April 02, 2021

Pantai Kalek, Yelit, dan Main Kartu di Yalapale

Setelah capek snorkeling di Karawapop, tujuan berikutnya kita hanya main ke pantai. Mumpung cuaca saat itu kembali sangat terik. Eits, jangan salah! Ini bukan pantai-pantai biasa kok. Semua pantai di Raja Ampat sungguh indah. Saya akan menceritakannya dalam postingan kali ini. Yuk disimak!

1. Pantai Kalek
Perjalanan dilanjutkan kembali menuju sebuah pulau yang memilki pasir putih nan indah. Dari kejauhan sudah nampak hamparan pasir putih yang cukup luas, bersih dan lautnya bewarna hijau toska. Begitu perahu bersandar di pantai, kami semua bergegas turun. Karena belum shalat Zuhur-Ashar, hal yang pertama kami lakukan adalah shalat dulu. Saya sudah mengenakan kembali outer dan jilbab untuk bersiap shalat karena kalau pakai baju renang, terlalu ketat. Anak Buah Kapal (ABK) menimba air sumur untuk saya berwudhu, bergantian bersama teman-teman yang lain. Kami kemudian shalat berjamaah dulu di pos jaga, sementara para ABK meminta ijin kepada petugas untuk masuk ke pantai.
Pulau Kalek
Pantainya
Namanya Pantai Kalek, sebuah pantai cantik yang memiliki pasir putih yang sangat bersih dan terjaga dengan baik. Pantai ini terbilang pantai sepi dan jauh dari pulau lainnya. Pada bulan-bulan tertentu, kawanan penyu akan singgah di pulau ini untuk bertelur. Tiket masuk ke Pantai Kalek gratis alias tidak berbayar. Kegiatan kami disini hanya bermain, lalu direkam dari ketinggian menggunakan drone. Bang Ono sebagai sutradara sekaligus videografer menyuruh kita bergandengan tangan, lalu floating agar terlihat keren di drone. Duh, saya agak susah floating. Biasanya pasti jadi tenggelam. Saya jadi harus belajar dulu sampai bisa, baru bisa di-videoin.
Floating
Duduk menenggelamkan diri
Selain floating, kami juga bermain duduk bersila lalu menenggelamkan diri. Ini susah banget karena gaya dorong dari dalam laut membuat kita naik terus ke permukaan. Ntah berapa kali berusaha, gagal terus, usaha lagi, gagal lagi. Tapi disitu serunya. Kita tertawa dan menertawakan satu sama lain sewaktu melakukan adegan ini. Oh iya, kalian juga bisa berfoto di pinggir pantai karena banyak pohon kelapa dan ada pulau-pulau batu sebagai latar belakangnya. Jangan lupa memakai pakaian berwarna cerah agar kontras di pantai.
Berfoto dulu
Teman-teman cuma terlihat kepalanya😆
Kalau belum terlalu capek, kalian bisa melihat indahnya pemandangan dari atas gazebo yang dibangun di atas tebing karang. Nah, manjat tebing karang itu lumayaaaan menguras energi meskipun dari gazebo ini kita bisa melihat hampir separuh isi pulau yang sangat indah. Kami tidak naik ke gazebo karena sudah capek naik ke Love besar dan snorkeling di Karawapop. Setelah puas bermain, berfoto, dan mengambil video drone, kami kembali ke kapal untuk melanjutkan perjalanan ke pantai berikutnya.

