Januari 28, 2022

Pindah

Sudah diputuskan, meskipun tiba-tiba. Memikirkannya saja sudah sejak bulan November 2021, saat hati dan pikiran sangat berkecamuk. Sudah berdiskusi dengan beberapa orang, yang paham, atau pun yang tidak paham. Yang memberi masukan, atau pun yang malah memperkeruh suasana. Semua sudah menjadi bahan pertimbangan saya.
Good bye👋
Kantor di Tebet umurnya sudah hampir 4 tahun. Suka duka kita ada di ruko dua lantai itu. Teringat dulu, ketika pindah ke kantor ini, semua teman diundang untuk mengucap syukur dan berbuka puasa bersama. Ada banyak cerita di dalamnya, mulai dari kita kemalingan, bokek, duit kembali melimpah, pandemi, dan segala macam hal yang tidak bisa diceritakan satu demi satu karena memang membuat saya sedih😢. Dari sisi karyawan, mungkin mereka sedih dirumahkan, sedangkan dari sisi atasan, justru saya jauh lebih sedih lagi. Saya bahkan tidak bisa terlalu berekspresi, karena harus terus menjaga emosional para karyawan sampai saat terakhir. Tapi, apakah mereka pernah memikirkan perasaan saya?
Barang-barang kantor dipindahkan ke warehouse
Terima kasih untuk semua kenangan
Saya hanya bisa berdoa, semoga ini menjadi titik awal kebaikan, apa pun itu. Semoga Allah menggantikan dengan yang lebih baik. Semoga Allah memperlancar semua rencana-rencana yang sudah saya buat sampai akhir tahun 2022 ini, aamiin🤲. Saya tidak bisa menulis terlalu banyak karena hati ini sedang hancur💔.

Januari 27, 2022

Operasi Pembukaan Gusi di OMDC

Duh dari judul blognya aja udah serem ya😰, tapi ternyata tidak seseram itu. Teringat dulu ketika harus operasi pemotongan tulang (Alveolectomy) yang sudah saya tulis (klik aja linknya), sungguh sangat menyeramkan. Mungkin karena dulu saya belum makan, sehingga tenaga saya untuk menjalankan operasi sangat berkurang. Belum lagi rasanya mulut diobok-obok dan penuh darah. Mengingatnya saja masih membuat takut😭.

Sebelum operasi, saya sudah makan banyak agar punya tenaga. Saya juga mempersiapkan mental kalau ini operasinya tidak seseram dulu. Walaupun pada akhirnya tetap takut sih, jadi saya menonton video-video training saja selagi menunggu antrian operasi agar membuat otak saya berkonsentrasi pada hal lain. Oh ya, sejak minggu ini, OMDC kembali mewajibkan pasien untuk swab antigen terlebih dahulu sebelum melakukan seluruh perawatan gigi karena kasus Omicron yang semakin menaik.

Giliran saya akhirnya tiba. Saya langsung deg-degan berhadapan dengan drg. Riko. Dokter berkali-kali mengingatkan saya untuk tidak takut karena ini bukan operasi yang kompleks dan tidak ada proses jahit-menjahit, sehingga saya tidak perlu merasakan rasa sakit yang berkepanjangan. Dokter menjelaskan, dari konsultasi ke drg. Chandra (Orthodentist) hasilnya adalah potong semua gusi atas. Mendengarkannya saja saya mendadak hampir pingsan. Ngeri sekaliiii😱! Tapi dokter berkali-kali bilang, nggak perlu takut. 
"Dr. Chandra bilang kalau gusinya tidak dipotong, nanti setelah buka behelnya ada kemungkinan relaps."
"Apa itu relaps?"
"Gigi akan kembali jarang dalam waktu singkat."
"Trus tulang-tulang gigi saya 'gimana?"
"Sebenarnya memang banyak tulang yang menonjol, tapi dr. Chandra bilang gusi saja yang dipotong. Ya saya ikut saja karena dr. Chandra kan spesialisasinya memang di Ortho (tulang)."

Dokter lalu menjelaskan kalau gusi saya akan dibuka, lalu dipotong, kemudian ditutup lagi. Semua proses akan dimulai setelah biusnya bereaksi. "Saya akan melakukan banyak pembiusan diawal secara perlahan-lahan supaya nggak sakit sama sekali." Saya kemudian menanda-tangani dokumen untuk melakukan operasi, lalu tiduran di kursi dokter gigi untuk di tensi darah terlebih dahulu. Semua normal, alhamdulillah.

