Sekitar jam 6 pagi setelah shalat Shubuh, saya mengajak bu Martha mencari sinyal ke kampung belakang penginapan. Masih agak gelap sih diluar, tapi kalau nggak sekarang, nanti malah telat sarapan, mandi, dan bersiap untuk ke trip selanjutnya. Saya berjalan ke depan kamar Rezki untuk mengajaknya ikut serta, lumayan biar tambah rame.
Kami bertemu Bu Okati di depan penginapan yang sedang mencari sinyal. Kami mengajaknya ke kampung Harapan Jaya (yang kami singkat menjadi Harjay) tapi beliau sudah cukup dengan sinyal yang di dermaga. Kami juga sempat bertanya Umar (anak pemilik penginapan) jalan menuju kampung Harjay.
Umar cuma bilang, "lurus, belok kanan, belok kiri, ketemu jembatan, naik tangga, lanjut lagi." Baiklah😅.
Kampung Harapan Jaya
Kampung kecil dan sederhana ini berada di Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Dari penginapan Yalapale kita memang tinggal berjalan lurus saja menelusuri hutan, lalu bertemu dengan jalanan aspal dan perumahan. Suasana pagi-pagi di kampung memang enak sekali. Kita bisa melihat anak-anak bersiap pergi sekolah, ibu-ibu menyapu halaman, ada yang memberi makan ayam, duhhh senangnya🥰🥰🥰. Mungkin karena saya juga anak kampung, jadi suasana seperti ini sangat membuat saya sangat senang dan nyaman🥰🥰🥰.
![]() |
Ada Kampung Yalapale dalam Harapan Jaya |
![]() |
Jalan kampung |
Kami mulai bingung mau jalan kemana. Tiba-tiba Whatsapp saya mengeluarkan bunyi yang berarti di sekitar sini sudah mulai ada sinyal. Saya membaca beberapa pesan dan email, sambil duduk di pinggir laut. Tiba-tiba Umar datang menyusul kita karena dia takut kita nyasar. Baik banget sih anak ini😘. Kami lalu mengikuti Umar berjalan, dan benar saja kita lalu melewati jembatan bertuliskan 'Jalan Munafik', kemudian naik tangga, lanjut berjalan diantara perumahan warga, sampai akhirnya bertemu dermaga. Saya melihat Alex sudah duluan duduk santai di sebuah saung di pinggir dermaga, sambil serius memperhatikan hp.
![]() |
Ntah kenapa nama jalannya begini |
Saya ikut duduk di saung sekalian membalas banyak pesan. Memang lumayan kencang internet di pagi ini walaupun untuk membuka instagram masih lemot. Paling nggak bisa mengabarkan orang rumah kalau saya baik-baik saja, alhamdulillah. Saya melihat bu Martha mengobrol dengan seorang Bapak di Jembatan Jodoh (memang namanya begini😆).
Bapak bilang, "Kawasan Misool memang baru 3 tahun terakhir mulai terkenal dikalangan wisatawan yang ingin berlibur ke Raja Ampat. Jika dibandingkan Wayag atau Piaynemo, Misool bisa dibilang sangat baru dan masih perlu banyak pengembangan wisata yang mendukung prasarana maupun insfratruktur penunjang wisata. Fasilitas di tempat ini juga masih sangat terbatas terutama jumlah penginapan (homestay). Mungkin hanya ada 3-4 homestay saja sekarang yang beroperasi karena wisatawan sangat sepi dimasa pandemi.
![]() |
Jembatan Jodoh |
Saya heran ntah sejak kapan Rezki tiba-tiba sudah berada diujung dermaga, lalu dia menelepon saya untuk menyusulnya. Ujung dermaga ternyata jauh banget yaaa. Pantesan Rezki hanya terlihat setitik dari saung tempat kami nongkrong mencari sinyal. Sampai akhirnya saya tiba di ujung dan Rezki menunjukkan saya kawanan ikan sangat banyak di dalam laut. Whoaaa maasyaa Allah😱! Selagi saya merekam ikan sebanyak itu, tiba-tiba segerombolan ikan melompat-lompat berpindah-pindah. Saya dan Rezki bersorak kegirangan melihat hal itu. Sampai-sampai Alfredo datang menyusul kami untuk melihat ada apa gerangan kita heboh sendiri. Sewaktu melihat gerombolan ikan melompat-lompat, kita bertiga jadi bersorak lagi bareng-bareng, hahaha😂😂😂. Bu Martha dan Umar pun jadi menyusul kita.
"Itu ikan apa umar?" tanya Bu Martha.
"Ikan batu bata," jawab Umar.
Awalnya saya merasa aneh mendengar jawaban Umar. Masa iya nama ikannya 'batu bata'? Bisa untuk bikin rumah dong😂. Tapi saya tidak menanggapinya lagi, mana tau nama ikannya beneran batu bata 'kan?
![]() |
Segerombolan ikan melompat |
Mata pencaharian utama warga Harapan Jaya Misool adalah Nelayan yang mencari Ikan, peternak lobster, dan sebagian lagi berkerja sebagai buruh Tambang Mutiara Hitam. Sewaktu kami berjalan kembali di Jembatan Cinta, Umar menunjukkan sebuah saung yang katanya ada udang besar disitu. Hah, udah besar?
