Mei 30, 2021

Kontrol Setelah Lebaran

Kawat gigi biasanya sangat amburadul setelah Lebaran. Kenapa? Pastilah karena terlalu banyak makan. Padahal selama bulan Ramadhan, saya selalu memakai karet elastis agar posisi rahang tepat di tengah dan celah gigi bisa cepat tertutup. Sayangnya memang tulang gigi saya ini sangat sulit di kondisikan sehingga baru berhenti pakai karet elastis beberapa hari aja langsung gigi bisa bercelah lagi. Lagian, agak susah kalau makan daging dengan memakai karet gigi, pasti nyangkut. Kalau mau buka terus pasang lagi agak ribet, apalagi kerjaan di rumah ketika lebaran udah sampai membuat saya encok. Huff!

Klinik gigi
Orthodentist memeriksa gigi dan akhirnya mengikat semua gigi saya dengan kawat sampai sangat kencang. Saya jadi susah membuka mulut. Dokter bilang, dua geraham saya mau dimajukan dulu agar lebih mempercepat celah gigi merapat. Kalau mau pakai sisa karet elastis boleh saja, tapi ikatan kawat gigi ini sudah sangat kencang jadi saya hanya pakai sesekali saja. Masih ada celah diantara gigi taring dan gigi seri, walaupun hanya kecil. Ntah kenapa celah ini lamaaaa sekali rapatnya😩.
Kondisi gigi
Tidak ada saran yang terlalu signifikan untuk perubahan susunan gigi saya pada hari itu. Menurut saya, deretan gigi masih sama saja, agak miring ke sisi kanan. Ya sudahlah, kita bersabar saja sampai dua celah gigi ini bisa merapat, baru nantinya akan dibenarkan lagi struktur gigi secara horizontal.

Biaya APD Rp. 75,000
Charge Pasien Lama Rp. 40,000
Kontrol Ortho Emergency Shappire Rp. 275,000

Mei 18, 2021

Family Trip to Takengon

Akhirnya setelah puluhan purnama, keluarga kami punya rencana juga untuk ngetrip bareng. Biasanya Mama yang susah banget diajak, sedangkan anak-anaknya dan cucu-cucunya semua bersemangat sekali. Ngetrip sekeluarga itu merupakan quality time yang bikin kita semua semakin akrab. Apalagi saya jarang pulang ke Aceh.

Setelah membujuk Mama berkali-kali, akhirnya kami jadi pergi juga ke Takengon, Aceh Tengah. Karena memang kota ini yang paling dekat dengan rumah Mama. Hanya sekitar 2 jam saja. Perjalanan juga sangat menyenangkan karena pemandangan di sisi kiri dan kanan sangat indah. Ditambah pegunungan yang berbaris-baris dan bunga yang bermekaran seperti sedang berada di luar negeri.
Pemandangan indah
Karena sudah siang, kami kemudian makan di Rumah Makan Sahabat Baru yang terkenal dengan kelezatan ikan depik yang dipancing langsung dari Danau Laut Tawar. Rumah Makan ini ada lebih dari satu dan berlokasi di Pasar. Kalian bisa memilih RM mana saja untuk menikmati ikan depik yang digoreng garing dan disajikan dengan sambal kecap, so yummy! 🤤 Harganya juga murah, tapi saya lupa berapa.
Ikan depik
Setelah makan siang, kami check in dulu ke Hotel Parkside Gayo Petro. Saat itu, hanya hotel bintang 4 ini yang menghadap langsung ke Danau Laut Tawar. Semula kami ingin menginap di sebuah resort seperti saung, tapi katanya sarapan malah dikasih nasi padang😅. Itu sarapan apa makan siang? Belum lagi resort tersebut selalu penuh. Saya memilih hotel ini karena ingin sekalian menerbangkan drone untuk mengambil foto dari atas di rooftop-nya. Maklumlah, baru beli dronee, jadi semuanya ingin difoto😆.
Lobi Parkside Hotel
Setelah check in untuk menaruh barang, saya dan keluarga naik ke lantai paling atas hotel untuk main drone. Ternyata bukan hanya saya saja yang main drone disini, tapi memang ada beberapa orang membawa drone DJI dengan berbagai macam tipe. Saya mulai menerbangkan drone dengan jarak tempuh hanya 2 km. Saking besar dan luasnya danau ini, drone saya tidak bisa mencakup seluruh danau.
Foto dari Rooftop
Masya Allah
Perumahan
Saya merekam dan mengambil gambar dari atas sampai sore hari. Angin semakin besar dan jilbab saya sampai terbang. Akhirnya kami menyudahi bermain drone dan berencana untuk berfoto menggunakan kamera Fujifilm di pinggir danau. Saya dan keluarga berpindah ke pinggir danau yang berjarak sekitar 20 menit dengan mengendarai mobil. Langit mendung dan mulai turun hujan rintik-rintik membuat suasana jadi lebih romantis. Saya meminta tolong adik untuk memotret saya dengan latar belakang danau dan pondok nelayan ditengahnya. Masya Allah, pemandangan yang sangat menentramkan hati.
Foto dengan latar pemandangan danau laut tawar
Danau
Kami kurang leluasa mengambil foto dipinggir danau karena mengakibatkan kemacetan panjang. Jadilah agak buru-buru. Setelah berfoto, saya dan keluarga berpikir untuk berkeliling mengitari danau dan sebenarnya ini adalah rencana yang kurang bagus. Dengan hujan yang semakin deras, macet, membuat waktu berkeliling menjadi 2 jam. Lama sekali! Bahkan keponakan saya sampai bosan dan berkali-kali bertanya kapan sampai kota? Ditambah lagi hujan sangat deras membuat kita tidak bisa menikmati pemandangan. Saya bahkan sampai melihat Google Maps berkali-kali, berapa jauh lagi sampai ke kota lagi?

Sesampai kembali di kota, kami sekeluarga sudah lapar. Berhubung sudah agak malam, banyak resto yang sudah tutup sehingga kita harus mampir di beberapa resto. Akhirnya kami mampir ke Gegarang Resto untuk makan berbagai makanan laut seperti ikan bakar, cumi, dan udang. Saya tidak sempat mengambil foto karena sudah sangat kelaparan.

Setelah makan, kami kembali ke hotel untuk beristirahat.

Besok paginya, udara di Takengon sangat dingin bahkan sampai 15 derajat. Saya keluar kamar menuju restoran hotel tanpa menggunakan jaket, sengaja ingin menikmati udara yang sejuk. Rasanya seru banget sarapan di resto bersama keluarga karena hal ini sangat jarang saya lakukan. Biasanya selalu bersama teman-teman.
Restoran hotel
Sekitar jam 11 siang, kami pun pulang ke Bireun. Tidak lupa mampir ke pasar untuk belanja buah seperti alpukat dan nanas untuk dibawa pulang. Buah-buahan di dataran tinggi memang berukuran besar, manis, dan murah. Jadi bisa memborong banyak untuk dibawa pulang ke rumah Mama.
Alpukat
Nanas
Di perjalanan pulang, kami sempat mampir ke sebuah Cafe yang sedang hits dikalangan anak muda bernama Seladang. Kita bisa menikmati sensasi minum kopi langsung di kebun kopi. Saya sangat antusias datang kesini, tapi ternyata hanya sedikit saung yang disediakan untuk minum kopi. Mungkin karena tempat ini sebenarnya memang fokus pada lahan perkebunan kopu, jadi saung-saungnya juga terbatas. Bahkan ada rumah warga didalam cafe.
Cafe
Saung
Menu makanan dan minuman kebanyakan hanya berupa cemilan dan bukan makanan berat. Kami hanya memesan pisang goreng, singkong goreng, dan berbagai jenis sajian kopi. Uniknya, sambal untuk mencocol gorengan juga dicampurkan kopi (sambal kopi). Untuk orang yang tidak doyan kopi seperti saya, sambal kopi itu sangat aneh rasanya😵. Tapi mungkin banyak juga orang yang suka.
Gorengan dan sambal kopi
Berfoto di ladang kopi
Hujan turun dengan deras di kebun kopi Seladang, membuat sajian gorengan dan kopi panas jadi lebih nikmat. Setelah reda, kami pun pulang ke Kabupaten Bireun. Family trip kali ini sangat berkesan, walaupun hanya dua hari satu malam. Yang penting bisa memupuk kebersamaan kita semua.

Mungkin postingan saya tentang Aceh Tengah agak singkat, karena memang kabupaten ini pernah saya tuliskan secara detail di https://www.meutiadiary.com/2017/02/dataran-tinggi-gayo.html beberapa tahun yang lalu. Semoga bisa membuat kalian tergerak untuk berkunjung ke Aceh ya. Sampai jumpa!

Mei 12, 2021

Idul Fitri 1442 H

Alhamdulillah akhirnya bisa pulang mudik di tanggal 29 April 2021 kemarin. Sengaja pulang lebih awal  untuk menghindari pembatasan mudik di tanggal 6 Mei 2021 - 17 Mei 2021. Sempat was-was juga dengan peraturan pengetatan dari tanggal 22 Apr 2021, karena sudah beli tiket pulang ke Aceh dan udah belanja oleh-oleh terlalu banyak, hahaha🤣.

Saya akan menuliskan beberapa cerita di Ramadhan tahun ini yang agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

1. Di rumah rame

Mungkin beberapa tahun yang lalu, rumah saya memang sering rame kalau bulan Ramadhan. Biasanya teman-teman yang masih ngekos suka ngumpul di rumah saya untuk sekedar sahur dan buka bersama. Kami biasanya masak bareng, lalu makan bareng juga.

Sejak sudah mulai berkantor di Rancupid yang biasanya kita masuk juga di Ramadhan, jadi udah nggak pernah ada temen-temen nebeng di rumah. Apalagi tahun lalu ketika pandemi baru terjadi di negara kita, saya hanya sendiri saja. Mana nggak bisa pulang kampung. Untungnya punya tetangga yang baik yang selalu berkirim makanan enak sampai saya terkadang nggak usah masak di rumah.

Tahun ini ada Baitil yang ngekost di rumah dengan uang kosan adalah coklat seplastik🤣. Tau aja ibu kostnya suka banget makan coklat. Dia baru pulang dari Penajam (ibu kota baru) dan transit dulu di Depok untuk mengurusi surat-surat Kedokteran di UI. Lalu ada Farah, keponakan yang umurnya cuma beda sedikit dengan tantenya yang juga sedang mengurusi beasiswa kedokteran UI. Lucu juga ada Farah, berasa punya anak gadis karena manja juga dia sama tantenya. Yang nebeng di rumah semua lulusan UI kedokteran. Lumayan banyak dokter pribadi, hahaha. Alhamdulillah saya jarang sakit.

2. Ke Sumatra Barat dan Riau

Ini pertama kalinya saya merencanakan jalan-jalan di bulan Ramadhan. Biasanya saya memaksimalkan Ramadhan to the fullest karena memang bagi saya bulan ini kesempatan untuk belajar agama lagi, khatam Qur'an, memperbanyak shalat, mengulang hafalan Al-Qur'an, dan melakukan ibadah lainnya. Tapi untuk bersafar? Bagaimana dengan ijin ke Mama? Untung ada Baitil dan Rezki yang menemani karena Mama pasti nggak mengijinkan saya pergi dengan teman baru. 

Masjid Raya Sumatra Barat
Sebenarnya melakukan safar itu juga pahalanya banyak dan ada tantangan tersendiri. Mumpung awal-awal saya masih menstruasi, jadi bisa mencoba menyesuaikan diri dulu sebelum harus puasa beneran. Saat ijin dari Mama sudah dikantongi (tinggal disogok oleh-oleh mukenah dari Bukittinggi😛), akhirnya kami terbang ke Padang jam 7 pagi menggunakan Citilink. Ngantuk banget sih, tapi 'kan saya nggak puasa jadi masih lebih santai.

Ternyata seru juga Ramadhan di kota orang (nanti akan saya post cerita lengkapnya). Kita bisa terus buka buasa bareng-bareng, lalu mampir ke Masjid Raya Sumatra Barat yang indah sekali. Nambah teman baru juga dan waktu terasa begitu cepat. Tiba-tiba aja udah waktunya berbuka puasa. Kebayang sewaktu harus menuruni tembok China dengan cuaca sangat terik, lagi puasa pulak, OMG🥵! Setelah buka puasa pun, saya masih harus nyari cemilan karena belum kenyang.

Tapi yang namanya jalan-jalan pasti menguras tenaga. Kadang malam-malam udah capek banget mau tarawehan lagi, tapi tetap saya usahakan untuk tidak meninggalkan taraweh dan tahajjud. Nah yang paling susah untuk tadarus (mengaji) dan muroja'ah (mengulang hafalan Al-Qur'an). Udah keburu ngantuk duluan. Baru buka Qur'an udah ketiduran. Untungnya udah curi start juga dari sebelum Ramadhan untuk mengantisipasi kalau nggak sempat mengaji. Setelah jalan-jalan dan kembali ke Depok, jadi harus ngebut untuk khatam walaupun pada akhirnya dapat mens (lagi) dan sisa beberapa juz sebelum khatam. Yang penting sudah berusaha.

3. Belanja

Sudah berapa tahun nggak hunting baju lebaran apalagi ke Tanah Abang yang pasti penuh banget. Tahun ini malah belanja mukenah di Bukittinggi dan serunya masih seperti ketika pergi ke Tanah Abang. Untung belanja bareng Baitil dan Rezki, yang sama-sama orang Aceh. Jadi bisa merasakan lagi keseruan menawar barang, mencoba barang, memilih warna, dan mencocokkannya. Kita di satu butik aja bisa 2 jam saking serunya, dan berhasil memborong banyak belanjaan. Untung juga butik sepi, jadi nggak usah terlalu berpikir untuk social distancing. Semoga teman-teman yang menunggu di mobil nggak ngambek, hihihi😬.

Dipilih-dipilih mukenahnya
Barang belanjaan kita

Saya juga belanja banyak cemilan untuk oleh-oleh keluarga di kampung. Saking banyaknya barang yang dibeli, sebagian harus saya kirimkan via cargo karena pasti kalau pakai pesawat bisa over baggage. Jiwa belanja saya kembali datang di Ramadhan ini dan jadi heran sendiri melihat setiap hari datang paket ke rumah.

4. Buka Bersama

Sepertinya Ramadhan tahun ini saya tidak pernah sama sekali buka puasa sendirian, Alhamdulillah! Selalu bareng teman-teman, ntah itu di rumah, lagi di Sumatra Barat atau Riau, atau memang merencanakan buka puasa bersama di Mall atau di Hotel. Suasana sudah sangat berbeda dari tahun lalu, walaupun masih dalam suasana pandemi.

With my Rancupid
Bersama teman-teman di Sumatra Barat

Baru kali ini juga selama 6 hari berturut-turut saya buka puasa dengan Nasi Padang atau menu Melayu yang notabene banyak kuah kari, minuman manis, dan menu kolesterol lainnya😮. Padahal sudah hampir setahun saya makannya cuma panggang, rebus, dan gorengan sesekali aja. Eh, dihajar di bulan puasa tahun ini. Nggak apa-apa deh, yang penting seru. Apalagi bareng teman-teman ketika ngetrip. Jadi pengalaman baru juga.

Menu super mantap untuk buka puasa

5. Ramadhan di Aceh

Hal yang paling saya rindukan adalah menghabiskan Ramadhan di Aceh. Saya rindu shalat taraweh di masjid yang berganti-ganti (Mosques Hopping) bersama keluarga. Saya rindu juga suara tadarus yang terdengar setiap malam dari semua masjid, rindu makanan untuk berbuka, rindu keluyuran setelah shalat taraweh, rindu pesantren kilat, rindu semuanya. Makanya saya merencanakan pulang lebih awal agar bisa merasakan semua suasana itu. 

Apalagi di suasana mau dekat lebaran dimana Mama sibuk menyuruh saya membantunya bikin kue kering, masak rendang dan lontong, dan sebagainya. Sudah lama saya tidak sibuk di dapur. Biasanya di Depok semua sudah bisa dipesan atau diurusin. Tapi membantu Mama di dapur memang ada keasyikan tersendiri apalagi mau lebaran. Belum lagi harus mengiris bawang, cabe merah, cabe hijau, dalam jumlah sekilo. Kebayang tangan jadi pedes dan mata perih. Saya mengiris sambil menangis (bukan teringat mantan ya😅). Sampai akhirnya semua menu Lebaran berhasil dimasak.

Nastar oteweee

Touco otewee

Akhir kata, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Mohon maaf lahir dan batin🙏.

Taqabalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum wa ja’alna minal ‘aidin wal faizin.

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ وَجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِين وَالْفَائِزِين

"Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan (amal) dari kalian, puasa kami dan puasa kalian. Dan Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dalam melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah)."

Selamat makan rendang

Follow me

My Trip