Januari 09, 2022

Visa Amerika Serikat Disetujui

Alhamdulillah, penantian panjang ini berakhir. Ntah kenapa Visa Amerika seolah menjadi final boss dalam perjuangan saya selama 2021. Ini juga menjadi Visa pertama saya selama pandemi walaupun di awal tahun 2020 saya sempat memiliki Visa Taiwan tapi nggak jadi berangkat karena Taiwan menutup jalur masuk wisatawan ke negaranya. Di awal tahun 2021, jangankan mau ke Amrik, berpikir untuk ke luar negri aja enggak ada sama sekali. Kita memang punya rencana, dan Allah subhanahu wata'ala tau yang terbaik. Sekarang lihat, Visa sudah ada di tangan saya😍.
Kertas yang membuat saya melayang
Saya jadi ingin menceritakan prosesnya di blog sebagai acuan teman-teman yang ingin mengurusi Visa Amerika juga. Jujur saja, walaupun saya menjabat direktur utama di perusahaan, tapi saya tetap ragu bisa mendapatkan Visa karena saya masih sangat muda dan nanti malah pewawancara tidak percaya. Masa' sih anak muda bisa jadi direktur utama? Ketakutan-ketakutan seperti ini terus menghantui pikiran saya. Saya juga sempat membaca blog https://www.yodhi.me/thought/2020/5/25/pengalaman-wawancara-visa-amerika-serikat-agar-berhasil, dimana dia adalah seorang founder di perusahaan dan berniat ke Amerika karena harus mengunjungi perusahaan yang berencana akan berinvestasi di perusahaannya. Sayangnya  Mas Yodhi (penulis blog) tidak berhasil mendapatkan Visa di wawancara pertama, sehingga harus mengulang untuk kedua kalinya baru berhasil. Kalau dipikir-pikir seseorang yang paling berpengaruh di perusahaan pasti punya banyak uang. Tapi kenapa Visanya tetap bisa tidak di approved?🤔

Sebenarnya saya mengajukan Visa ini dalam kondisi bokek. Saya nggak bisa menunjukkan rekening koran selama 3 bulan karena memang nggak ada duitnya (suer!). Apalagi saya punya beberapa akun bank dan semuanya nggak ada duitnya. Jadi bingung mau melampirkan yang mana. Harap maklum ya, pengusaha itu duitnya beredar di antah berantah. Disini saya mulai overthinking, 'gimana nih nanti kalau ditanya duit di tabungan? Kemudian saya buka lagi link https://www.ustraveldocs.com/id_bi/id-niv-typeb1b2.asp yang menuliskan:
Dokumen pendukung
Saya bisa melampirkan slip gaji, pembayaran pajak, dan kepemilikan properti/bisnis/aset, lalu itinerary. Memang setelah saya baca-baca semua peraturan dan referensi dari website kedutaan AS, nggak ada yang menyuruh melampirkan bukti tabungan. Padahal ini menjadi hal besar untuk saya apalagi dulu pernah bertanya pada teman yang ingin mengurus Visa ke agen kalau harus ada uang Rp. 150 juta di rekening agar bisa lolos. Wow, banyak juga😮! Tapi balik lagi, nggak ada di peraturan resmi. Jadi kalau pun nanti diminta, saya hanya akan memperlihatkan slip gaji saja. Sempat bertanya pada teman-teman yang pernah wawancara Visa US, rekening koran (tabungan) sama sekali nggak diminta kok. (Problem Solved)

Selanjutnya apa tujuan ke US? Saya lumayan bingung mau bilang apa kalau ditanya tujuan. Bisa saja sih saya jawab holiday, tapi ini lagi masa pandemi COVID19, rasanya alasan liburan kurang kuat. Apalagi saya berencana pergi sendiri. Akhirnya saya bertanya pada Data Scientist di kantor bernama Satrio, ada event apa yang bisa saya jadikan referensi untuk ke US. Dia menjawab ada konferensi NFT yang akan mempengaruhi perkembangan teknologi ke depannya. Konferensi ini sangat relevan untuk perusahaan saya yang memang sebuah startup company dan mengekspor produk UMKM ke Amerika via Amazon.com menggunakan kontainer. Saya kemudian berdiskusi dengannya dan bertanya apakah saya bisa mendapatkan surat referensi juga? Satrio kemudian mengurus surat saya dan saya pun terdaftar dalam konferensi. (Problem Solved)