Umar lalu berjongkok dan mengintip diantara celah-celah kayu yang menutupi penangkaran. Dia menyuruh kita bergantian mengintip satu demi satu. Ternyata itu peternakan lobster. Polos banget sih si Umar bilangnya ini udang besar. Ya memang besar sih udangnya😂. Kita jadi rebutan mau mengintip lobster, sampai akhirnya Umar membukakan papan penutup satu lagi. Ya elah Umaaar, bukan daritadi dibuka. Kirain udah dipaku penutupnya, ternyata gampang banget dibuka. Akhirnya kita jadi mengangkat beberapa papan agar bisa melihat lobster dengan leluasa. Ada banyak lobster di dalam penangkaran bersama ikan-ikan kecil berwarna oren sebagai makanannya.
![]() |
Penangkaran Lobster |
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih. Saatnya kami kembali ke Yalapale untuk sarapan, mandi, dan bersiap untuk ngetrip ke destinasi berikutnya. Jalan pulang-pergi untuk mencari sinyal begini cukup membuat kita berkeringat dan lapar. Jadi bisa sarapan agak banyak deh.
Karawapop - Love Lagoon
Tujuan wisata berikutnya adalah Laguna berbentuk 'love' yang sangat besar. Jarak tempuh ke telaga mungkin sekitar 30-40 menit mengendarai speed boat dari dermaga Yalapale. Selama di kapal, saya melihat Alfredo, Mbak Lia, dan Makki membawa kertas dengan beberapa pesan, yang sudah dilaminating. Saya tanya itu buat apa? Kata mereka untuk di foto sewaktu snorkeling nantinya. Saya agak keheranan. Mungkin ada pesan untuk orang tertentu kali ya, jadi harus ditempat yang indah. Duh, kok saya nggak pernah kepikiran begitu ya. Mungkin saya orangnya memang kurang romantis😆.
Karena kita bakalan memotret laguna secara keseluruhan, sudah pasti ada kegiatan mendaki puluhan anak tangga nantinya. Untung tadi sarapan cukup banyak, jadi energi saya sangat penuh untuk harus menaiki anak tangga. Pendakian ke puncak membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan jarak anak tangga yang lumayan lebar. Jadi ngos-ngosan juga sampai di puncak. Karena berada di tempat yang sangat tinggi, angin diatas lumayan kencang dan saya jadi merinding juga melihat ke bawah. TINGGIII BANGETTT😱😱😱😱! Saya melihat teman-teman masih ngos-ngosan mengatur napas, jadi ini kesempatan saya untuk mengambil foto duluan. Saya menyuruh Rezki untuk menaiki tangga khusus untuk fotografer. Itu tangganya juga tinggi banget, bahkan lebih tinggi dari tempat saya berpijak. Saya berani nggak ya kalau disuruh bergantian foto Rezki.
Love Lagoon |
Saya meminta Rezki untuk memotret saya seraya berputar. Mas Ono juga ikut-ikutan mengambil foto berkali-kali sampai putaran yang saya inginkan dapat. Sampai tibalah saatnya gantian dengan teman-teman yang lain untuk berfoto. Kali ini sudah pasti bakalan lama sekali. Jadi saya langsung turun ke sisi tebing untuk duduk. Kita tidak diperbolehkan terlalu ramai diatas, takut tempatnya roboh. Saya nggak bisa membayangkan kalau tempat ini roboh karena ini TINGGIIII BANGEETT! Na'udzubillah.
![]() |
Menunggu antrian |
Mungkin saya menunggu teman-teman bergantian berfoto lebih dari setengah jam. Belum lagi kita harus mengambil video drone. Kita semua tidak boleh terlalu banyak bergerak ketika semuanya berkumpul di atas papan kayu, karena takut ambruk. Cuaca yang semula sangat terik, mendadak berubah mendung. Sebagain teman-teman langsung turun terlebih dahulu karena takut kebasahan. Langit juga sudah berubah sangat hitam. Sampai akhirnya hujan turun. Sebelum terlalu deras, saya naik ke atas tempat fotografer untuk memotret Rezki, Tiyo, dan Mbak Asri. Duh, angin yang menerpa begitu kencang sampai tangganya berbunyi kretek-kretek. Saya menyuruh beberapa Anak Buah Kapal (ABK) memegang tangga tempat saya berdiri, sampai akhirnya hujan turun super duper deras. Kami semua pun turun.
![]() |
Hujan deras menghasilkan foto yang eksotis |
Agak susah juga mendaki turun dengan hujan sederas itu. Akhirnya kami berteduh dibawah bebatuan tebing. Saya memasukkan kamera ke dalam baju. Memang lensa kamera saya Weather Resistant, tapi sayang juga kalau tersiram air sebanyak ini. Untung saya melapis outer dengan baju renang, jadi nggak masalah kalau kena hujan. Selagi menunggu hujan reda di tengah-tengah tebing, kita jadi mengobrol dengan Mas Ono. Bertanya pengalamannya selama menjadi tim dokumentasi Raja Ampat. Memang selama pandemi, pekerjaannya jadi agak jarang. Semoga pandemi segera berlalu ya. Aamiin🤲.