Dokter mulai melakukan bius dan menyuruh untuk rileks karena detak jantung saya sampai terasa di tangan dokter. Proses bius itu sakit juga sih, makanya saya takut. Ya bayangkan tulang-tulang di suntik, pasti ngilu banget, ugh😩! Periodontist kemudian mengambil beberapa pisau dan menyentuh ke gusi saya terlebih dahulu untuk memastikan apakah masih terasa atau sudah kebas. Alhamdulillah sudah aman sih, saya sudah tidak merasa apa pun lagi di seluruh gigi atas.
Operasi dimulai
Dokter mulai memotong-motong dan membuka gusi saya. Jujur aja saya nggak tau sih diapain gusinya karena saya hanya tiduran saja. Beberapa kali selfi untuk dokumentasi blog. Saya juga sudah tidak terlalu deg-degan karena memang tidak se-mengerikan itu. Masih bisa balas Whatsapp juga.
Gusi dipotong
Sekitar 40 menit kemudian, selesailah operasi saya. Sepertinya tidak banyak darah yang keluar. Hanya saja saya jadi merasa aneh dibagian area kumis. Seperti kempot 'gitu, seolah-olah ada yang hilang. Ya iyalah, seluruh otot gusi sudah diambil. Rasa nyeri pun mulai datang tapi saya masih sanggup tahan. Mungkin biusnya masih ada walaupun sudah berkurang. Saya lalu bercermin dan agak syok melihat gigi sudah lebih ke atas dan gusi sisi sebelah kanan paling banyak menghilang, waduh😱!

Alhamdulillah operasi selesai dan saya masih sehat-sehat saja. Nggak nangis juga, hahaha. Teringat dulu sewaktu operasi tulang, saya nangis di klinik OMDC sampai dokternya bingung kok saya nangisnya telat? "Ya kalau saya nangis pas dokter bekerja, nanti dokter nggak bisa kerja," kata saya dulu ke Spesialis Bedah Mulut. Drg. Riko menyarankan saya untuk kontrol 2 minggu lagi, baru setelah itu boleh lepas behel. Saya juga tidak boleh makan dan minum yang panas-panas juga yang pedas-pedas karena akan memicu rasa nyeri di gusi. Jadi nggak sabar 2 minggu lagi supaya bisa buka behel segera.
Otot gusi sudah hilang setengah
Pasca operasi, saya jadi susah mengunyah pakai gigi atas karena rasanya ngilu sekali. Jadilah saya mengunyah pakai gigi geraham dan proses makan jadi lamaaa. Kalau nggak makan susah juga nanti nggak bisa minum obat. Setelah pulang dari klinik, saya makan, minum obat, lalu tidur. Kemudian saya bangun, kerja sebentar, lalu makan, minum obat lagi, dan ngantuk lagi. Akhirnya tidur sampai pagi. Hari ini sih saya sudah lebih bisa mengunyah. Postingan blog ini saya tuliskan seraya sarapan bubur dan semua rasa ngilu sudah jauh berkurang. Mungkin efek obat. Doakan ya, semoga Perfect Smile saya segera terwujud tahun ini. Aamiin🤲!

Service Charge Pasien Lama Rp. 40,000
APD Rp. 95,000
Open Flap Debridement / Regio Specialist Rp. 1,500,000
Crown Lengthening (seluruh gusi gigi atas) Rp. 2,000,000
Lincomycin 300 Mg Rp. 45,000 (15 tablets antibiotik)
Dexametasone 0,5mg Rp. 50,000 (10 tablets)
Sumagesic Rp. 30,000 (10 tablets)

Januari 22, 2022

Operasi Ditunda

Hari ini saya sudah sarapan yang banyak, bikin telur rebus, minum teh susu, lalu makan bubur ayam ditambah telur puyuh di warung tenda dekat stasiun Depok Lama. Makan sebanyak ini sebagai persiapan saya mau operasi gusi/tulang gusi. Sebenarnya agak khawatir karena saya lagi menstruasi hari kedua jadi sakit pinggang, darahnya masih banyak, dan lemas. Untung asam lambung masih terkontrol, jadi saya nggak mual-mual. Saya harus sering-sering mengatur napas agar tidak pusing juga karena anemia.

Sesampai di OMDC, saya daftar ulang dan tidak lama kemudian saya masuk ke ruangan dr. Riko. Beliau adalah spesialis Periodonsia (spesialis di jaringan pendukung gigi). Wah, saya baru dengar ada spesialis ini. Saya konsultasi tentang permasalahan gigi saya yang ketika pakai kawat gigi, sudah 5 tahun, tapi indikator kawatnya di sebelah kanan secara horizontal tidak lurus juga. Dokter kemudian membaca Medical Record saya karena saya bilang dulu pernah dioperasi juga oleh spesialis Bedah Mulut (dr. Arbi). Dokternya butuh hasil rotgen saya, tapi sudah dicari-cari nggak ketemu. Jadi bingung ini mau digimanain gigi saya. Mana dr. Riko nggak bisa membaca tulisan dr. Arbi lagi.
"Ini apa ya tulisannya? Saya bingung bacanya."
"Bukannya semua tulisan dokter itu begitu ya, jelek🤣."
"Enak aja, tulisan saya bagus tauk!"
"Tapi kan ada istilahnya 'tulisan dokter'." Saya masih ngakak.
Dokter Riko pun ikut-ikutan ngakak. Sampai panggil perawat untuk bertanya, "Ini apa ya tulisannya?" Dan perawat pun nggak bisa baca😂.

