Destinasi wisata terakhir di Misool kali ini adalah Pantai Gamfi. Sebenarnya pantai ini nggak ada di itinerary, tapi karena kita batal ke Lenmakana (Danau ubur-ubur), jadi kita mampir kesini. Kita semua seperti udah pasrah mau dibawa kemana pun karena memang sudah capek banget, dan hari ini adalah trip terakhir. Sedih juga deh karena besok bakalan pulang ke Sorong.
Kami akhirnya merapat ke pesisir Pantai Gamfi setelah mengobrol panjang di kapal tentang sahabat pena😆. Mbak Feira dan Alex semangat banget menceritakan masa muda mereka yang surat-suratan dengan sahabat pena. Ya ampunnn, tahun berapa itu😂? Dulu inget sahabat pena itu dimulai pas baca majalan bobo deh. Kami semua kemudian turun dari kapal. Saya mau snorkeling juga disini karena kata Bang Udin terumbu karangnya bagus. Sayangnya GoPro saya sudah habis batre, jadi harus nebeng punya Ko Hendry. Saya turun kapal terakhir karena mencari alat snorkeling (hampir semua alat snorkeling kita warna dan bentuknya sama, jadi sering ketukar😆), berniat mau berenang terakhir sebelum pulang.
Teman-teman lalu sibuk mengobrol satu sama lain, sedangkan saya berenang. Ada yang berendam di pantai, ada yang sibuk memainkan pasir di pesisir. Saya masih agak takut berenang sendiri di tempat dalam, walaupun sudah jauhhh lebih baik karena berenang terus selama di Raja Ampat. Saya sudah ngajakin Rezki juga untuk berenang, tapi dia malah kecapekan dan encok. Hahahaha, dia sering banget encok. Mau tiduran aja di pesisir pantai katanya😅. Ya udahlah, saya ikut Bang Udin dan beberapa Anak Buah Kapal (ABK) aja berenang, biar ada yang jagain.
Ikan kecil |
Terumbu karang |
Ketika berenang sedikit ke tengah, saya dapat melihat banyak sekali terumbu karang. Walaupun warnanya kurang berwarna-warni seperti di Karawapop (cenderung kuning), tapi disini juga indah banget. Saya melihat banyak ikan kecil sedang bermain diantara karang-karang. Kalau memang mau melihat terumbu karang dan ikan lebih banyak, kalian harus berenang lebih ke tengah laut lagi dan saya nggak berani kalau nggak pakai pelampung. Akhirnya saya kembali ke pesisir pantai dan melihat Rezki sedang dikubur oleh teman-teman. Ntah sejak kapan dia tidur pasrah seperti itu, tapi lucu banget😂.
![]() |
Rezki sudah pasrah terkubur |
Tidak banyak kegiatan yang bisa kita lakukan di pantai Gamfi selain bermain, berfoto, dan snorkeling. Sebelum terlalu sore, kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Yellu karena teman-teman mau beli ikan asin. Perjalanan dari Pantai Gamfi ke Kampung Yellu hanya ditempuh dalam waktu 30 menit. Setiba di kampung, ABK lalu mengarahkan kami ke tempat penjual ikan asin melalui jalan kayu yang belum pernah kami lewati sebelumnya. Teman-teman cewek langsung antusias mau belanja ikan asin untuk dibawa pulang ke kota asal.
![]() |
Ikan asin banyakkkkk |
Kalau biasa di pasar dekat rumah ikan asinnya paling ikan kecil-kecil, kalau di Misool kalian bisa belanja berbagai jenis ikan asin. Mulai dari ikan Kerapu, Tuna, dan langsung bisa dimakan saat itu. Saya malas beli untuk bawa pulang karena takut seluruh pakaian di koper jadi bau ikan asin. Mbak Feira, Mbak Yuliza, Budet, Mbak Asri, Mbak Lia, dan Bu Martha semangat banget memilih-milih ikan. Kayaknya cuma saya cewek di grup yang nggak beli ikan asin😆. Saya hanya mencicipi ikan asin, mencium baunya, dan menoel jari saya ke hidung cowok-cowok biar hidungnya bau ikan🤣. Duh pasti susah hilang bau ikan di hidung. Maafkan saya teman-teman✌️. Selagi menunggu teman-teman berbelanja, kami disuguhi keripik singkong yang renyahhh banget. Tiyo duduk manis di dekat penjual ikan asin sambil menghabiskan keripik. Enak banget dia, nggak belanja tapi bisa ngemil keripik singkong. Ko Hendry jadinya borong keripik juga untuk oleh-oleh.
![]() |
Hari terakhir di Yellu |
Selesai belanja ikan asin, kami berjalan ke warung donat bulat. Karena teman-teman semuanya ambil donat masing-masing, saya jadi bingung hitungnya. Akhirnya saya beli satu stoples untuk kami makan rame-rame. Isi satu stoples 50 buah, dan 1 buah dijual seharga Rp. 1000. Ya udah lah, saya beli aja Rp. 50,000😎. Kita mengobrol di depan warung donat, tertawa ngakak, sampai salah satu ABK menghampiri Fredo dan bilang, "Kaka, mohon maaf jangan terlalu berisik karena ada orang meninggal." Saya ngakak karena cuma Fredo doang yang diingatkan untuk tidak berisik.
"Tuh Fredo, emang suara lo paling besar deh!" kata saya sambil menahan tawa, takut ngakak.
![]() |
Donat bulat favorit kita semua |
Sebelum matahari tenggelam, kami kembali ke Yalapale. Malam itu kita mau bersiap pesta Lobster dan Kepiting, dan saya sangat antusias. Kapan lagi bisa makan seafood sampai puas di Raja Ampat? Setiba di dermaga Yalapale, saya melihat perahu yang dikendarai Bu Haji merapat juga ke dermaga saat matahari mulai tenggelam. Saking indahnya, saya langsung mengambil foto menggunakan hp. Enak banget ya bisa menikmati pemandangan seindah ini setiap hari.
![]() |
Perahu bu haji |
Saya mandi dulu sebelum gabung dengan yang lainnya untuk makan malam. Selesai mandi, saya berjalan ke dapur di belakang ruang makan untuk melihat Ibu dan Bapak Haji yang membawa kepiting sekotak, masih hidup, ukurannya besar-besar, dan dalam jumlah yang sangat banyak. Saya penasaran bagaimana cara masaknya. Beberapa ABK sedang membakar batok kelapa. Ternyata pakai arang masaknya. Wah pasti harum banget nih masakannya.
![]() |
Kepiting sekotak |
![]() |
Masih hidup dan ukurannya besaaaarrr |
Selagi kepiting dan Lobster dimasak, kami nggak ada yang makan duluan. Duh padahal saya udah lapar banget. Akhirnya saya mencari kesibukan dengan memindahkan foto-foto ke laptop. Saya melihat Rezki dan Mbak Asri sedang memasak mie rebus. Saya bingung kenapa nggak minta tolong dimasakin aja, tapi ternyata masak sendiri lebih enak😃. Awalnya saya heran dengan pernyataan itu, ternyata kalau minta dimasakin mie rebus, air rebusannya satu dandang, mienya cuma seporsi😂. Pantesan sewaktu saya lagi sibuk di laptop, Rezki mendadak baik memberikan saya mie rebus yang dimasakin Mbak-mbak di penginapan. Saya kira kok tumben mau sekalian minta dimasakin juga mie-nya untuk saya. Ternyata karena mienya megarrr banget😨, dia nggak tega buang, jadi disuruh saya makan. Minta dijitak juga si Rezki😅. Dia jadinya masak sendiri dengan air secukupnya.
Nggak terasa, copy foto, makan mie instant, dan mengobrol, memakan waktu sejam juga. Akhirnya makanan sudah siap di hidangkan. Kami semua langsung antusias ke ruang makan untuk melihat betapa banyak makanan yang ada pada malam terakhir kami di penginapan. Ada lobster, kepiting, ikan tenggiri bakar, sayuran, papeda, dan yang lainnya. Menu makan malam sebanyak ini seperti sedang ada hajatan.
![]() |
Menu banyak sekaliiiii |
Teman-teman mulai mengambil jatah lobster dan kepiting masing-masing. Saya kembali ke kamar dulu untuk menaruh laptop, kemudian kembali bergabung dengan yang lainnya. Teman-teman sudah memenuhi meja kayu, tapi tempat saya duduk masih tersedia. Saya merekam video sebentar, lalu mengambil nasi dan lauk pauk yang super duper banyak, kemudian membawa makanan porsi kuli ke meja kayu. Karena harus makan kepiting dan lobster yang super ribet, saya jadi harus pakai tangan. Udah pakai tangan aja masih ribet, apalagi pakai sendok.