Saya kemudian mengajak Satrio untuk mengisi Form DS 160 di https://ceac.state.gov/GenNIV/Default.aspx sebagai salah satu persyaratan Visa. Ternyata isiannya super duper banyak dan sangat mendetail yang membuat saya dan Satrio lelah🥴. Bayangkan, kami zoom malam-malam sampai 2 jam hanya untuk berdiskusi mengisi form. Jangan lupa kalian harus selalu SAVE karena session di web ini gampang banget time out. Kayaknya baru mikir sebentar, udah time out aja. 

Akhirnya setelah 2 jam, kami selesai mengisi form. Selanjutnya kita harus membuat akun di web https://cgifederal.secure.force.com/applicanthome (Web CGI) untuk mendapatkan no. Virtual Account CIMB milik Kedutaan AS. Harga Visanya Rp. 2,4juta, mahal sekali😖😖😖. Untung kami punya rekening CIMB, jadi tinggal transfer aja saat itu juga. Setelah transfer, kita harus menunggu 1 x 24 jam (1 hari kerja) untuk akhirnya bisa memilih jadwal wawancara.

Besoknya saya iseng ngecek web CGI untuk melihat apakah saya sudah bisa memilih jadwal. Ternyata jadwal yang tersedia baru ada Maret 2022😱. Saya panik dan bilang ke Satrio lagi. Kami kemudian sampai nonton youtube bagaimana cara mendapatkan jadwal Visa dengan cepat. Ternyata kita hanya tinggal sering-sering ngecek web CGI untuk mendapatkan jadwal yang kita mau. Mungkin nantinya ada orang yang cancel. Kemudian suatu malam saya masuk lagi ke web CGI dan tersedia jadwal tanggal 20 Desember 2021😱. Bayangkan, saya mengisi form DS-160 tanggal 13 Desember 2021, eh jadwal interview 7 hari kemudian. Oh tidak😱! Akhirnya saya nggak ambil jadwal ini karena masih ingin menyiapkan hati dan mental. Saya skip jadwal itu dan baru tersedia lagi Maret 2022.

Selama beberapa hari kerjaan saya hanya mengecek web CGI apakah ada jadwal yang cocok. Saya sih ingin interview di Januari 2022. Tiba-tiba saya melihat ada jadwal 3 Januari 2022😱 dan saya skip juga. Masa' selesai tahun baruan saya harus stres menghadapi wawancara Visa. Saya bercerita ke beberapa teman dan mereka heran kenapa saya menunda terus. "Nanti malah nggak dapat-dapat jadwal, baru tau rasa lo nggak bisa ke US bulan Februari," kata seorang teman. Sebenarnya saya ingin wawancara bareng Satrio. Tapi melihat jadwal yang sangat random begini, sepertinya jadwal kita memang harus terpisah. Akhirnya saya memantapkan hati, lalu ngecek jadwal lagi dan muncul tanggal 5 Januari 2022. Ya elah apa bedanya 3 Januari dan 5 Januari?😂 Baiklah kali ini saya ambil jadwalnya. Setelah jadwal dikonfirmasi, perut langsung mules, pikiran mendadak pusing, mungkin saya langsung kena serangan stres😵‍💫.

Masih ada beberapa minggu lagi sampai hari H. Saya masih tidak mau terlalu memikirkan bagaimana interview nantinya. Sampai akhir Desember, keponakan menginap di rumah (namanya Farah), dan dia selalu menyemangati saya, "Ayo tante, semangat interviewnya!" Haduwh, memikirkan hal itu saya jadi mendadak nggak enak badan😵‍💫. Saya dan Farah masih jalan-jalan sampai tanggal 2 Januari 2022. Setelahnya saya mau belajar. Saya mulai browsing ada tempat apa saja di Minneapolis yang bisa saya datangi, lalu penginapan di AirBnb. Setelah saya membuat itinerary di Minneapolis, saya mulai browsing tentang New York. Jujur aja saya bingung mau kemana dan ngapain, sehingga yang saya tulis di itinerary hanya tempat-tempat mainstream seperti New York Public Library, The Metropolitan Museum of Art, Statue of Liberty, dan lainnya. Saya mengerjakan itinerary sampai tengah malam sambil menemani Farah zoom meeting dengan kakak kelasnya. Saya juga membooking hotel di Minneapolis sesuai dengan yang saya isi di form DS-160 sekedar kalau nanti ditanya. Jangan lupa kalau booking hotel harus yang refundable ya. Tingkat stres saya sepertinya bertambah karena perut mulai kembung dan mules hari demi hari😵‍💫. Saya menelepon Mama minta doa dan Mama juga heran kenapa saya se-stres itu. Padahal semua persyaratan bisa saya penuhi dan semua dokumen saya bisa tunjukkan. Trus kenapa masih stres?

H-1, Farah pulang ke Aceh dan saya jadi sendirian di rumah. Saya mulai belajar menjawab semua pertanyaan di blog-blog orang lain. Saya juga sudah sanggup berolah-raga, tapi masih nggak mood mengerjakan pekerjaan kantor. Badan rasanya meriang, lemes, dan masih mules😵‍💫. Tidur siang aja nggak bisa terlalu lelap karena otak masih terus berpikir. Ntah kenapa saya takut banget kalau nggak lolos wawancara karena uang 2,4jt akan melayang, sekali pun saya bisa mengulang wawancara lagi karena konferensi yang saya ikuti kan masih bulan Mei. Tapi saya sayang dengan uangnya dan juga merasa pesimis.

Sampai pada malam sebelum wawancara, saya merasa sudah siap menjawab semua pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan. Saya menghibur diri dengan mengingat dulu pernah tertahan di imigrasi Pulau Jeju, Korea Selatan, dan saya bisa menjawab semua pertanyaan orang imigrasi dengan lancar. Padahal itu prosesnya mendadak. Jadi, saya harus santai... santai... santai...😮‍💨 Saya tidur cepat, karena besok setelah shalat Shubuh saya mau langsung bersiap-siap. Saya berdoa dan berdzikir yang banyak, minta doa juga pada semua orang, ditambah shalat-shalat sunnah, semua saya lakukan agar Allah mengijinkan saya untuk mendapatkan Visa. Saya mengecek ulang segala persyaratan dokumen, lalu berangkat dari rumah jam 7:30 ke stasiun Depok. Baru kali ini saya merasa perjalanan dari Stasiun Depok ke Cikini sangat lama. Saya menghitung terus jumlah stasiun yang saya lalui sampai akhirnya tiba di Cikini. 

Saya memesan Grab ke Kedutaan Amerika dan saya tiba disana pukul 9, lebih awal 45 menit dari jadwal interview. Saya kemudian berbaris mengantri bersama peserta lain. Beberapa kali saya melihat orang yang keluar dari pintu membawa kertas putih yang menandakan bahwa Visanya disetujui. Saya sedang menenangkan diri saya sendiri agar tidak takut, bahwa Visa saya pasti disetujui. Setelah tas saya diperiksa di pintu awal, saya masuk pintu kedua dimana kita disuruh meninggalkan semua barang eletronik termasuk hp dan charger. Seandainya saya menggunakan smart watch (jam tangan pintar) seperti iwatch, saya juga harus menitipkannya karena tidak diperbolehkan untuk dibawa masuk. Saya lalu berjalan menyusuri lorong, mengikuti petunjuk arah ke ruang wawancara. Sampai akhirnya saya tiba di sebuah ruangan dimana orang-orang pada mengantri. 

Saya mengikuti antrian pemeriksaan dokumen. Saya memberikan passpor, pas foto, dan form DS-160 confirmation untuk diperiksa. Mas-masnya baik kok, dan ramah banget, jadi kegugupan saya bisa berkurang. Setelah itu saya mengantri untuk pengambilan sampel biometrik. Semua petugas termasuk pewawancara berada di sebuah bilik yang dibatasi dengan kaca. Saya melihat orang-orang di depan saya ditanya mau ke Amerika untuk tujuan apa, tapi pakai bahasa Indonesia. Sewaktu tiba giliran saya, saya menjawab kalau ada konferensi dan kemudian langsung ibunya menyuruh saya menempelkan seluruh jari di sebuah alat untuk merekam biometrik. Petugas bertanya apakah saya membawa passpor lama, dan saya bilang ada. Saya menaruh passpor dalam sebuah tempat seperti laci dibawah kaca. Beliau mengecek apakah ada perubahan nama dari passpor sebelumnya. Ibunya bilang, "Ok, semua sidik jarinya bagus. Selanjutnya wawancara Visa. Anda hanya perlu memberikan passpor saja. Dokumen lain tidak perlu diberikan kalau tidak diminta." Saya mengangguk.

Saya mulai mengantri wawancara. Ada dua orang bule' yang akan mewawancara di biliknya masing-masing. Saya melihat orang-orang yang sudah wawancara di depan saya dan beberapa mendapatkan kertas pink yang berarti Visanya tidak disetujui😰. Saya langsung buang muka dan nggak mau melihat proses wawancara lagi karena bisa membuat saya stres sendiri. Ada juga bapak-bapak yang diwawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Oh, ternyata bule'nya bisa bahasa Indonesia. Memang sih saya ada baca di blog kalau bisa saja menjawab wawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia tapi sebaiknya pakai bahasa Inggris agar menghindari kesalahan arti. Saya juga melihat grup keluarga atau teman-teman yang ingin berlibur ke Amerika, semua Visanya disetujui dan yang menjawab pertanyaan interview paling hanya satu orang. Saya jadi berpendapat, oh kalau sekeluarga pasti disetujui kali ya, dan lebih enak prosesnya.

Sampai akhirnya tiba giliran saya, Mas bule' menyapa saya, "Good Morning!" saya menyerahkan passpor, dan saya mulai di wawancara. Saya membuka masker ketika wawancara agar suara saya terdengar jelas. Lagian ada kaca di depan kita, insya Allah aman dari virus. Saya akan merangkum pertanyaannya sebagai berikut. Mohon maaf kalau ada kesalahan grammar karena ini memang percakapan biasa yang tidak mempedulikan grammar.

1. Bule' membaca layar komputer dan bilang, "So, you want to attend a conference in Minnesota?" (Jadi, kamu mau menghadiri konferensi di Minnesota?) - Eh kok tau? Pikir saya. - "What kind of conference?"
Saya jawab, "This is a NFT conference, closed conference only for the token holders and I own the token so I can - no, I have to, attend the conference." (Ini adalah konferensi NFT, konferensi tertutup hanya untuk pemegang token saja, dan saya memiliki tokennya, jadi saya bisa - eh tidak, saya harus menghadiri konferensinya). Saya menekankan kata 'can - bisa' menjadi 'have to - harus' agar lebih kuat. 

Saya kemudian mengeluarkan surat referensi dari konferensi dan memberikan padanya. Kalian memang harus melihat waktu yang tepat untuk menunjukkan surat atau dokumen penunjang, jangan semuanya diberikan di awal. Saya melihat bule'nya mengetik-ketik di layar komputer setelah menerima surat dari saya, mungkin sedang googling nama konferensi saya. Dia membaca surat referensi berkali-kali lalu mengangguk-angguk. Kemudian mengembalikan surat kepada saya. Saya jadi paham, kenapa kalian tidak boleh memalsukan dokumen. Bayangkan kalau sampai bule' googling dan ternyata konferensi saya hanya tipu-tipu belaka? Bisa matiii deh!