Akhirnya gigi dan gusi saya diperiksa. Dokter bertanya apakah dulu saya ada dijahit apa nggak, dan saya jawab ada. "Berarti kalau begitu yang dipotong adalah tulang."
Saya kemudian bilang, "Apa kita scan ulang aja dok? Kan terakhir scan itu November 2020."
Dokter Riko setuju, "Iyalah biar lebih pasti. Nanti berikan saya waktu untuk membaca hasil scan kamu ya. Jadi kita nggak bisa tindakan hari ini. Rabu mungkin." Duh, kalau Rabu operasi, Kamis harus ngantor dalam kondisi mulut bengkak, aneh sekaliiii😰. Belum lagi hari Sabtu mau ke Medan, nanti saya nggak bisa makan enak karena gusi banyak jahitan.
"Tapi kata dr. Chandra (Orthodentist) saya mau lepas kawat gigi hari selasa."
"Oh nggak bisa. Harus operasi dulu, masa penyembuhan dulu 2 minggu, kontrol dulu ke saya, baru bisa buka kawat gigi."
Saya langsung teringat kalau harus ke Amrik akhir Februari, gigi harus sudah sembuh dan kawat dilepas nih. Tapi saya prioritasin gigi dulu agar semuanya beres dan bisa aman ke Amrik. Setelah keluar dari ruangan dr. Riko, saya minta dijadwalkan ulang operasi dan kontrol gigi agar keburu selesai semua sebelum saya ke Amrik. Untung adminnya sangat kooperatif sehingga semua jadwal saya bisa diatur.

Saya kemudian pergi ke OK Dental Klinik di Jalan Wijaya untuk 3D CBCT Scan. Teringat dulu membayar Rp. 500,000, sekarang sudah naik menjadi Rp. 650,000 (harga khusus rujukan dokter gigi). Proses scan sampai bayar hanya membutuhkan waktu 15 menit. Saya kemudian kembali lagi ke OMDC untuk kontrol ke Orthodentist. Mau pulang ke rumah udah nanggung karena jadwal Orthodentist jam 3, sedangkan sekarang sudah jam setengah dua. Saya menunggu sekitar 1,5 jam lebih sambil menonton video sampai akhirnya nama saya dipanggil untuk konsultasi ke dr. Chandra.

Saya bercerita semua yang dikatakan dr. Riko ke dr. Chandra, kalau kawat nggak bisa dibuka buru-buru sampai dr. Riko bilang kondisi gigi sudah membaik dan kawat bisa dilepas. Dr. Chandra oke-oke saja, mungkin karena tugas beliau di gigi saya sudah selesai sih. Jadi hari ini kami hanya kontrol bisa, ganti karet gigi, dan mengencangkan gigi dengan memelintir kawatnya. Prosesnya berlangsung hanya 15 menit dan kontrol selesai. Selanjutnya agenda saya dengan Orthodentist hanya lepas kawat gigi dan menunggu instruksi dr. Riko saja.
Udah lurus nggak sih?
Tulang lebih
Kalau dilihat dari foto diatas, ntah kenapa indikator kawat gigi saya malah lebih lurus dari sebelumnya. Kalau mau melihat lebih dekat, memang ada miringnya tapi pasti orang-orang nggak sadar kalau gigi saya miring. Ntah karena selama sebulan kemarin saya belajar mengunyah secara seimbang, lebih banyak di kanan daripada kiri agar gigi disebalah kanan bisa lebih naik. Tapi ntahlah, semoga hari Rabu nanti ada pencerahan dari dr. Riko. Doakan yang terbaik ya teman-teman. Kalau memang harus operasi, semoga lancar dan nggak sakit, serta pemulihannya cepat. Aamiin🤲.

3D CBCT Scan Rp. 650,000
Biaya APD Rp. 75,000
Charge Pasien Lama Rp. 40,000
Kontrol Ortho Emergency Shappire Rp. 275,000

Januari 17, 2022

Mixed Feeling

Hari ini perasaan sungguh nggak enak. Setelah meeting tadi siang, mendengarkan pendapat beberapa orang, suka atau pun tidak suka. Kemudian harus mengambil keputusan terberat yang pernah saya ambil, lalu kemudian menelepon beberapa orang juga dalam waktu yang lama. Rencana mau tidur siang, tapi malah kepala dipenuhi banyak hal. Saya kira bisa mengistirahatkan otak sejenak, tapi sulit.

Rasanya ingin langsung menuliskannya di blog, agar saya ingat rasanya yang nggak enak banget. Awal tahun, awal minggu, harusnya bahagia, tapi sedih, tapi ada yang bahagia juga, tapi tetap sedih. Ntahlah apa yang saya mau tuliskan karena sulit sekali mengungkapkannya dengan kata-kata.

Terkadang, kita memang harus melepaskan hal yang tidak membuat kita bahagia, meskipun kita sayang banget. Baru saja ingin menuliskan surat pernyataan, tapi nggak kuasa untuk mengetikkannya. Terlalu berat... Malah jadi nonton episode terakhir Layangan Putus yang bikin tambaahhh mixed feeling.
🙂😐🙁
Sebenarnya ada beberapa peluang baru juga datang di hari ini, bahkan jauh lebih besar lagi. Hanya saja, pundak ini seolah masih memikul beban sangat berat dan ingin melepaskannya sedikit demi sedikit dulu. Tapi bukankah hal ini yang saya mau? Melepaskan yang mengganjal, lalu pergi mengejar apa yang jadi impian saya. Dengan begitu sudah tidak ada lagi yang harus dipikirkan. Mau segera ke Amrik dan berlama-lama disana, atau pulang ke Aceh sebulan, atau sekedar menghabiskan waktu di Bandung, atau pun mencoba berbagai co-working space keren yang lagi hype saat ini. Semua sudah bisa segera dilakukan.

Satu sisi memang lega, tapi disisi lain sedih. Bahkan ada sisi dimana saya akhirnya bisa menghela napas panjang😮‍💨. Ingin rasanya bercerita kepada seseorang yang mau mendengarkan tapi tidak usah memberikan pendapat. Tapi ntahlah, semoga Allah subhanahu wata'ala menunjukkan jalan yang terbaik. Aamiin🤲.

Januari 09, 2022

Visa Amerika Serikat Disetujui

Alhamdulillah, penantian panjang ini berakhir. Ntah kenapa Visa Amerika seolah menjadi final boss dalam perjuangan saya selama 2021. Ini juga menjadi Visa pertama saya selama pandemi walaupun di awal tahun 2020 saya sempat memiliki Visa Taiwan tapi nggak jadi berangkat karena Taiwan menutup jalur masuk wisatawan ke negaranya. Di awal tahun 2021, jangankan mau ke Amrik, berpikir untuk ke luar negri aja enggak ada sama sekali. Kita memang punya rencana, dan Allah subhanahu wata'ala tau yang terbaik. Sekarang lihat, Visa sudah ada di tangan saya😍.
Kertas yang membuat saya melayang
Saya jadi ingin menceritakan prosesnya di blog sebagai acuan teman-teman yang ingin mengurusi Visa Amerika juga. Jujur saja, walaupun saya menjabat direktur utama di perusahaan, tapi saya tetap ragu bisa mendapatkan Visa karena saya masih sangat muda dan nanti malah pewawancara tidak percaya. Masa' sih anak muda bisa jadi direktur utama? Ketakutan-ketakutan seperti ini terus menghantui pikiran saya. Saya juga sempat membaca blog https://www.yodhi.me/thought/2020/5/25/pengalaman-wawancara-visa-amerika-serikat-agar-berhasil, dimana dia adalah seorang founder di perusahaan dan berniat ke Amerika karena harus mengunjungi perusahaan yang berencana akan berinvestasi di perusahaannya. Sayangnya  Mas Yodhi (penulis blog) tidak berhasil mendapatkan Visa di wawancara pertama, sehingga harus mengulang untuk kedua kalinya baru berhasil. Kalau dipikir-pikir seseorang yang paling berpengaruh di perusahaan pasti punya banyak uang. Tapi kenapa Visanya tetap bisa tidak di approved?🤔

Sebenarnya saya mengajukan Visa ini dalam kondisi bokek. Saya nggak bisa menunjukkan rekening koran selama 3 bulan karena memang nggak ada duitnya (suer!). Apalagi saya punya beberapa akun bank dan semuanya nggak ada duitnya. Jadi bingung mau melampirkan yang mana. Harap maklum ya, pengusaha itu duitnya beredar di antah berantah. Disini saya mulai overthinking, 'gimana nih nanti kalau ditanya duit di tabungan? Kemudian saya buka lagi link https://www.ustraveldocs.com/id_bi/id-niv-typeb1b2.asp yang menuliskan:
Dokumen pendukung
Saya bisa melampirkan slip gaji, pembayaran pajak, dan kepemilikan properti/bisnis/aset, lalu itinerary. Memang setelah saya baca-baca semua peraturan dan referensi dari website kedutaan AS, nggak ada yang menyuruh melampirkan bukti tabungan. Padahal ini menjadi hal besar untuk saya apalagi dulu pernah bertanya pada teman yang ingin mengurus Visa ke agen kalau harus ada uang Rp. 150 juta di rekening agar bisa lolos. Wow, banyak juga😮! Tapi balik lagi, nggak ada di peraturan resmi. Jadi kalau pun nanti diminta, saya hanya akan memperlihatkan slip gaji saja. Sempat bertanya pada teman-teman yang pernah wawancara Visa US, rekening koran (tabungan) sama sekali nggak diminta kok. (Problem Solved)