Hujan mulai berangsur reda. Kami melanjutkan perjalanan turun lalu bergabung dengan tim lainnya yang sedang duduk-duduk di pinggir dermaga. Ntah dimana mereka berteduh ketika hujan turun, karena di sekitar sini tidak ada pondok. Saya mendekat ke sisi laguna yang berwarna biru dongker dan mendengar Pak Guntur mengobrol dengan Bang Udin. Dengan perairan sedalam ini, pasti banyak banget binatang laut yang belum ditemukan. Beberapa hiu juga muncul ke permukaan dan saya jadi takut. Oh tidak!
"Bang Udin, kita nggak snorkeling disini kan? Ada hiuuuu😱😱😱."
Bang Udin tertawa dan bilang kalau spot snorkeling nanti harus naik kapal lagi dengan jarak tempuh 10 menit.
Geosite Karawapop |
Kami kemudian kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat snorkeling. Memang ternyata jaraknya sangat dekat. Sepertinya baru duduk di kapal, eh sudah sampai lagi di dermaga. Saya berganti baju renang, lalu turun dari kapal dan melihat palung laut yang sangat biru dongker. Duhhhh seram😱. Awalnya saya duduk diam di dermaga untuk mengumpulkan keberanian. Sudah pasti saya nggak berani berenang tanpa pelampung kalau begini.
Mengumpulkan keberanian dulu |
ABK dan teman-teman membujuk saya untuk segera turun snorkeling. Saya melihat Rezki sudah berenang ntah kemana saja. Saya juga melihat bu Okati dengan santainya berenang-renang kesana-kemari. Wah, masa' beliau saja begitu berani, sedangkan saya nggak? Haduh! Akhirnya saya mengambil pelampung dan mencoba memakainya. Mana kegedean lagi ukurannya😩. Saya memberanikan diri untuk turun ke laut dan berusaha beradaptasi dulu dengan arus yang lumayan kencang. Saya memasukkan kepala dan melihat pemandangan yang Maaasyaaa Allah indaahhhhnyaaaa😍😍😍😍. Ikan-ikan beraneka macam ragam dan warna, mulai dari yang kecil sampai besar, berenang-berenang dari terumbu karang yang satu ke yang lainnya. Saya terus berenang menikmati keanekaragaman hayati di bawah permukaan laut. Waktu itu saya berenang di sekitar Mbak Yuliza sampai saya tidak sadar sudah agak jauh meninggalkan dermaga. Mulai timbul perasaan agak panik, tapi saya berusaha santai, lalu berenang menuju dermaga.
Dermaga |
Arus mulai lebih kencang dan membawa saya hampir ke bawah dermaga. Ditambah lagi, life vest jadi terasa nggak enak sehingga saya kesulitan berenang sambil memperbaiki pelampung. Saya sampai menahan kaki diantara kayu-kayu dermaga sambil terus membenarkan posisi life vest. Beberapa saat kemudian, Rezki datang bertanya saya kenapa, lalu Tiyo, Alfredo, Bang Udin, bahkan bapak nahkoda. Emangnya saya terlihat hampir tenggelam ya?😰
Saya bilang, "Nggak apa-apa, cuma ini pelampungnya nggak enak."
![]() |
Ikan di sela-sela terumbu |
![]() |
Terumbu karang |
![]() |
Berenang di celah sempit |
Setelah merasa pelampung lebih aman, saya melanjutkan berenang lagi, kebawa arus lagi, pelampung jadi miring lagi. Akhirnya saya naik ke dermaga dan membuka pelampung. Duh, nggak enak banget deh ini life vest. Saya jadi ngos-ngosan sendiri mempertahankan badan yang kebawa arus ditambah pelampung kegedean. Saya melihat ABK mulai membagi-bagikan makan siang. Saya memilih untuk makan saja dan tidak melanjutkan snorkeling. Saya duduk bersama Mbak Yuliza di pinggir dermaga, menikmati makanan, seraya mengobrol. Beberapa teman juga jadi ikutan makan dan tidak melanjutkan snorkeling lagi.
![]() |
Ribuan ikan |
![]() |
Snorkeling |
Selesai makan, masih ada teman yang tetap snorkeling sampai akhirnya waktu kami sudah cukup di Karawapop. Kami harus melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, jadi nggak usah berlama-lama disini. Dari semua tempat terindah yang pernah saya datangi untuk snorkeling, Karawapop adalah yang paling indah. Bahkan jauh melampaui Arborek dan Derawan. Alhamdulillah saya dikasi kesempatan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk bisa menikmati pemandangan bawah laut di Misool, Raja Ampat. Silahkan dilihat keindahan bawah laut Karawapop di video berikut ya.
Baiklah, postingan kali ini sudah terlalu panjang. Nanti saya lanjutkan lagi ya. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar