April 15, 2021

Welcome to Padang

Ramadhan bulan yang suci, dimana hampir setiap tahun saya menghabiskan waktu untuk diam di rumah demi meningkatkan ibadah. Tapi tahun ini berbeda. Sejak kenal dengan teman-teman trip Raja Ampat, seolah-olah setiap saat merencanakan perjalanan berikutnya. Semula mereka berdiskusi di grup, lalu mengajak semua orang untuk pergi ke Padang. Saya tidak menanggapi, memang saya lumayan jarang ikutan nimbrung kalau ada pembahasan di grup. Mungkin karena orangnya terlalu rame, jadi sekalinya buka pesan sudah ratusan. Sudah malas saya baca satu demi satu, jadi mungkin saja ajakan ngetrip ke Padang terlewatkan oleh saya.

Sebenarnya saya agak malas juga ke Padang, mungkin karena udah pernah, hanya saja teman-teman di grup ingin eksplorasi Sumatra Barat sampai ke Bukittinggi dan Payakumbuh. Nah, dua kota itu saya belum. Tapi balik lagi, Ramadhan lho! Gimana ini mau khatam Qur'an kalau jalan-jalan. Susah juga ijin ke Mama kalau jalan-jalan di bulan puasa. Nanti capek, nanti sakit, nanti haus, nanti nggak bisa taraweh, haduh🙄! Bahkan Ci Ling dan Iyus sampai nge-Whatsapp pribadi untuk membujuk saya ikut, dan saya tetap tidak memberikan jawaban. 

Di bulan April ini ada Baitil di rumah. Saya sudah menceritakan banyak hal tentang teman-teman Raja Ampat dan dia jadi antusias ingin ikut ke Padang. Duh, saya semakin galau. Sampai suatu hari saya ijin ke Mama, berjanji akan membelikan mukenah terindah di Bukittinggi, berapa pun harganya (sogokan). Mama pun langsung setuju, hahahahaha🤣. Mungkin karena sebentar lagi Lebaran, jadi mukenah baru bisa dipakai nantinya. Cemerlang juga ide saya untuk minta ijin ke Mama.

Kami kemudian membentuk grup Whatsapp baru bernama Padang. Karena masih punya AirAsiaPass, jadi kita semua menyesuaikan jadwal perjalan untuk berangkat bareng. Untuk sementara, teman-teman yang akan ikut adalah Baitil, Rezki, Iyus, Mbak Asri, Ci Ling, dan Doni (temen Iyus). Ada juga beberapa orang lainnya masih dibujukin untuk ikut. Pada awalnya, semua rencana berjalan dengan baik. Kita sudah membahas bakalan kemana aja dan menginap di hotel mana saja karena memang kebetulan tiket.com lagi promo gledek. Sampai akhirnya AirAsia mengubah jadwal perjalanan, mendadak semua orang jadi panik. Beberapa teman ada yang batal berangkat, kalau saya sih kasihan waktunya kalau batal. Kalau mau mengulang di hari lain, nanti ijin ke Mama masih sama susahnya. Saya memutuskan untuk tetap berangkat pakai Citilink, diikuti beberapa teman yang juga tetep berangkat. Awalnya Ci Ling hampir batal, sampai Mbak Asri membantunya mencarikan tiket promo, bahkan jauh lebih murah dari saya yang sudah pakai promo kartu kredit. Ya sudahlah, mungkin memang rejeki mereka.

Hari H pun tiba. Jadwal penerbangan kami jam 7 pagi dimana ke bandara harus di waktu sahur. Duh, masih ngantuk padahal, tapi mau bagaimana lagi. Saya dan Baitil sengaja datang lebih cepat ke bandara untuk swab antigen terlebih dahulu yang hanya 15 menit, baru kami check in bagasi. Saya, Baitil, dan Rezki lalu duduk di ruang tunggu sampai kemudian Iyus datang dan memberikan sekotak kue sebagai hadiah ulang tahun🎂. Wah kebetulan lagi nggak puasa, jadinya bisa untuk cemilan di jalan. Kami semuanya masuk ke ruang tunggu seraya menanti Mbak Asri dan Ci Ling yang belum datang.