![]() |
Fredo menang banyak |
![]() |
Pestaaaaa!!!🥳 |
Semua teman-teman fokus dengan makanan masing-masing, termasuk saya juga. Sebenarnya daging kepiting dan lobster ini cuma sedikit, hanya saja ribet banget cara mengupasnya dan takut tangan terluka. Kalau cangkangnya terlalu keras, saya minta tolong pada ABK untuk dipecahkan. Mereka mengetuk cangkang kepiting menggunakan palu lho. Seram sekaliiii....😰
Setelah makan, kami membereskan urusan hutang-piutang terlebih dahulu. Mbak Yuliza sudah mengeluarkan catatan keuangan, setelah itu kita bagi rata. Sebenarnya untuk trip Misool ini kita sudah bayar lunas melalui transfer. Tapi ada beberapa biaya tak terduga yang kita hitung selama perjalanan. Oh iya, seharusnya saya dan Rezki pulang hari minggu, sedangkan semua teman-teman pulang hari Jumat. Jadi kami mulai bertanya-tanya pada Mas Ikhsan destinasi apa lagi yang ada di Sorong supaya kita tetap bisa jalan-jalan selama 2 hari. Mas Ikhsan merekomendasikan beberapa tempat, termasuk rental mobil dan juga minta Bang Udin menemani kita selama ngetrip. Harus ada orang lokal kalau jalan-jalan di Papua untuk antisipasi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya kemudian pergi ke dermaga (tidak berniat ambil foto Milkyway lagi karena nggak pernah bisa). Saya minta karpet pada ABK dan kata (ABK yang suka berganti-ganti nama) dibilang karpet sudah dibawa ke Yellu untuk acara orang meninggal. Awalnya saya percaya aja, tapi kemudian dia diomelin bapak nahkoda. Ya ampunnn dia bohong ternyata dan dia ngakak karena tau saya percaya. Mana mungkin bawa karpet menyebrang lautan😑. Akhirnya karpet diambilkan kembali untuk alas kita duduk. Teman-teman kemudian menyusul dengan membawa kartu. Saya duduk di dekat mereka sambil memindahkan foto-foto. Semula saya tidak mau bermain kartu karena kali ini yang kalah, mukanya mau dicoret pakai kopi. Tapi ya sudah, saya ikut main sekali saja. Biar seru!
Setelah 1 ronde permainan, saya kembali fokus dengan copy foto. Macbook yang nggak terkoneksi internet bikin susah juga karena semua data saya di Icloud. Macbook saya mendadak lemot, terus-menerus mencari sinyal untuk retrieving data. Hadooh, bakalan lama sekali ini😓. Awalnya saya mengobrol dengan Makki, lalu karena Budet datang dan permainan kartu semakin seru, semuanya jadi ikutan main kartu. Semua kartu bagus dikeluarkan sama Budet. Saya menonton mereka main sambil tertawa ngakak, apalagi kalau mereka mulai mengintip kartu teman yang lain.
Malam mulai larut dan kami sengaja nggak mau tidur cepat karena besok bakalan melakukan perjalanan panjang kembali ke Sorong. Mending tidur di kapal aja besok. Saya mengobrol dengan Alex sambil terus memantau copy-an foto. Permainan kartu jadi semakin sengit, muka Tiyo, Makki, dan Ko Jo sudah tercoret-coret sampai hitam legam. Duh, untung bukan saya.
![]() |
Malam terakhir |
Sudah pukul satu malam, kami pun menyudahi permainan karena kalau masih main terus, si Umar nggak tidur-tidur deh. Udah berapa kali saya suruh tidur, tapi dia tetap duduk disitu menonton kami bermain kartu. Mana besok dia sekolah. Lagian suara kita yang berisik juga bikin anak-anak nggak bisa tidur. Saya juga sudah menyerah dengan copy-an foto yang tidak kunjung selesai. Akhirnya kami kembali ke kamar masing-masing.
Saya mulai packing, memasukkan semua barang yang tersebar ke seluruh kamar ke dalam koper. Bu Martha juga belum tidur dan sedang membereskan isi koper. Selesai beres-beres, saya keluar kamar dan melihat beberapa teman masih mengobrol di depan penginapan utama. Saya ikutan juga, padahal sudah pukul 1.30 malam. Kita semua seolah-olah tidak mau melewatkan waktu sedetik pun di Misool. Sampai akhirnya jam 2 kurang, saya pun tidur.
Baiklah, saya akan melanjutkan postingan ini nanti. Sampai jumpa!
0 comments:
Posting Komentar