2. "So, how do you know about this conference?" (Kamu tau darimana konferensi ini). Saya jawab, "I owned the token since May 2021 and the creator of the NFT is planning to held the conference to gather the token owners from all over the world." (Saya sudah memiliki token sejak Mei 2021, dan pembuat NFTnya memang berencana untuk membuat konferensi yang bisa menghadirkan semua pemegang token dari seluruh dunia).

"With whom do you want to go there?" (Pergi sama siapa?). Saya jawab, "One of the employee in company." (Salah satu karyawan di kantor).

"What is them?" (Pekerjaan mereka apa?). Saya jawab, "He's a data scientist." (Dia adalah data scientist). "Wow, a data scientist? Really? Wow." Saya heran kenapa dia heran banget mendengar kata 'Data Scientist'. "Yes, he's a senior data scientist in my company." Tapi memang profesi ini sekarang adalah salah satu yang paling keren di dunia.

3. "So, what's your job?" (Jadi, pekerjaan kamu apa?). Saya jawab, "I'm a director in the company that is exporting local products from Small-Medium Business Enterprises from Indonesia to US via Amazon.com using container and ship them by sea freight." (Saya direktur di perusahaan yang bergerak dibidang mengekspor produk lokal dari UMKM ke Amerika melalui Amazon.com menggunakan kontainer yang dikirim melalui jalur laut).

Bule'nya mengangguk-angguk, lalu saya lanjutkan, "I actually owned the company. That's my own company." (Saya sebenarnya pemilik perusahaan. Perusahaan itu milik saya pribadi). Bule' heran, "Wow, really? Where's is it? How many employees do you have?" (Wow, benarkah? Dimana lokasinya? Ada berapa karyawan?). Saya jawab, "Yes, my company is in Tebet, Jakarta. I have 8 employees." (Perusahaan saya berada di Tebet, ada 8 orang karyawan).

Bule' kemudian mengetik-ketik lagi di layar komputer dan membaca sesuatu, kemudian mengangguk-angguk. Kayaknya dia browsing nama perusahaan saya. Duh, mana website perusahaan lagi maintenance. Seharusnya kalau dia googling, paling nggak muncul di LinkedIn, TechinAsia, dan website lainnya mengenai profile perusahaan. Dia lalu mengetik-ketik lagi. Sepertinya dia sedang mengisi sebuah form.

"Did your Data Scientist already got a Visa?" (Apakah Data Scientist-mu sudah memiliki visa?). "Not yet, but he's scheduled to interview at January 27." (Belum, tapi jadwal interview dia tanggal 27 Januari). Bule' mengangguk-angguk.

"When you're going to Minneapolis, who will be in charged in running the company?" (Sewaktu anda ke Minneapolis, siapa yang akan menjalankan perusahaan. Saya jawab, "There's a CFO and CMO in the company who will cover me." (Ada CFO dan CMO yang akan menggantikan saya).

"How long will you plan to go to Minnesota?" (Berapa lama rencana di Minnesota?). Saya jawab, "Ten days." (10 hari).

4. "With whom do you live here? I saw you National ID is from Aceh." (Kamu tinggal sama siapa disini? Saya lihat KTPnya dari Aceh). Saya jawab, "I live alone here, but my family often visited me." (Saya tinggal sendiri disini, tapi keluarga saya sering datang berkunjung).

5. Bule' mengetik-ketik lagi. "I saw your passport is blank. Do you bring your previous passport?" (Saya lihat passpor anda masih kosong. Apakah anda bawa passpor lama?). "That's blank passpor is the new passport." Saya kemudian mengeluarkan 2 passpor lama saya dan dia membuka halaman demi halaman passpor satu demi satu untuk melihat stempel dan Visa yang ada di passpor. Sebenarnya disini saya sudah memiliki perasaan yang baik (good feeling) kalau Visa saya bakalan di setujui karena suasana udah mulai santai dan dia hanya ingin tau sedikit lagi tentang perjalanan saya.

6. Bule' kemudian mengembalikan passpor saya. "Do you plan to go anywhere instead of Minnesota?" (Apakah anda berencana pergi ke negara bagian lain selain Minnesota?). Saya jawab, "Maybe I will go to New York, but I'm still waiting for the quarantine days regulation from the government." (Mungkin saya akan pergi ke New York, tapi saya sedang menunggu peraturan tentang masa karantina dari pemerintah). Bule' langsung tersenyum, "Yeaa, the quarantine time."