Selanjutnya apa tujuan ke US? Saya lumayan bingung mau bilang apa kalau ditanya tujuan. Bisa saja sih saya jawab holiday, tapi ini lagi masa pandemi COVID19, rasanya alasan liburan kurang kuat. Apalagi saya berencana pergi sendiri. Akhirnya saya bertanya pada Data Scientist di kantor bernama Satrio, ada event apa yang bisa saya jadikan referensi untuk ke US. Dia menjawab ada konferensi NFT yang akan mempengaruhi perkembangan teknologi ke depannya. Konferensi ini sangat relevan untuk perusahaan saya yang memang sebuah startup company dan mengekspor produk UMKM ke Amerika via Amazon.com menggunakan kontainer. Saya kemudian berdiskusi dengannya dan bertanya apakah saya bisa mendapatkan surat referensi juga? Satrio kemudian mengurus surat saya dan saya pun terdaftar dalam konferensi. (Problem Solved)

Saya kemudian mengajak Satrio untuk mengisi Form DS 160 di https://ceac.state.gov/GenNIV/Default.aspx sebagai salah satu persyaratan Visa. Ternyata isiannya super duper banyak dan sangat mendetail yang membuat saya dan Satrio lelah🥴. Bayangkan, kami zoom malam-malam sampai 2 jam hanya untuk berdiskusi mengisi form. Jangan lupa kalian harus selalu SAVE karena session di web ini gampang banget time out. Kayaknya baru mikir sebentar, udah time out aja. 

Akhirnya setelah 2 jam, kami selesai mengisi form. Selanjutnya kita harus membuat akun di web https://cgifederal.secure.force.com/applicanthome (Web CGI) untuk mendapatkan no. Virtual Account CIMB milik Kedutaan AS. Harga Visanya Rp. 2,4juta, mahal sekali😖😖😖. Untung kami punya rekening CIMB, jadi tinggal transfer aja saat itu juga. Setelah transfer, kita harus menunggu 1 x 24 jam (1 hari kerja) untuk akhirnya bisa memilih jadwal wawancara.

Besoknya saya iseng ngecek web CGI untuk melihat apakah saya sudah bisa memilih jadwal. Ternyata jadwal yang tersedia baru ada Maret 2022😱. Saya panik dan bilang ke Satrio lagi. Kami kemudian sampai nonton youtube bagaimana cara mendapatkan jadwal Visa dengan cepat. Ternyata kita hanya tinggal sering-sering ngecek web CGI untuk mendapatkan jadwal yang kita mau. Mungkin nantinya ada orang yang cancel. Kemudian suatu malam saya masuk lagi ke web CGI dan tersedia jadwal tanggal 20 Desember 2021😱. Bayangkan, saya mengisi form DS-160 tanggal 13 Desember 2021, eh jadwal interview 7 hari kemudian. Oh tidak😱! Akhirnya saya nggak ambil jadwal ini karena masih ingin menyiapkan hati dan mental. Saya skip jadwal itu dan baru tersedia lagi Maret 2022.

Selama beberapa hari kerjaan saya hanya mengecek web CGI apakah ada jadwal yang cocok. Saya sih ingin interview di Januari 2022. Tiba-tiba saya melihat ada jadwal 3 Januari 2022😱 dan saya skip juga. Masa' selesai tahun baruan saya harus stres menghadapi wawancara Visa. Saya bercerita ke beberapa teman dan mereka heran kenapa saya menunda terus. "Nanti malah nggak dapat-dapat jadwal, baru tau rasa lo nggak bisa ke US bulan Februari," kata seorang teman. Sebenarnya saya ingin wawancara bareng Satrio. Tapi melihat jadwal yang sangat random begini, sepertinya jadwal kita memang harus terpisah. Akhirnya saya memantapkan hati, lalu ngecek jadwal lagi dan muncul tanggal 5 Januari 2022. Ya elah apa bedanya 3 Januari dan 5 Januari?😂 Baiklah kali ini saya ambil jadwalnya. Setelah jadwal dikonfirmasi, perut langsung mules, pikiran mendadak pusing, mungkin saya langsung kena serangan stres😵‍💫.

Masih ada beberapa minggu lagi sampai hari H. Saya masih tidak mau terlalu memikirkan bagaimana interview nantinya. Sampai akhir Desember, keponakan menginap di rumah (namanya Farah), dan dia selalu menyemangati saya, "Ayo tante, semangat interviewnya!" Haduwh, memikirkan hal itu saya jadi mendadak nggak enak badan😵‍💫. Saya dan Farah masih jalan-jalan sampai tanggal 2 Januari 2022. Setelahnya saya mau belajar. Saya mulai browsing ada tempat apa saja di Minneapolis yang bisa saya datangi, lalu penginapan di AirBnb. Setelah saya membuat itinerary di Minneapolis, saya mulai browsing tentang New York. Jujur aja saya bingung mau kemana dan ngapain, sehingga yang saya tulis di itinerary hanya tempat-tempat mainstream seperti New York Public Library, The Metropolitan Museum of Art, Statue of Liberty, dan lainnya. Saya mengerjakan itinerary sampai tengah malam sambil menemani Farah zoom meeting dengan kakak kelasnya. Saya juga membooking hotel di Minneapolis sesuai dengan yang saya isi di form DS-160 sekedar kalau nanti ditanya. Jangan lupa kalau booking hotel harus yang refundable ya. Tingkat stres saya sepertinya bertambah karena perut mulai kembung dan mules hari demi hari😵‍💫. Saya menelepon Mama minta doa dan Mama juga heran kenapa saya se-stres itu. Padahal semua persyaratan bisa saya penuhi dan semua dokumen saya bisa tunjukkan. Trus kenapa masih stres?

