Setelah lelah berkeliling dari kota Padang sampai Bukittinggi, akhirnya tibalah waktu untuk check in penginapan. Sekalian mau cuci muka karena udah dari tadi pagi tidur-bangun lagi dan lagi di mobil. Kali ini kami menginap di Padi Ecolodge yang berlokasi di Jl. Binuang, Koto Panjang, Kec. Guguk Panjang, Bukittinggi. Kalau dari foto-foto di traveloka sih, suasana enak banget karena berada di tengah sawah dan dikelilingi oleh lembah. Ternyata benar indah sekali tempat ini😍😍😍. Apalagi ketika kami tiba disini, sedang turun hujan rintik-rintik yang membuat suasana semakin syahdu karena kabut mulai turun.
Pemandangan di sekitar penginapan |
Kami memarkir kendaraan di depan, lalu memanggil-manggil pengurus penginapan. Aneh sekali, tempat ini seolah-olah tidak ada orang. Akhirnya keluar seorang cewek menyambut kita. Kata si mbak, kamarnya sudah dipersiapkan dan kita tinggal berjalan kaki saja menuju penginapan. Aneh sekali, mereka nggak menawarkan kami payung padahal hujannya semakin deras. Ya sudahlah, pasrah saja. Yang penting koper-koper kita nanti diantarkan ke kamar. Kami berjalan kaki ke penginapan dari parkiran mungkin sekitar 5 menit. Setelah itu kita tiba di sebuah rumah 3 lantai. Saya dan Baitil memilih kamar paling bawah, karena barang kami banyak, cowok-cowok di lantai 2, sedangkan Ci Ling dan Mbak Asri di lantai 3. Kamar paling bagus punya Ci Ling dan mbak Asri sih karena berada di loteng sehingga atapnya miring. Pemandangan dari lantai paling atas juga yang paling indah karena bisa melihat seluruh area sawah dari ketinggian.
Kamar saya |
Koper-koper kita pun datang dan pengurus (yang tampak seperti preman, bertato pulak) itu hanya menaruhnya saja di depan rumah. Bayangkan betapa susahnya Ci Ling dan Mbak Asri untuk menaikkannya ke lantai 3. Pengurus itu nggak inisiatif melayani kita sebagai tamu. Kita harus minta tolong dulu, baru dia mau mengangkatkan koper. Itu pun wajahnya nggak ada ramah-tamah sedikit pun😡. Selebihnya ya cuek aja. Dia buru-buru kembali ke depan (tempat resepsionis) supaya kita nggak minta tolong lagi. Inilah yang saya nggak suka dari sebuah penginapan, yaitu pengurusnya. Sebagus apa pun tempat kita menginap, tapi kalau service yang diberikan nggak enak, ya tetap nggak akan balik lagi. Dulu di Raja Ampat saja, padahal penginapan sangat biasa sekali, tapi koper diangkatin dan pengurus ramah sekali. Sudah dapat dipastikan, saya nggak akan menginap di Padi Ecolodge lagi. Untung ini pun cuma semalam.
Saya kembali ke kamar dan menaruh barang, lalu berkemas-kemas sedikit. Saya mencuci muka, retouch make-up, bergantian dengan Baitil. Muka akhirnya sudah tampak segar, baru kita berkumpul bersama yang lain untuk menuju tempat berbuka puasa yaitu Gulai Itiak Lado Mudo Ngarai. Rumah makan ini jaraknya sangat dekat dari penginapan. Saking dekatnya, kita bisa berjalan kaki.
Setiba di lokasi, kita bisa melihat tumpukan makanan yang menggugah selera di depan. Kata ibunya, semua makanan yang terlihat di meja ini bakalan dihidangkan kok ke meja kita. Kami kemudian memilih cemilan saja dan minuman untuk berbuka. Kalau saya selalu minum teh manis panas untuk menghangatkan badan di suasana kota Bukittinggi yang dingin. Sebelum waktu berbuka, kami sempat melihat-lihat pemandangan di sekitar rumah makan yang diapit oleh lembah juga. Ada lubang goa Jepang terlihat dari jauh yang sudah ditutup secara permanen.
Waktu buka puasa pun tiba. Saya minum teh terlebih dahulu, lalu makan cemilan seperti risoles. Teman-teman sudah menaruh nasi ke piring masing-masing karena sudah lapar berat. Saya mau menghabiskan risoles dulu baru makan berat. Kami semua memesan itiak lado mudo sepotong seorang, sehingga nggak rebutan. Selanjutnya kita juga menambah beberapa menu supaya kenyang. Ada urap dan dendeng favorit saya.
