udah pas. Saya memberikan kamera ke fotografer istana yang mengambil foto kami dengan hasil yang miring-miring🙄. Gimana ini fotografer tapi kurang jago motret. Sepertinya saya lebih suka jadi fotografer saja daripada pakai baju adat begini.
Formasi lengkap
Saya dan teman-teman bergantian berfoto dengan 1000 gaya. Mana mereka menggunakan pakaian berpasang-pasangan. Saya agak males berfoto begitu, inginnya langsung selesai saja. Hujan mulai turun rintik-rintik dan kami pun masuk istana untuk berganti pakaian. Duh lega rasanya untuk tidak menggunakan suntiang yang sudah mulai miring ke kiri dan ke kanan.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Istana Silinduang Bulan. Sayang saking derasnya hujan, saya tidak turun sama sekali. Beberapa teman ada yang membawa payung, sedangkan saya malas kalau sepatu harus basah lagi. Akhirnya saya menunggu di dalam mobil saja. Teman-teman juga tidak terlalu lama disana karena agak kesulitan berfoto sambil pakai payung. Akhirnya mereka naik kembali ke mobil dan kita melanjutkan perjalanan. Shinta sempat mengajak kami untuk melihat prasasti, tapi karena masih hujan dan sudah dekat waktunya berbuka puasa, maka kami tidak kesana. Rasanya sudah terlalu banyak tempat yang kita kunjungi hari itu, sudah kehabisan tenaga, dan butuh nasi padang juga teh manis panas.

Nanti saya akan menceritakan suasana buka puasa ya. Sampai jumpa!

Follow me

My Trip