Bule' kemudian mengeluarkan kertas putih yang berarti Visa saya disetujui, alhamdulillah. Bule tersenyum ramah dan bilang, "Your Visa is approved. I suggest to your data scientist to bring the copy of your Visa so he will get his Visa approved more easily because you go to the conference together." (Visa anda disetujui. Saya sarankan nanti Data Scientist membawa fotokopi Visa anda agar persetujuan Visanya dia lebih gampang karena kalian pergi bareng ke konferensi tersebut). Saya tersenyum juga, "Ok I will do it. Thank you very much."

"Have great day!"

Rasanya mules dan meriang yang saya alami hilang ntah kemana🥰. Perasaan saya melayang, saking senangnya. Saya tersenyum terus sampai di tempat pengembalian titipan (untung pakai masker jadi mau senyum juga nggak keliatan)😆. Saya mengambil hp dan charger, rasanya ingin buru-buru mengabarkan semua orang-orang penting yang menunggu hasil Visa saya. Alhamdulillah, saya senang sekali. Saya foto kertas putih tanda Visa disetujui dan saya kirimkan ke beberapa orang.

Saya memesan Grab ke stasiun Godangdia (ternyata Kedutaan Amerika lebih dekat ke stasiun Godangdia daripada Cikini) dan naik kereta ke Depok. Kali ini rasanya perjalanan jadi singkat banget. Saya sibuk membalas banyak pesan di DM Instagram dan Whatsapp sampai akhirnya tiba di stasiun Depok Lama. Saya mampir ke warung Padang favorit untuk menghadiahi diri sendiri dengan makanan enak.
Yummy🤤
Dari pengalaman saya mengajukan Visa Amerika adalah kalian memang harus mempersiapkan diri dari segi cara menjawab pertanyaan. Untuk dokumen pendukung memang untung-untungan sih. Saya sudah mempersiapkan itinerary dan booking hotel tapi sama sekali tidak diperlihatkan. Kalau memang mau berlibur (holiday), maka harus siap dengan itinerary yang masuk di akal. Kalian juga harus bersiap kalau nanti ditanya tentang pekerjaan di Indonesia dan harus meyakinkan pewawancara kalau kita mampu ke Amerika dari segi finansial dan pasti akan balik lagi. 

Saya sempat bertanya pada Direktur Keuangan di kantor, kenapa saya tidak ditanya tentang bukti keuangan (rekening tabungan atau slip gaji). Mungkin karena saya menjawab memiliki NFT yang merupakan aset digital paling tinggi sekarang ini dan saya memiliki perusahaan. Saya sempat mendengar seorang bapak yang diwawancara dengan bahasa Indonesia kalau beliau adalah Direktur Operasional di perusahaan Oil dan Gas. Jadi, wajar saja tidak diminta bukti finansial. Asal perusahaannya beneran ada ya, jangan berbohong! Sebaiknya kalian tetap menyediakan slip gaji dan surat keterangan kerja. Kalau mau, bisa menambah rekening koran tapi selama saya mengantri wawancara tidak ada satu orang pun yang ditanya tentang tabungan. Tidak perlu membooking tiket pesawat karena nanti kalau visa tidak disetujui, proses refund malah ribet. Kalian harus terlihat serius tapi santai dan tetap kontak mata dengan pewawancara yang akan memberikan kesan kalau kalian optimis dan tidak ragu-ragu. Jangan lupa untuk berpakaian yang rapi dan sopan ya.

Alhamdulillah wawancara Visa teman saya Satrio berjalan lancar, dan visanya juga approved

Dear United States, I'm Coming!

Sumber-sumber penting:

2 comments:

R Melati mengatakan...

Jangan lupa ke Mall of America di Minnesota.

Have a great adventure!

Meutia Halida Khairani mengatakan...

R Melati : yess pasti insya Allah

Follow me

My Trip