Pukul 6 tepat, saya melihat Ci Ling masih posting Instagram Story kalau dia baru tiba di Terminal 3 dan belum swab antigen. Walaupun sudah cek in duluan, tapi jarak antar Gate itu jauh lho😰. Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 6.30, kami pun boarding. Kami sudah bertanya berkali-kali di grup chat, apakah Mbak Asri dan Ci ling udah sampai di Gate 16? Pada kenyataannya mereka harus berlari agar tidak ketinggalan pesawat. Mbak Asri akhirnya berhasil naik, sedangkan Ci Ling masih ketinggalan. Kita sampai menitip pesan ke pramugara bernama Rezky Aditya (saya inget karena namanya seperti artis😆) kalau teman kami masih tertinggal. Saya lumayan was-was juga sih waktu itu, dan berpikir memang nggak akan keburu. Sampai akhirnya pesawat tinggal landas, meninggalkan Ci Ling yang baru tiba di Gate 16. Jadilah mau nggak mau dia beli tiket lagi kalau mau tetap ikutan kita ke Padang😂.
Bandara Minangkabau
Sekitar pukul 8.30 pagi, kami mendarat di Bandar Udara Internasional Minangkabau. Sudah berubah sekali bandaranya sejak terakhir saya kesini. Memang bandara di Indonesia sudah hampir seluruhnya selesai direnovasi. Ada ciri khas atap rumah gadang di bandara sekarang yang berbentuk tanduk kerbau (Gonjong). Sayangnya ke Padang di bulan puasa, jadi hampir semua tempat makan tutup (sama seperti di Aceh). Mobil Hi-Ace yang kami booking sudah menjemput dan parkir di depan. Kita langsung naik dan menuju destinasi wisata yang pertama.

1. Pantai Air Manis (Malin Kundang)
Siapa sih yang tidak mengetahui legenda Malin Kundang? Sepertinya seluruh masyarakat Indonesia tau tentang cerita seorang anak yang durhaka kepada ibunya, lalu dikutuk jadi batu. Lokasi batunya Malin Kundang ini berada di Pantai Air Manis dan saya baru pertama kali mengunjungi tempat ini. Pantai ini terletak kurang lebih 10 km ke selatan dari pusat Kota Padang, tepat berada di belakang Gunung Padang di Kecamatan Padang Selatan. Tiket masuk perorang adalah Rp. 5000 dan parkir mobil Rp. 10,000
Harga tiket
Pantai Air Manis merupakan salah satu tujuan wisata paling populer yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat karena ombaknya yang kecil yang tidak membahayakan anak-anak kalau berenang, dan juga memiliki panorama yang indah di sisi utaranya. Tapi karena sedang Ramadhan, pantai ini sepi sekali. Banyak terlihat kios-kios di pantai ini, namun sayangnya karena bulan puasa jadi nggak bisa jajan. Walaupun saya nggak puasa, agak sengsara juga mencari makanan karena nggak ada toko yang buka. Mau nggak mau saya hanya bisa jajan cemilan untuk pengganti makan siang.
Batu Malin Kundang
Di ujung utara pantai ini terlihat gundukan Gunung Padang dari kejauhan. Di samping itu, terdapat dua pulau kecil yaitu Pulau Pisang Ketek dan Pulau Pisang Gadang yang berjarak tak seberapa jauh dari pantai ini. Tidak banyak kegiatan yang kami lakukan disini selain berfoto saja selagi menunggu Iyus dan Doni yang sedang sibuk meeting. Setelah kurang lebih sejam, kami pun berangkat menuju destinasi wisata berikutnya.

2. Jembatan Siti Nurbaya
Sepulang dari Pantai Air Manis, kami melewati salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Padang, yaitu Jembatan Siti Nurbaya. Tidak hanya Palembang dengan Jembatan Ampera, ternyata kota Padang juga memiliki ikon jembatan yang tak kalah menarik. Bapak supir yang mengajak kami untuk datang kesini karena katanya tempat ini adalah salah satu spot wajib berfoto di Padang. Ketika saya dan teman-teman turun di pinggir jembatan, saya terpukau dengan pemandangan perahu yang berbaris dan rumah-rumah di pinggir sungai. Sungguh indah😍.
Pemandangan indah
Jembatan Siti Nurbaya mulai dibangun pada tahun 1995 dan selesai serta diresmikan pada tahun 2002. Jembatan yang berada di atas sebuah sungai Batang Arau ini memiliki panjang 156 meter dan menghubungkan kota tua Padang dengan sebuah tempat bernama Taman Siti Nurbaya di Gunung Padang. Nama Jembatan yaitu Siti Nurbaya diambil dari salah satu cerita novel terkenal dari Sumatera Barat juga karya Marah Rusli, sastrawan angkatan Balai Pustaka. Pernah dengar kan?😆
Pose dulu
Sebenarnya di puncak Gunung Padang ada sebuah makam yang dipercaya sebagai makam Siti Nurbaya. Di sanalah wisatawan biasanya datang untuk berziarah. Oleh karena itu, tempat tersebut kemudian dinamakan Taman Siti Nurbaya. Tapi kami tidak kesana karena mau menghemat tenaga. Sudah waktunya menjemput Ci Ling juga di bandara nih. Jadi kita tidak berlama-lama lagi di jalan.

Kami kemudian berkendara ke bandara lagi. Suasana langsung ramai ketika Ci Ling datang karena dia langsung bercerita dengan seru kronologi ketinggalan pesawat😂. Kami semua sudah nge-tag tempat duduk di dalam mobil dan Ci Ling duduk di paling depan. Suara nyaringnya terdengar sampai ke kursi paling belakang. 

Karena sudah siang, kami memutuskan untuk check in hotel terlebih dahulu karena teman Iyus yang bernama Shinta ingin ikut kita jalan-jalan dan dia akan menunggu di hotel Pangeran Beach. Sepanjang jalan menuju hotel, Ci Ling minta mampir di beberapa pedagang untuk beli cemilan karena dia nggak bisa makan siang. Cemilannya kemudian dibagi kepada saya. Saya nggak masalah sih nggak makan juga walaupun sedang tidak berpuasa, karena memang sudah biasa.

Di hotel Pangeran Beach, kami hanya check in, lalu menaruh barang di kamar masing-masing. Saya sempat cuci muka dan menggunakan lagi sunblock dan sedikit makeup, lalu turun ke lobi karena teman-teman sudah menunggu, termasuk Shinta. Disini saya berkenalan dengan Shinta untuk pertama kali dan anaknya ramah sekali. 