H-1, Farah pulang ke Aceh dan saya jadi sendirian di rumah. Saya mulai belajar menjawab semua pertanyaan di blog-blog orang lain. Saya juga sudah sanggup berolah-raga, tapi masih nggak mood mengerjakan pekerjaan kantor. Badan rasanya meriang, lemes, dan masih mules😵‍💫. Tidur siang aja nggak bisa terlalu lelap karena otak masih terus berpikir. Ntah kenapa saya takut banget kalau nggak lolos wawancara karena uang 2,4jt akan melayang, sekali pun saya bisa mengulang wawancara lagi karena konferensi yang saya ikuti kan masih bulan Mei. Tapi saya sayang dengan uangnya dan juga merasa pesimis.

Sampai pada malam sebelum wawancara, saya merasa sudah siap menjawab semua pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan. Saya menghibur diri dengan mengingat dulu pernah tertahan di imigrasi Pulau Jeju, Korea Selatan, dan saya bisa menjawab semua pertanyaan orang imigrasi dengan lancar. Padahal itu prosesnya mendadak. Jadi, saya harus santai... santai... santai...😮‍💨 Saya tidur cepat, karena besok setelah shalat Shubuh saya mau langsung bersiap-siap. Saya berdoa dan berdzikir yang banyak, minta doa juga pada semua orang, ditambah shalat-shalat sunnah, semua saya lakukan agar Allah mengijinkan saya untuk mendapatkan Visa. Saya mengecek ulang segala persyaratan dokumen, lalu berangkat dari rumah jam 7:30 ke stasiun Depok. Baru kali ini saya merasa perjalanan dari Stasiun Depok ke Cikini sangat lama. Saya menghitung terus jumlah stasiun yang saya lalui sampai akhirnya tiba di Cikini. 

Saya memesan Grab ke Kedutaan Amerika dan saya tiba disana pukul 9, lebih awal 45 menit dari jadwal interview. Saya kemudian berbaris mengantri bersama peserta lain. Beberapa kali saya melihat orang yang keluar dari pintu membawa kertas putih yang menandakan bahwa Visanya disetujui. Saya sedang menenangkan diri saya sendiri agar tidak takut, bahwa Visa saya pasti disetujui. Setelah tas saya diperiksa di pintu awal, saya masuk pintu kedua dimana kita disuruh meninggalkan semua barang eletronik termasuk hp dan charger. Seandainya saya menggunakan smart watch (jam tangan pintar) seperti iwatch, saya juga harus menitipkannya karena tidak diperbolehkan untuk dibawa masuk. Saya lalu berjalan menyusuri lorong, mengikuti petunjuk arah ke ruang wawancara. Sampai akhirnya saya tiba di sebuah ruangan dimana orang-orang pada mengantri. 

Saya mengikuti antrian pemeriksaan dokumen. Saya memberikan passpor, pas foto, dan form DS-160 confirmation untuk diperiksa. Mas-masnya baik kok, dan ramah banget, jadi kegugupan saya bisa berkurang. Setelah itu saya mengantri untuk pengambilan sampel biometrik. Semua petugas termasuk pewawancara berada di sebuah bilik yang dibatasi dengan kaca. Saya melihat orang-orang di depan saya ditanya mau ke Amerika untuk tujuan apa, tapi pakai bahasa Indonesia. Sewaktu tiba giliran saya, saya menjawab kalau ada konferensi dan kemudian langsung ibunya menyuruh saya menempelkan seluruh jari di sebuah alat untuk merekam biometrik. Petugas bertanya apakah saya membawa passpor lama, dan saya bilang ada. Saya menaruh passpor dalam sebuah tempat seperti laci dibawah kaca. Beliau mengecek apakah ada perubahan nama dari passpor sebelumnya. Ibunya bilang, "Ok, semua sidik jarinya bagus. Selanjutnya wawancara Visa. Anda hanya perlu memberikan passpor saja. Dokumen lain tidak perlu diberikan kalau tidak diminta." Saya mengangguk.

Saya mulai mengantri wawancara. Ada dua orang bule' yang akan mewawancara di biliknya masing-masing. Saya melihat orang-orang yang sudah wawancara di depan saya dan beberapa mendapatkan kertas pink yang berarti Visanya tidak disetujui😰. Saya langsung buang muka dan nggak mau melihat proses wawancara lagi karena bisa membuat saya stres sendiri. Ada juga bapak-bapak yang diwawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Oh, ternyata bule'nya bisa bahasa Indonesia. Memang sih saya ada baca di blog kalau bisa saja menjawab wawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia tapi sebaiknya pakai bahasa Inggris agar menghindari kesalahan arti. Saya juga melihat grup keluarga atau teman-teman yang ingin berlibur ke Amerika, semua Visanya disetujui dan yang menjawab pertanyaan interview paling hanya satu orang. Saya jadi berpendapat, oh kalau sekeluarga pasti disetujui kali ya, dan lebih enak prosesnya.