Menu buka puasa |
Menurut saya, itiak lado mudo ini terlalu asin di lidah. Padahal saya tipe orang yang lumayan suka asin, meskipun kalau berlebihan saya nggak suka. Saya kira hanya saya doang yang berpikir kalau menu ini asin, dan beberapa menu lainnya juga asin. Ternyata hampir semua teman-teman merasakan hal yang sama. Ntah karena bulan puasa, jadi ibu yang masak itik-nya nggak dicicip terlebih dahulu, jadi keasinan deh masakannya. Kalau bukan karena lapar berat, mungkin saya nggak mau makan masakannya. Kami sampai bertanya di grup Whatsapp dan beberapa teman untuk memastikan apakah rumah makan Itiak Lado Mudo ini adalah benar di Ngarai? Mungkin ada tempat lain dan kita salah. Dan semua bilang benar tempat kita ini. Hmmmm! Total harga yang kita bayar sekitar Rp.600rban.
Setelah selesai makan, kami kemudian minta diantarkan ke jam gadang yang merupakan tempat yang harus dikunjungi selama di kota Bukittinggi. Pengen tau juga ada cemilan apa saja yang bisa dibeli karena pasti nanti bakalan lapar lagi. Sesampai kita disini, kami berjalan berkeliling, menikmati air mancur, melihat beberapa toko-toko yang masih buka, dan menikmati keramain kota. Awalnya berpikir, mungkin bisa sekalian belanja. Ternyata toko kain disini tutup kalau malam.
Jam Gadang |
Kami hanya membeli beberapa cemilan untuk sahur dan beberapa botol aqua di perjalanan kembali ke penginapan. Saya sempat melihat ada beberapa Cafe yang berada di sekitar Ngarai, sederetan dengan Itiak Lado Mudo, jadi kita memutuskan untuk nongkrong disitu aja sambil mengobrol. Lagian sudah malam, kasihan bapak supir mau beristirahat.
Setiba di Cafe, baru sadar kalau tempat ini rame sekali pengunjung. Orang-orang pada nyari cemilan juga di malam Ramadhan, sama seperti kita. Kami memilih tempat duduk di saung yang jauh dari orang-orang yang merokok, lalu memesan cemilan seperti pisang goreng dan roti bakar. Kita mengobrol dan bercerita-cerita sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10. Kami kemudian kembali ke Padi Ecolodge dengan berjalan kaki. Hal yang baru kita sadari adalah jalan setapak menuju penginapan sangatlah gelap. Tidak ada penerangan sama sekali. Maunya dipasang lampu petromaks kek agar keliatan jalannya😰. Kita harus menyalakan senter di hp untuk menerangi jalan, baru akhirnya sampai ke penginapan. Duh lelah sekali rasanya, tapi alhamdulillah kenyang.
Saya lalu mandi dan beres-beres. Setelah itu mengobrol sejenak dengan Baitil sampai akhirnya kami tidur jam 12.30 malam. Telat sekali yaaa kita tidur. Gimana mau bangun sahur? Tapi alhamdulillah akhirnya kebangun juga sahur. Lumayan bisa makan cemilan dan minum air beberapa gelas supaya nggak begitu kehausan nantinya. Setelah sahur, saya mandi, lalu tidur lagi. Sekitar jam 7 pagi, saya bangun cuci muka, dandan, lalu bermain drone sendirian di sawah depan penginapan. Teman-teman belum pada keluar, padahal saya sudah menghabiskan satu batre untuk bermain drone.
Setelah semua selesai mandi dan beres-beres, kami kemudian mau check out penginapan. Teman-teman yang bawa koper kecil sih bisa langsung gerek aja kopernya, sedangkan saya mana bisa. Sebenarnya bisa aja sih, tapi ini 'kan kewajiban penginapan untuk melakukan servis kepada tamu. Kata mbak pengurus, abang-abang yang angkat koper kemarin masih pada tidur dan susah dibangunkan. Eh, enak saja begitu😡. Mbak pengurus kemudian menagih sisa uang karena semula kami hanya membayar DP. Karena saya yang bertugas mentransfer, saya lalu bilang padanya, "Saya baru akan transfer kalau koper kami sudah masuk ke dalam mobil." Akhirnya si mbak baru deh berusaha membangunkan abang-abang itu berkali-kali sampai akhirnya bangun. Pokoknya sebelum koper saya ada di bagasi mobil, saya nggak akan mau transfer sisa uang penginapan.
Dari kejauhan, saya melihat abang yang mengangkat koper saya mengambil motor dengan wajah kesal. Dia mengendarai motor sambil membawa koper tanpa sedikit pun melihat kita. Sesampai di parkiran mobil, abang itu meminta bayaran 20rb😤 (bukan seikhlasnya). Duh, seandainya bukan bulan Ramadhan, saya bakalan marah banget itu. Tapi sudahlah, saya dan teman-teman pun tidak akan menginap disini lagi. Saya transfer uang penginapan ke si mbak, and good bye forever!
Selanjutnya saya akan menuliskan tentang Payakumbuh. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar