Sempat hampir lupa mau daftar vaksin kedua, eh tau-tau tanggalnya udah deket😅. Saya coba daftar via aplikasi Halodoc, tapi kok disuruh masukin kode voucher gitu. Saya kira aplikasinya error, jadinya saya install aplikasi JAKI agar bisa mendaftar dan malah lebih gampang. Saya tinggal masukkan nama, no KTP, dan no Hp, langsung keluar jadwal vaksin kedua di Pejaten Village juga.
Sejak PPKM hari pertama, saya tidak pernah sama sekali naik kereta lagi. Agak malas mengurus Surat Tanda Registrasi Pekerja (STRP) walaupun sebenarnya bisnis Rancupid termasuk ekspor. Selain karena nggak perlu-perlu amat juga ke Jakarta, saya memang memilih untuk tinggal di rumah saja untuk menghindari virus Corona. Malah jadi suka masak berat. Semua resep di coba🍲.
Saya naik Grabbike ke Stasiun Depok seperti biasa. Sebenarnya agak ragu mau bawa dokumen apa, tapi setelah saya lihat di instagram Commuterline, kalau mau vaksin tinggal tunjukkan bukti pendaftaran saja kepada polisi yang berjaga di meja administrasi, lalu langsung disuruh masuk. Semudah itu. Bahkan nggak diminta sertifikat vaksin pertama.
 |
Stasiun Depok Lama di masa PPKM |
Suasana di stasiun Depok Lama sebenarnya nggak sepi-sepi amat. Di kereta aja saya masih berdiri. Memang masih sangat ramai orang yang harus bekerja ditengah lonjakan kasus COVID19. Saya turun di stasiun Pasar Minggu karena Rezki sudah menunggu disana. Kami kemudian memesan Grabcar menuju Pejaten Village.
 |
Sepi dan gelap |
Sesampai di Pejaten, kami harus mendaftar dulu di lantai dasar. Mall ini gelap sekali karena selain gerai makanan yang cuma bisa take away, semua toko tutup. Sedih rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Karena menggunakan aplikasi JAKI, kita dapat antrian cepat. Saya no. 22 dan Rezki no. 23. Kita naik ke lantai 3, lalu duduk menunggu sekitar 30 menit, bahkan sempat ada senam peregangan dulu khusus untuk orang-orang yang sudah menunggu dari tadi pagi. Saya ikut aja sih senamnya. Gerakannya mirip senam SKJ yang biasa dilakukan di pagi hari sebelum masuk sekolah dulu.
 |
No. antrian |
Sampai akhirnya no. antrian kita dipanggil. Rezki sempat pesan Puyo dulu, tapi nggak jadi di makan karena antriannya sudah dipanggil. Proses daftar ulang pun sangat cepat, lalu petugas yang tensi darah, melakukan screening, semuanya cepat. Berbeda sekali ketika vaksin pertama dimana yang tensi darah dan yang screening cuma dua orang. Kami waktu itu mengantri sampai berjam-jam. Hufff!
Tidak lama kemudian, tiba giliran saya untuk disuntik vaksin. Kali ini saya lebih pasrah, nggak difoto juga. Saya singsingkan lengan baju, memejamkan mata, lalu disuntik💉. Duhhhhh sakittttt😵😵😵!!! Walaupun hanya beberapa detik, tapi memang proses penyuntikan💉 bagi saya sangat menegangkan. Setelah disuntik, saya mengumpulkan kertas ke meja observasi, lalu pergi ke konter puyo untuk makan. Pengen makan yang manis-manis biar terlupakan rasa sakitnya disuntik. Karena nggak bisa dine in, jadi kita duduk lesehan di lorong menuju lift untuk makan Puyo. Makan pudding beginian sih mana mungkin lama, paling juga cuma beberapa menit.
 |
Puyo |
Selesai makan, kami menunggu kartu vaksinasi di cetak. Ntah kenapa kali ini lengan saya sama sekali nggak sakit. Waktu vaksin pertama malah terasa ngilu, sakit, dan nyut-nyutan. Alhamdulillah ketika observasi memang tidak ada sama sekali gejala apa pun, sehingga setelah kartu di print, kami malah lanjut jalan-jalan ke kosan Mbak Ummi.
 |
Selesai |
Baiklah, vaksin pertama dan kedua selesai. Semoga negara kita tercinta segera terbentuk kekebalan kelompok. Semoga pandemi segera usai, dan kita semua bisa beraktifitas dengan leluasa tanpa perlu masker lagi, aamiinnnn🤲. Kasihan teman-teman yang sudah 2 tahun sama sekali tidak kemana-mana. Saya masih mending udah pergi kesana-kesini, tapi tidak semua orang bisa merasakan hal yang sama 'kan?
Yuk segera vaksin dan terus berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala agar pandemi segera berakhir. Aaminnn ya Allah🤲.
0 comments:
Posting Komentar