2. Pantai Yelit (Penangkaran Hiu)
Satu lagi tempat yang unik di Misool yaitu Pantai Yelit. Kenapa unik? Karena kita bisa melihat anak ikan hiu yang super duper banyakkkk😱😱😱. Saya agak was-was mau turun dari kapal karena sangat banyak hiu menghampiri. ABK bilang kalau mereka nggak akan menggigit asal jangan dikasih makan atau mencium baru darah kalau ada yang sedah menstruasi. Duh, untung udah selesai mens sewaktu saya kesini.
Dikelilingi anak hiu
ABK menyuruh saya berdiri diam di tepi pantai, dimana kedalaman laut mungkin selutut saya. Tiba-tiba banyak anak hiu datang dan mengelilingi saya. Jujur saja saya ketakutan banget😰😱, walaupun anak hiu ini masih kecil. Tapi kan mereka pada dasarnya adalah hewan buas, jadi saya tetap takut. Rasanya deg-degan banget, sampai akhirnya saya nggak mau lagi berdiri di laut. Rasanya seperti dikeliling anak harimau yang akan menerkam. Walaupun kalau diterkam anak harimau kan nggak sakit, kayak diterkam kucing hahaha😂. Bang Ono menyuruh kita berkeliling di pantai agar bagus difoto menggunakan drone. Beberapa anak hiu masuk ketika kita sedang bergandengan tangan. Setiap hiu masuk melalu sela-sela kaki saya, saya pasti terdiam mematung ketakutan😰. Duh, sangat memicu adrenalin deh bermain di pantai ini.
Rombongan anak hiu
Bisa dilihat dari atas begitu banyak hiu bertebaran
Oh iya di pantai ini ada pondokan milik Misool Baseftin, sebuah yayasan yang dikelola Misool Eco Resort untuk menangani perlindungan terhadap kehidupan bawah laut di Misool. Mereka mengabdikan diri tinggal di pondokan itu selama berbulan-bulan untuk berbagai tugas seperti konservasi alam, penelitian, dan penanaman terumbu karang. Saya sempat melihat beberapa orang bapak-bapak yang kemudian berbincang-bincang dengan Mas Ikhsan. Saya kurang tau mereka mengobrol tentang apa karena kita sibuk bermain dengan hiu.
Plang di depan
Sebelum terlalu sore, kami kembali mampir ke Kampung Yellu sejenak untuk belanja kebutuhan trip besok. Seperti biasa, hal yang kami lakukan ketiba tiba di kampung Yellu  adalah mencari sinyal. Sayangnya hari itu sedang mati lampu, sehingga menara BTS tidak bisa memancarkan sinyal. Walaupun demikian, saya tetap beli donat bulat untuk ngemil cantik di sore hari. Tapi hari ini kita nggak lama di Yellu, mungkin hanya 30 menit saja karena teman-teman ingin bermain kano di penginapan.

3. Matahari Terbenam di Yalapale
Sesampai di dermaga di Yalapale, saya balik ke kamar untuk mengambil tripod. Sore ini saya nggak mau bermain kano karena sudah main kemarin. Biar gantian aja sama teman-teman yang lain. Saya mendedikasikan diri hari itu menjadi asisten bang Ono. Saya jadi fotografer, bang Ono yang mengambil video menggunakan drone. Drone bahkan sudah diterbangkan sampai ke penginapan sebelah dimana teman-teman sedang mendayung kano sampai kesana. Kenapa mereka suka banget pamer ke grup sebelah kalau kita punya kano😂😂😂? 

Saat saya set up tripod di pinggir dermaga, bang Ono dan Rezki mulai menyadari kalau kano yang dipakai Mbak Lia dan Ibu Martha bocor. Rezki yang sedang memegang hp saya malah tertawa dan merekam kejadian itu. Bang Ono teriak, "Santai, santai, perahu tenggelam tetap santai." Saya bingung antara khawatir dan tertawa. Mana bu Martha sudah mulai teriak-teriak. Untung beliau pakai pelampung.
Mas Ikhsan kemudian berenang mendekati mereka, "Jangan panik. Pegangan aja di kano."
Bang Udin dan Mbak Asri pun datang menolong. Saya salut melihat bang Udin yang mendayung kano dengan sangat kencang agar bisa menyelamatkan Mbak Lia dan Bu Martha tepat waktu. Mereka lalu dibawa ke tepi pantai seraya berpegangan pada kano yang terbalik.
Proses evakuasi
Setelah proses evakuasi selesai, teman-teman mulai bermain kano ke tengah laut. Karena ada tripod, saya bisa dengan santai jepret sana sini tanpa perlu merasa berat memegang kamera. Kalau ada setting yang saya nggak tau, saya tinggal bertanya pada Bang Ono, "Kalau mau ambil matahari bulat, gimana caranya bang?"
Matahari bulat
Senja di Yalapale, seperti di kalender
Teman-teman pun mulai berpose dengan banyak gaya. Padahal saya sudah bilang pada mereka kalau hasil foto sunset pasti hanya siluet, nggak usah senyum-senyum tampak gigi, nggak akan keliatan😆. Tapi mereka tetappp 'senyum'. Saya menjepret foto seraya ngakak berkali-kali🤣🤣🤣. Alhamdulillah hasil fotonya bagus semua karena pemandangan yang memang benar-benar indah, dibantu oleh tripod. Maasyaa Allah!