Sampai akhirnya tiba giliran saya, Mas bule' menyapa saya, "Good Morning!" saya menyerahkan passpor, dan saya mulai di wawancara. Saya membuka masker ketika wawancara agar suara saya terdengar jelas. Lagian ada kaca di depan kita, insya Allah aman dari virus. Saya akan merangkum pertanyaannya sebagai berikut. Mohon maaf kalau ada kesalahan grammar karena ini memang percakapan biasa yang tidak mempedulikan grammar.

1. Bule' membaca layar komputer dan bilang, "So, you want to attend a conference in Minnesota?" (Jadi, kamu mau menghadiri konferensi di Minnesota?) - Eh kok tau? Pikir saya. - "What kind of conference?"
Saya jawab, "This is a NFT conference, closed conference only for the token holders and I own the token so I can - no, I have to, attend the conference." (Ini adalah konferensi NFT, konferensi tertutup hanya untuk pemegang token saja, dan saya memiliki tokennya, jadi saya bisa - eh tidak, saya harus menghadiri konferensinya). Saya menekankan kata 'can - bisa' menjadi 'have to - harus' agar lebih kuat. 

Saya kemudian mengeluarkan surat referensi dari konferensi dan memberikan padanya. Kalian memang harus melihat waktu yang tepat untuk menunjukkan surat atau dokumen penunjang, jangan semuanya diberikan di awal. Saya melihat bule'nya mengetik-ketik di layar komputer setelah menerima surat dari saya, mungkin sedang googling nama konferensi saya. Dia membaca surat referensi berkali-kali lalu mengangguk-angguk. Kemudian mengembalikan surat kepada saya. Saya jadi paham, kenapa kalian tidak boleh memalsukan dokumen. Bayangkan kalau sampai bule' googling dan ternyata konferensi saya hanya tipu-tipu belaka? Bisa matiii deh!

2. "So, how do you know about this conference?" (Kamu tau darimana konferensi ini). Saya jawab, "I owned the token since May 2021 and the creator of the NFT is planning to held the conference to gather the token owners from all over the world." (Saya sudah memiliki token sejak Mei 2021, dan pembuat NFTnya memang berencana untuk membuat konferensi yang bisa menghadirkan semua pemegang token dari seluruh dunia).

"With whom do you want to go there?" (Pergi sama siapa?). Saya jawab, "One of the employee in company." (Salah satu karyawan di kantor).

"What is them?" (Pekerjaan mereka apa?). Saya jawab, "He's a data scientist." (Dia adalah data scientist). "Wow, a data scientist? Really? Wow." Saya heran kenapa dia heran banget mendengar kata 'Data Scientist'. "Yes, he's a senior data scientist in my company." Tapi memang profesi ini sekarang adalah salah satu yang paling keren di dunia.

3. "So, what's your job?" (Jadi, pekerjaan kamu apa?). Saya jawab, "I'm a director in the company that is exporting local products from Small-Medium Business Enterprises from Indonesia to US via Amazon.com using container and ship them by sea freight." (Saya direktur di perusahaan yang bergerak dibidang mengekspor produk lokal dari UMKM ke Amerika melalui Amazon.com menggunakan kontainer yang dikirim melalui jalur laut).

Bule'nya mengangguk-angguk, lalu saya lanjutkan, "I actually owned the company. That's my own company." (Saya sebenarnya pemilik perusahaan. Perusahaan itu milik saya pribadi). Bule' heran, "Wow, really? Where's is it? How many employees do you have?" (Wow, benarkah? Dimana lokasinya? Ada berapa karyawan?). Saya jawab, "Yes, my company is in Tebet, Jakarta. I have 8 employees." (Perusahaan saya berada di Tebet, ada 8 orang karyawan).

Bule' kemudian mengetik-ketik lagi di layar komputer dan membaca sesuatu, kemudian mengangguk-angguk. Kayaknya dia browsing nama perusahaan saya. Duh, mana website perusahaan lagi maintenance. Seharusnya kalau dia googling, paling nggak muncul di LinkedIn, TechinAsia, dan website lainnya mengenai profile perusahaan. Dia lalu mengetik-ketik lagi. Sepertinya dia sedang mengisi sebuah form.

"Did your Data Scientist already got a Visa?" (Apakah Data Scientist-mu sudah memiliki visa?). "Not yet, but he's scheduled to interview at January 27." (Belum, tapi jadwal interview dia tanggal 27 Januari). Bule' mengangguk-angguk.

"When you're going to Minneapolis, who will be in charged in running the company?" (Sewaktu anda ke Minneapolis, siapa yang akan menjalankan perusahaan. Saya jawab, "There's a CFO and CMO in the company who will cover me." (Ada CFO dan CMO yang akan menggantikan saya).

"How long will you plan to go to Minnesota?" (Berapa lama rencana di Minnesota?). Saya jawab, "Ten days." (10 hari).

