April 19, 2021

Wisata di Payakumbuh dan Batusangkar

Hari ini kita akan berwisata ke Payakumbuh dan sekitarnya. Ini pertama kalinya saya mengunjungi tempat ini seumur hidup. Beberapa kali saya mengobrol dengan teman-teman yang sering main ke Padang dan mereka merekomendasikan Lembah Harau untuk berwisata karena pemandangan yang disuguhkan disini sangat indah seperti di luar negri. Kita harus berkendara 1,5 jam dari Bukittinggi ke arah barat. Satu jam pertama, saya tidur😴 (seperti biasa). Setelah itu saya bangun dan menikmati pemandangan alam pegunungan sepanjang jalan, dan dihiasi jejeran air terjun indah setinggi sekitar 100 meter. Belum lagi tempatnya dilalui empat buah sungai yang jernih siap memanjakan mata😍. 

1. Lembah Harau
Tempat ini merupakan lembah yang subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berada sekitar 138 km dari Padang dan sekitar 47 km dari Bukittinggi, tempat ini dikelilingi batu granit terjal berwarna-warni dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Lembah Harau merupakan lembah terindah di Indonesia bahkan disandingkan dengan Taman Nasional Yosemite di California, Amerika Serikat. Banyak juga yang bilang kalau Lembah Harau adalah New Zealand yang berada di Indonesia karena pemandangan pegunungan yang indah disertai udara yang dingin.
Lembah Harau
Kami berhenti sejenak untuk berfoto diantara dua lembah (tempat paling banyak difoto). Sebenarnya dulu diantara 2 lembah ini ada padang rumput yang cantik. Sekarang sedang terjadi pembangunan dan banyak tanah yang sedang ditimbun. Jadi berkurang deh keindahannya. Belum lagi saat itu mendung sehingga warna biru langit tidak bisa saya dapatkan. Kita tidak berlama-lama disini karena tempatnya di pinggir jalan dan nggak ada tempat beristirahat. 

Selanjutnya kami mengunjungi areal persawahan dimana terdapat dua rumah gadang dengan pemandangan Masya Allah indahnya. Tempat ini adalah destinasi wisata yang wajib dikunjungi karena keindahan alamnya dan sangat instagramable. Saya awalnya malas mengeluarkan drone karena memang belum terlalu lancar memainkannya. Tapi teman-teman terus mensupport saya menerbangkan drone agar bisa lebih terlatih. Akhirnya saya harus diam sendiri untuk melakukan setting pada drone, baru deh bisa ikutan berfoto dengan teman-teman yang lain.
Tempat yang paling sering di foto
Tebing-tebing lembah yang menjulang tinggi dan hijaunya persawahan memang sangat bagus difoto dari ketinggian. Apalagi saat itu kami memakai kaos warna kuning untuk mempromosikan youtube-nya Ciling, jadi semakin keliatan deh kita di kamera. Kami bergantian berfoto dan merekam video menggunakan drone. Saat saya lelah, saya memberikan remote kontrol kepada Baitil agar dia saja yang mengendalikannya. Baitil juga pasrah aja dikasi remote, hahaha😆.

Setelah puas berfoto, hari mulai terik, dan kita semakin haus, maka perjalanan dilanjutkan untuk mencari air terjun. Lembah Harau memang memiliki banyak air terjun, bahkan ada yang langsung mengarah ke pedesaan. Masya Allah indahnya😍! Sayangnya saya tidak mengambil foto air terjun yang ke desa itu karena kami tidak berkendara ke arah pedesaan.
Sarasah Bunta
Kami kemudian berhenti di dua air terjun yang berdekatan. Kalau bukan bulan Ramadhan, kita bisa menikmati aneka cemilan di kios-kios sekitar air terjun. Sayangnya kita disana hanya bisa melihat air terjun yang membuat tenggorokan tambah dahaga, saking banyaknya air yang nggak bisa kami minum. Suasana cukup segar disekitar air terjun, apalagi tempiasnya terpercik ke kita. Bahkan bisa sampai membasuh muka.
Sarasah Barayun
Jujur aja agak bingung mau ngapain di air terjun. Mau basahin kaki, tapi saya malas buka sepatu. Cuma bisa duduk-duduk saja dan berfoto. Setelah itu kami memutuskan untuk kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Biar semua destinasi wisata bisa kita kunjungi dalam satu hari.

2. Goa Ngalau Indah
Setelah puas berwisata lembah dan air terjun, kali ini kami akan mengunjungi sebuah goa bernama Ngalau Indah. Lokasi goa ini berada sekitar 4 km dari pusat Kota Payakumbuh atau sekitar 40 menit berkendara dengan mobil dari Lembah Harau. Selama di mobil saya tidur😴 karena kecapekan main di Lembah Harau. Ketika bangun, eh udah sampai di pintu masuk goa. 

Ngalau Indah merupakan sebuah gua alam dengan beberapa mulut goa yang terbentuk secara alami sebagai akses masuk dan keluar. Jalan masuk goa pun sudah bagus karena tempat ini memang dikelola oleh pemerintah setempat. Pengunjung juga harus membayar biaya masuk Rp. 10,000 perorang. Di dalam goa, kita dapat melihat keindahan stalagtit dan stalagmit yang masih terjaga dengan baik. Goa ini juga dihuni kawanan kalelawar yang membuatnya senantiasa dipenuhi suara riuh sepanjang waktu. Selain kalelawar, terdapat burung walet yang bersarang diantara celah-celah langit-langit yang menjulang dengan tinggi sekitar 10 meter.
Pintu Goa
Kami kemudian masuk ke perut goa. Stalaktit dan stalakmit sangat besar berada di dalamnya dengan bentuk yang unik. Hati-hati dengan tetesan air karena memang saat itu Payakumbuh sering hujan. Takut terpeleset dan kalian bisa jatuh mengenai stalakmit. Pasti sakit banget itu😖. Saya tidak terlalu detail memperhatian bebatuan di dalam goa karena gelap dan cahaya yang masuk hanya sedikit. Lagian, saya kurang suka tempat gelap (tidak sampai phobia), jadi saya jalan buru-buru sampai keluar lagi dari goa. Trek di dalam goa juga tidak sulit karena memang sudah dibikin jalan setapak sedemikian rupa sehingga kita nggak akan tersesat.
Banyak akar pohon besar
Kalau melihat dari mulut goa (setelah saya keluar), agak seram juga pergi ke tempat ini di bulan Ramadhan karena sepi sekali. Mana goa ditumbuhi akar pohon super besar dengan pohon yang sangat rindang. Duh, kalau malam kesini sih pasti lebih seram lagi. Kami tidak terlalu lama disini, mungkin hanya satu jam. Setelah itu kami harus menjemput Shinta (ada dia lagi di 😆) dan berkunjung ke Rumah Gadang paling terkenal se-antero Sumatra Barat di Batusangkar.

3. Rumah Gadang Pagaruyuang
Perjalanan dari Ngalau Indah ke Batusangkar untuk menjemput Shinta di rumah neneknya membutuhkan waktu sejaaaammm😩. Ya Allah jauh juga yaaa😱. Memang perjalanan kali ini terlalu muter-muter sih, dan saya ngikut aja tanpa melihat peta. Saya sampai udah bosan tidur di mobil, walaupun masih tidur juga di setiap perjalanan. Sesampai di Rumah Gadang Pagaruyuang, saya shalat dulu dan retouch bedak. Muka sudah amburadul gara-gara tidur melulu. Jilbab pun udah ntah kemana-mana.
Kemegahan Istana
Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Pagaruyung yang masih tersisa. Kerajaan Pagaruyung runtuh setelah terjebak dalam siasat kolonial Belanda saat perang Padri bergejolak. Istana ini pada mulanya dibangun di Bukit Batu Patah dan terbakar saat terjadi Perang Padri pada tahun 1804. Istana baru sempat dibangun kembali, tetapi terbakar lagi pada tahun 1966.

Pada tahun 1976, istana baru dibangun kembali. Lalu pada malam 27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat (lagi) akibat petir yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini beserta sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan hangus terbakar. Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang selamat. Hmmm, ada apakah gerangan sampai terbakar terus? Apakah karena struktur bangunan yang memang sangat gampang terbakar?🤔

Memenuhi keinginan Mbak Asri menggunakan pakaian adat, akhirnya kami masuk ke istana ke tempat penyewaan baju adat. Saya sudah memilih-milih baju tapi sebenarnya ingin pakai baju berwarna pink. Tapi harga sewa baju yang indah memang lebih mahal, sekitar 100rban lebih. Jadinya memilih baju yang murah dan berwarna emas. Duh, padahal pengen banget pakai pink😕. Saya dan teman-teman lalu di dandani oleh beberapa orang sehingga menggunakan pakaian adat komplit. Dulu ketika di Aceh, perasaan kalau pakai baju adat pasti lama banget, belum makeupnya yang tebal. Ini hanya dalam waktu 20 menit, saya selesai pakai baju dengan aksesoris lengkap sampai menyematkan suntiang di kepala. Sewaktu bercermin, rasanya kurang menor makeup saya dibandingkan dengan baju adat yang lumayan heboh. Ya sudahlah, kan cuma mau berfoto-foto saja.
Siap berfoto
Kami semua selesai berpakaian adat dengan warna ngejreng masing-masing. Sebenarnya kalau pakaian untuk wanita memang kurang di makeup sih, sedangkan kalau cowok-cowok sih udah pas. Saya memberikan kamera ke fotografer istana yang mengambil foto kami dengan hasil yang miring-miring🙄. Gimana ini fotografer tapi kurang jago motret. Sepertinya saya lebih suka jadi fotografer saja daripada pakai baju adat begini.
Formasi lengkap
Saya dan teman-teman bergantian berfoto dengan 1000 gaya. Mana mereka menggunakan pakaian berpasang-pasangan. Saya agak males berfoto begitu, inginnya langsung selesai saja. Hujan mulai turun rintik-rintik dan kami pun masuk istana untuk berganti pakaian. Duh lega rasanya untuk tidak menggunakan suntiang yang sudah mulai miring ke kiri dan ke kanan.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Istana Silinduang Bulan. Sayang saking derasnya hujan, saya tidak turun sama sekali. Beberapa teman ada yang membawa payung, sedangkan saya malas kalau sepatu harus basah lagi. Akhirnya saya menunggu di dalam mobil saja. Teman-teman juga tidak terlalu lama disana karena agak kesulitan berfoto sambil pakai payung. Akhirnya mereka naik kembali ke mobil dan kita melanjutkan perjalanan. Shinta sempat mengajak kami untuk melihat prasasti, tapi karena masih hujan dan sudah dekat waktunya berbuka puasa, maka kami tidak kesana. Rasanya sudah terlalu banyak tempat yang kita kunjungi hari itu, sudah kehabisan tenaga, dan butuh nasi padang juga teh manis panas.

Nanti saya akan menceritakan suasana buka puasa ya. Sampai jumpa!

2 comments:

Indah Primadona mengatakan...

dulu waktu ke istana Pagaruyung tempat sewa bajunya tutup, jadi gak nyoba deh, padahal pengen foto ala-ala penganten minang ^^

Meutia Halida Khairani mengatakan...

dan makeup harus tebal yakkk hahaha

Follow me

My Trip