Selesai berfoto dan matahari sudah sepenuhnya tenggelam, kami kembali ke kamar masing-masing untuk mandi atau beres-beres. Saya senang banget karena setiap kembali ke kamar, baju bersih dan kering sudah tersedia. Tinggal ngasih cucian berikutnya saja kepada 'kakak cuci'.

Selesai mandi, saya ke ruang makan. Menu makan malam sama seperti sarapan, jadi saya kurang mood makan. Saya hanya mengambil sedikit saja semua lauk sampai Madi bilang, "Mut, lu makannya 'dikit ya. Sama kayak gw."
"Sebenarnya gw makannya banyak sih," kata saya.
"Trus kenapa nggak ambil banyak lauk?" tanya Madi lagi.
"Mungkin lu tau kenapa," Madi kemudian tersenyum. "Lu sendiri juga 'dikit makannya, mungkin gw tau kenapa."
Kami kemudian tertawa bareng-bareng🤣. Baru malam itu kayaknya saya ngobrol sama Madi bersama Mbak Yuliza juga. Saking serunya ngobrol, sampai membahas gaya kita kalau pacaran kayak 'gimana?😆😆😆

Selesai makan, saya seperti biasa berjalan menuju dermaga. Malam itu teman-teman mengajak main kartu. Sudah lama nggak main kartu, jadi harus diingatkan lagi cara mainnya. Saya mendengar musik sangat keras dari penginapan sebelah yang sudah seperti diskotik. Kata ABK, beberapa kali wisatawan yang terlalu berisik ditegur pak Haji. Tapi mungkin kali ini karena penginapan yang terisi cuma kita-kita saja, jadi dibiarkan saja mau berisik apa enggak.
Main kartu dulu
Seperti biasa, setiap main kartu saya pasti kalah (duluan). Orang yang kalah harus rela dicoret wajahnya. Sewaktu saya mau dicoret, semua pada diam, nggak ada yang berani😆. Akhirnya saya mencoret pipi sendiri saja. Saya memang kurang suka sih, kalau pipi dipegang-pegang, apa lagi sama cowok. Permainan kartu semakin sengit. Orang-orang yang berkumpul di dermaga pun semakin ramai. Tiyo beberapa kali kalah dan mukanya jadi bete. Alhamdulillah saya hanya sekali kalah, dan belajar dari kekalahan saya jadi nggak pernah kalah lagi.
Muka bete Tiyo😆
Umar, Bang Ono, Alex, Fredo, dan Ciling main tiktok
Saya sudah mengantuk, sedangkan teman-teman masih lanjut mengobrol sampai tengah malam. Mereka bahkan main tiktok bersama Umar seraya menunggu Pak Guntur mancing. Umar pinter banget main tiktoknya, jogetnya juga pas. Setelah lelah main tiktok, Umar juga bersemangat minta diajarkan memancing. Padahal besok Umar sekolah, dan dia masih menemani kita sampai jam 2 pagi sampai teman-teman menyuruhnya tidur. Nah, tidurnya pun bukan masuk ke kamar, tapi ya tidur aja di dermaga beralaskan karpet dan beratapkan bintang-bintang. Masya Allah, sebenarnya hal seperti ini sangat indah, "maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan".

Cerita saya lanjutkan lagi segera. Sampai jumpa!

0 comments:

Follow me

My Trip