4. "With whom do you live here? I saw you National ID is from Aceh." (Kamu tinggal sama siapa disini? Saya lihat KTPnya dari Aceh). Saya jawab, "I live alone here, but my family often visited me." (Saya tinggal sendiri disini, tapi keluarga saya sering datang berkunjung).

5. Bule' mengetik-ketik lagi. "I saw your passport is blank. Do you bring your previous passport?" (Saya lihat passpor anda masih kosong. Apakah anda bawa passpor lama?). "That's blank passpor is the new passport." Saya kemudian mengeluarkan 2 passpor lama saya dan dia membuka halaman demi halaman passpor satu demi satu untuk melihat stempel dan Visa yang ada di passpor. Sebenarnya disini saya sudah memiliki perasaan yang baik (good feeling) kalau Visa saya bakalan di setujui karena suasana udah mulai santai dan dia hanya ingin tau sedikit lagi tentang perjalanan saya.

6. Bule' kemudian mengembalikan passpor saya. "Do you plan to go anywhere instead of Minnesota?" (Apakah anda berencana pergi ke negara bagian lain selain Minnesota?). Saya jawab, "Maybe I will go to New York, but I'm still waiting for the quarantine days regulation from the government." (Mungkin saya akan pergi ke New York, tapi saya sedang menunggu peraturan tentang masa karantina dari pemerintah). Bule' langsung tersenyum, "Yeaa, the quarantine time."

Bule' kemudian mengeluarkan kertas putih yang berarti Visa saya disetujui, alhamdulillah. Bule tersenyum ramah dan bilang, "Your Visa is approved. I suggest to your data scientist to bring the copy of your Visa so he will get his Visa approved more easily because you go to the conference together." (Visa anda disetujui. Saya sarankan nanti Data Scientist membawa fotokopi Visa anda agar persetujuan Visanya dia lebih gampang karena kalian pergi bareng ke konferensi tersebut). Saya tersenyum juga, "Ok I will do it. Thank you very much."

"Have great day!"

Rasanya mules dan meriang yang saya alami hilang ntah kemana🥰. Perasaan saya melayang, saking senangnya. Saya tersenyum terus sampai di tempat pengembalian titipan (untung pakai masker jadi mau senyum juga nggak keliatan)😆. Saya mengambil hp dan charger, rasanya ingin buru-buru mengabarkan semua orang-orang penting yang menunggu hasil Visa saya. Alhamdulillah, saya senang sekali. Saya foto kertas putih tanda Visa disetujui dan saya kirimkan ke beberapa orang.

Saya memesan Grab ke stasiun Godangdia (ternyata Kedutaan Amerika lebih dekat ke stasiun Godangdia daripada Cikini) dan naik kereta ke Depok. Kali ini rasanya perjalanan jadi singkat banget. Saya sibuk membalas banyak pesan di DM Instagram dan Whatsapp sampai akhirnya tiba di stasiun Depok Lama. Saya mampir ke warung Padang favorit untuk menghadiahi diri sendiri dengan makanan enak.
Yummy🤤
Dari pengalaman saya mengajukan Visa Amerika adalah kalian memang harus mempersiapkan diri dari segi cara menjawab pertanyaan. Untuk dokumen pendukung memang untung-untungan sih. Saya sudah mempersiapkan itinerary dan booking hotel tapi sama sekali tidak diperlihatkan. Kalau memang mau berlibur (holiday), maka harus siap dengan itinerary yang masuk di akal. Kalian juga harus bersiap kalau nanti ditanya tentang pekerjaan di Indonesia dan harus meyakinkan pewawancara kalau kita mampu ke Amerika dari segi finansial dan pasti akan balik lagi. 

Saya sempat bertanya pada Direktur Keuangan di kantor, kenapa saya tidak ditanya tentang bukti keuangan (rekening tabungan atau slip gaji). Mungkin karena saya menjawab memiliki NFT yang merupakan aset digital paling tinggi sekarang ini dan saya memiliki perusahaan. Saya sempat mendengar seorang bapak yang diwawancara dengan bahasa Indonesia kalau beliau adalah Direktur Operasional di perusahaan Oil dan Gas. Jadi, wajar saja tidak diminta bukti finansial. Asal perusahaannya beneran ada ya, jangan berbohong! Sebaiknya kalian tetap menyediakan slip gaji dan surat keterangan kerja. Kalau mau, bisa menambah rekening koran tapi selama saya mengantri wawancara tidak ada satu orang pun yang ditanya tentang tabungan. Tidak perlu membooking tiket pesawat karena nanti kalau visa tidak disetujui, proses refund malah ribet. Kalian harus terlihat serius tapi santai dan tetap kontak mata dengan pewawancara yang akan memberikan kesan kalau kalian optimis dan tidak ragu-ragu. Jangan lupa untuk berpakaian yang rapi dan sopan ya.

Alhamdulillah wawancara Visa teman saya Satrio berjalan lancar, dan visanya juga approved

Dear United States, I'm Coming!

Sumber-sumber penting:

Follow me

My Trip