Semula saya mengira kita mampir ke hotel karena mau istirahat siang sambil menunggu waktu berbuka puasa. Ternyata teman-teman malah ingin main ke air terjun😱. Gilak juga staminanya, padahal mereka puasa, saya yang sudah lemas duluan. Mungkin karena menstruasi membuat stamina jadi jauh berkurang. Oh iya, Shinta menyarankan kita untuk membooking Rumah Makan Lamun Ombak terlebih dahulu untuk berbuka puasa karena kalau datang langsung sudah pasti tidak akan mendapat tempat. Jadi kami kesini terlebih dahulu. Untuk menghormati teman-teman yang berpuasa, yang turun ke rumah makan hanya saya, Shinta, dan Ci Ling. Duhhhh jangan tanyakan betapa harum dan lezatnya menu masakan Padang siang itu di kala badan lemas dan perut lapar. Tapi walaupun nggak puasa, kita nggak beli makanan juga agar nanti langsung terasa nikmatnya berbuka bersama teman-teman. Saya hanya merekam instagram Story dan mempostingnya. Langsung deh dikomen sama teman-teman warganet yang juga sedang berpuasa kalau saya membuat mereka semua ngileerr... Ya sama, saya lebih ngiler lagi. Udah nggak boleh puasa, lapar, tapi nggak bisa makan😆.
Makanan di RM. Lamun Ombak lagi dibungkus
3. Air terjun Lubuk Tampurung
Perjalanan ke air terjun dari Rumah Makan Lamun Ombak sekitar 45 menit menuju arah Gunung Sariak. Memang tidak begitu jauh dari pusat kota hanya sekitar 15 km saja, tapi kita harus mengantisipasi juga agar bisa kembali ke hotel paling nggak 2 jam sebelum waktunya berbuka puasa untuk bersiap-siap. Suasana serba hijau dimana banyak pepohonan dan jalan yang sempit sudah menunjukkan bahwa kita akan segera sampai ke air terjun. Mobil pun kemudian parkir dan kami harus trekking sekitar 15 menit (700an meter) untuk sampai ke air terjun.
Trekking dulu
Saya seperti biasa jalan paling belakang karena mau mengambil beberapa foto dulu. Saya sedikit menyesal karena nggak bawa sendal jepit. Embun di rerumputan dan percikan tanah membuat sepatu saya yang berwarna hijau tosca basah dan bernoda. Belum lagi nanti di air terjun sudah bisa dipastikan sepatu jadinya sangat basah. Kita berjalan melewati ladang rambutan dan durian milik penduduk setempat. Memang agak sedikit mendaki sih jalur trekkingnya, tapi pemandangan indah di kiri dan kanan jadi membuat perjalanan tidak terasa melelahkan.
Pemandangan kota Padang dari ketinggian
Sesampai kami di air terjun, saya merasa suasananya langsung sangat segarrr💦. Bayangkan saat suasana puasa, kami merasakan air yang benar-benar dingin, sangat sejuk, sehingga dapat dipastikan air terjun ini berasal dari pegunungan. Air terjun Lubuk Tempurung terletak di hulu Sungai Batang Guo, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Memang enak sih kalau berjalan diatas bebatuan licin memakai sepatu, tapi harus menerima kenyataan kalau sepatu bakalan basah. 
Segarrrr
Dengan ketinggian air terjun sekitar 15 meter dan kedalaman lubuk sekitar 4 meter, membuat banyak pengunjung memanjat tebing untuk terjun bebas ke lubuk air terjun, menikmati kesegaran airnya. Tapi kita tidak mandi disini, hanya berfoto, dan cuci muka saja. Saya juga tidak berdiri terlalu dekat dengan air terjun karena takut tergelincir. Mana tiba-tiba hujan deras dan saya harus menyelamatkan kamera. Untung lensa kamera sudah weathershield, tapi tetap sayang aja kalau harus terguyur hujan.
Air yang dingin dari gunung
Kami semua kemudian berteduh di sebuah saung yang berada di pinggir air terjun. Setelah hujan reda, kami melanjutkan foto-foto sejenak secara bergantian, lalu menyudahi perjalanan ini. Takutnya terlalu sore tiba di hotel, jadi nggak keburu mandi, mana kita semua sudah basah kena hujan. Jangan tanya kabar sepatu saya karena sudah basah kuyup sampai kaos kaki.
Selfi dulu
Perjalan kembali ke parkiran agak lebih sulit karena banyak genangan air karena hujan. Jalan pun jadi semakin licin. Saya sudah memberikan kamera ke Rezki karena saya harus fokus menghindari genangan air dan percikan tanah agar sepatu saya tidak terlalu kotor. Lumayan berhasil sih menghindari percikan tanah jadi sepatu tidak terlalu kotor. Di perjalanan pulang ke hotel, kami pun tidur di mobil. Mungkin karena sudah capek, lapar, dan suasana setelah hujan membuat sangat syahdu. Jadi ngantuk deh semuanya😴.
Kabut dipegunungan mulai turun
Selanjutnya saya akan bercerita bagaimana suasana buka puasa di kota Padang. Stay tuned!

Sumber:
https://bobo.grid.id/read/08674588/cerita-jembatan-siti-nurbaya-di-atas-batang-arau
https://www.mongabay.co.id/2014/11/23/mongabay-travel-melepas-murung-di-air-terjun-lubuk-tempurung/

0 comments:

Follow me

My Trip